Sukses

HEADLINE: Gunung Merapi Kembali Erupsi, Potensi Bahaya dan Mitigasi Bencana?

Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Sabtu, 11 Maret 2023 siang lalu menyebabkan sedikitnya 6 kabupaten/kota di Jawa Tengah mengalami hujan abu. Awan panas guguran meluncur sejauh 3,7 km arah barat laut Gunung Merapi.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Merapi batuk lagi. Gunung berapi yang ada di perbatasan wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini kembali erupsi pada Sabtu 11 Maret 2022 siang lalu. Erupsi Gunung Merapi menyebabkan awan panas guguran meluncur ke arah Kali Bebeng atau Kali Krasak.

Sementara abu vulkanik dari awan panas guguran yang biasa disebut wedus gembel ini tertiup angin mengarah ke barat laut dan utara Gunung Merapi. Akibatnya, sejumlah wilayah di Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengalami hujan abu vulkanik. 

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan, selama periode pengamatan Sabtu, 11 Maret 2023 pukul 12.00-18.00 WIB telah terjadi 29 kali luncuran awan panas guguran ke arah barat dengan jarak luncur maksimal 4 kilometer. Rentetan erupsi Gunung Merapi ini terjadi akibat longsoran kubah lava barat daya.

Adapun gunung aktif setinggi 2.968 mdpl ini memiliki dua kubah lava yang sama-sama tumbuh. Kubah lava pertama berada di sisi barat daya, tepatnya di atas lava sisa erupsi 1997. Sementara kubah lava kedua yang terpantau oleh BPPTKG pada 4 Februari 2021 berada di tengah kawah puncak Gunung Merapi.

Kedua kubah lava tersebut apabila longsor secara masif berpotensi menimbulkan awan panas guguran yang dapat meluncur hingga sejauh tujuh kilometer ke arah barat daya dan lima kilometer ke arah selatan-tenggara.

Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan, erupsi Gunung Merapi masih terjadi. Hingga saat ini, total ada 85 kali awan panas guguran Gunung Merapi sejak erupsi pada Sabtu lalu. 

Sementara hari ini, Selasa (14/3/2023) pada periode pengamatan pukul 00.00-06.00 WIB, tercatat ada dua kali awan panas guguran yang terjadi yakni pukul 05.50 WIB dengan jarak luncur 2.000 meter ke arah Kali Krasak dan pukul 05.59 WIB dengan jarak luncur 1.600 meter ke arah Kali Krasak.

"Peningkatan aktivitas erupsi yang terjadi sejak hari Sabtu siang itu masih berlangsung hingga sekarang, meskipun intensitasnya menurun ya. Sementara sebelumnya yang hari Sabtu itu sampai 3,7 kilometer," ujar Agus saat dihubungi Liputan6.com, Selasa.

Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Status ini tetap bertahan sejak 2020 karena potensi bahayanya masih sama, yakni maksimum 7 km dari puncak Merapi. Sementara pada Sabtu kemarin, jarak luncur awan panas guguran kurang dari 4 km.

"Jadi status Siaga itu ditetapkan ketika pemantauannya belum sampai ke permukiman. Nanti kalau ancaman bahayanya sampai ke permukiman baru menjadi Awas statusnya. Kita menghitung potensinya prakiraannya, kalau prakiraannya itu sampai ke permukiman baru kita naikkan statusnya (menjadi Awas)," kata Agus menjelaskan.

"Jadi masyarakat itu memegang status aktivitas tadi untuk peringatan dini. Disampaikan secara bertahap agar masyarakat bisa bersiap-siap, saat Waspada harus seperti apa, ketika Siaga harus seperti apa, dan ketika Awas tentu masyarakat harus mengungsi," ujarnya menambahkan.

Adapun potensi bahaya yang terjadi saat ini yakni berupa guguran lava dan awan panas guguran yang bisa menjangkau Kali Woro sejauh maksimal 3 km dari puncak, kemudian Kali Gendol 5 km dari puncak, Kali Boyong 5 km dari puncak, dan Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 km dari puncak.

Sementara lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak Merapi. BPPTKG juga mengimbau masyarakat mewaspadai bahaya lahar di aliran sungai, terutama saat terjadi hujan di puncak Gunung Merapi.

Agus menuturkan bahwa BPPTKG terus berdiskusi dengan pemerintah setempat dan otoritas terkait ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi, sehingga disiapkan langkah mitigasi bencana. Dia menyebut, pemerintah sudah memiliki prosedur di setiap status aktivitas gunung berapi.

"Semua langkah-langkah mitigasi dari pemerintah itu kita berdiskusi karena mereka membutuhkan informasi terkait ancaman bencana. Ketika kita sampaikan ancamannya seperti ini, maka nanti pemerintah daerah akan merespons informasi tersebut dengan menyiapkan segala hal yang diperlukan di tingkat masyarakatnya seperti apa, evakuasi, kemudian prosedur evakuasi. Kalau dalam kondisi status Siaga ini, mereka sudah bersiap-siap," kata Kepala BPPTKG menandaskan.

 

Potensi Bahaya Lain di Barat Laut Merapi

Dalam kesempatan lain, Agus juga mengungkap adanya potensi bahaya lain di sisi barat laut Gunung Merapi. Potensi bahaya tersebut selain yang bersumber dari kubah lava tengah dan kubah lava sisi barat daya Merapi yang hingga kini terus mengalami pertumbuhan.

"Ada potensi bahaya yang lain di mana pada sektor barat laut (Gunung Merapi) ini terjadi pergerakan, terjadi inflasi sehingga ini juga tetap kita ingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan," kata Agus, Minggu 12 Maret 2023.

Menurut dia, ada deformasi atau perubahan bentuk pada permukaan tubuh gunung di sisi barat laut Merapi yang terpantau selama dua tahun terakhir. Sebelumnya, deformasi hanya terjadi pada lokasi dua kubah lava gunung api aktif itu yakni di tengah kawah dan sisi barat daya.

"Ini sesuatu yang unik, selain unik juga berpotensi bahaya sehingga perlu kami sampaikan," ujar dia.

Agus menjelaskan, laju deformasi pada sisi barat laut Merapi sebesar lebih dari 15 meter dalam kurun waktu dua tahun. Perkembangan itu cukup besar jika dibandingkan deformasi saat menjelang erupsi Merapi pada 2006 dan 2010 yang kurang dari 4 meter, meski kala itu terjadi dalam tempo yang cepat.

"Besarnya (deformasi) 15 meter ini yang menjadi perhatian kami. Kami khawatir bahwa tebing dari puncak sebelah barat laut ini menjadi tidak stabil dan longsor," ujar dia.

BPPTKG terus memantau kondisi tebing beserta laju deformasi sisi barat laut gunung api itu secara intensif. "Untuk saat ini masih stabil kondisinya dan kecepatan dari deformasi juga relatif rendah, namun ini perlu kami sampaikan agar masyarakat tetap bersiap siaga," kata Agus Budi.

 

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan mengungkapkan bahwa hingga saat ini masih terjadi deburan-deburan abu vulkanik. Kendati ketebalan asap vulkanik sudah tidak setebal hari pertama, Sabtu 11 Maret 2023 lalu.

Dia menyatakan, hingga saat ini tidak ada warga di wilayah Jawa Tengah yang mengungsi akibat bencana erupsi Gunung Merapi pada Sabtu siang lalu. Dampak dari hujan abu di permukiman penduduk juga tidak terlalu tebal.

"Tidak ada evakuasi. Dari kemarin saat kejadian masih di rumahnya aja. Mereka tetap tinggal saat kejadian kemarin, hanya memang adanya guguran debu vulkanik dan debu itu bentuknya seperti hujan," ujar Bergas saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (14/3/2023).

Dia menuturkan, masyarakat di wilayah terdampak hujan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Merapi tetap beraktivitas seperti biasa. Hanya saja ketika beraktivitas di luar rumah, terutama saat membersihkan material vulkanik, mereka diharuskan memakai masker.

Sementara petugas gabungan dari BPBD Jawa Tengah, TNI, Polri, dan relawan saat ini masih fokus membersihkan fasilitas-fasilitas umum yang terdampak debu abu vulkanik. "Masyarakat sudah menjalani hidup berdampingan dengan Merapi, hanya saja dampak abu vulkanik masih ada, tapi harapan kami sekarang ada hujan biar enggak berdebu," katanya.

Namun begitu, BPBD Jawa Tengah tetap mengimbau kepada masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana di sekitarnya. Masyarakat juga diminta selalu mengikuti arahan dari otoritas yang berwenang.

"Tentu dengan kondisi ini mengimbau masyarakat bisa meningkatkan kapasitas terkait kebecanaan demi mengurangi risiko terdampak kebencanaan. Jadi masyarakat tahu kemana arahannya kalau Merapi ada peningkatan aktivitas," ucap Bergas menandaskan.

BPBD Jawa Tengah melaporkan, terdapat enam kabupaten/kota di wilayahnya yang terdampak hujan abu vulkanik erupsi Gunung Merapi, antara lain:

  1. Kabupaten Magelang;
  2. Kota Magelang;
  3. Kabupaten Boyolali;
  4. Kabupaten Temanggung;
  5. Kabupaten Wonosobo; dan 
  6. Kabupaten Klaten.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tak Mau Sepelekan Alam, Pemkab Sleman Siapkan Skenario Mitigasi Bencana

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman DIY telah menyiapkan skenario mitigasi bencana untuk mengantisipasi erupsi Gunung Merapi dengan skala yang lebih besar. Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengatakan, pihaknya selalu mematuhi rekomendasi BPPTKG jarak aman di wilayah selatan radius 5 kilometer dan barat radius 7 kilometer.

"Kami tidak bisa menyepelekan alam, meskipun saat ini sesuai rekomendasi dari BPPTKG jarak aman di wilayah selatan 5 kilometer dan barat di 7 kilometer. Tapi jika memang statusnya meningkat, sudah kita siapkan skenarionya," katanya, Selasa (14/3/2023).

Adapun prioritas dalam skenario mitigasi bencana tersebut adalah mengevakuasi warga yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi. Saat ini, terdapat tujuh kelurahan yang berada di wilayah KRB III, antara lain Kepuharjo, Umbulharjo, Glagaharjo, Hargobinangun, Purwobinangun, Girikerto, dan Wonokerto.

"Prioritas evakuasi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, difabel, ibu hamil, dan ibu menyusui," ujar Kustini.

Sementara untuk mobilitas warga, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman dan instansi terkait telah mengecek di lapangan dan semuanya dalam kondisi siap.

"Kendaraan untuk mobilitas di setiap wilayah sudah ada. Mulai dari truk, pikap, ada yang mobil pribadi dan kendaraan roda dua semua sudah stand by (siaga)," katanya.

Kustini menegaskan tentang kesiapan barak pengungsian untuk digunakan apabila kondisi darurat berlangsung. Setidaknya ada sekitar 40 barak pengungsian dan nonbarak pengungsian yang dikelola oleh pemerintah.

"Kondisi barak pengungsian baik utama dan penyangga sudah siap, kebutuhan logistik dari dapur umum juga sudah siap jika darurat. Dan seluruh relawan dari Tagana juga siap," katanya.

Sejumlah warga yang berada di wilayah KRB III juga terus melakukan jaga malam atau ronda. Warga juga intens melakukan komunikasi melalui radio Handy Talky (HT).

"Jaga malam terus jalan. Komunikasi intens terkait pengamatan gunung kalau ada apa-apa langsung dilaporkan. Ronda malam ini sudah dilakukan secara sadar sejak dulu apabila ada tanda-tanda dari Merapi tanpa perlu ada perintah," ujar Kustini.

Terkait dengan kondisi terkini Gunung Merapi, Bupati Sleman meminta masyarakat agar tetap tenang dan selalu waspada.

"Kami pantau terus pengamatan dari BPPTKG seperti apa. Yang penting saat ini tetap tenang dan waspada. Jangan sampai ada yang beraktivitas dari zona berbahaya yang sudah ditetapkan dan hindari sementara wilayah sungai," kata Kustini menandaskan

Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa sebelumnya juga telah memastikan jalur evakuasi dan barak pengungsian sudah dalam kondisi siap jika sewaktu-waku dibutuhkan akibat peningkatan erupsi Gunung Merapi.

Danang meminta masyarakat tidak perlu terlalu panik, namun diimbau tetap waspada dan berada di jarak aman. "Masyarakat masih tetap boleh beraktivitas, namun harus berada pada jarak aman Gunung Merapi," katanya, Minggu 12 Maret 2023 lalu.

Pemkab Sleman juga masih mengizinkan aktivitas pariwisata dan perekonomian di sekitar Gunung Merapi selama tetap memperhatikan jarak aman. Masyarakat, wisatawan, dan para pelaku ekonomi di kawasan tersebut diminta terus meningkatkan kewaspadaan dan aktif melaporkan perkembangan aktivitas Gunung Merapi kepada pihak berwenang.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Makwan mengatakan, pihaknya telah membuat rencana kontinjensi dampak erupsi dengan jarak sejauh 9 kilometer dari kawah Gunung Merapi.

Dengan begitu, maka ada tujuh kelurahan yang masuk dalam radius tersebut atau di KRB III Gunung Merapi. "Kalau BPTTKG sudah menyampaikan bahayanya 9 kilometer, maka kami sudah punya skenario tujuh desa teratas ini akan dilakukan evakuasi. Tapi selama itu belum, maka belum kami lakukan evakuasi," kata Makwan.

Dikutip dari laman Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bpbd.jogjaprov.go.id, mitigasi bencana erupsi Gunung Merapi dibagi menjadi tiga, yakni:

  • Pra-Bencana:
  1. Memperhatikan arahan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait dengan perkembangan aktivitas gunung api;
  2. Persiapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengantisipasi debu vulkanik;
  3. Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak berwenang;
  4. Mempersiapkan skenario evakuasi lain apabila dampak letusan meluas di luar prediksi ahli; dan
  5. Persiapkan dukungan logistik (makanan siap saji dan minuman, lampu senter dan baterai cadangan, uang tunai secukupnya, serta obat-obatan khusus sesuai pemakai).
  • Saat Bencana:
  1. Pastikan Anda sudah berada di shelter atau tempat lain yang aman dari dampak letusan;
  2. Gunakan masker dan kacamata pelindung; dan
  3. Selalu memperhatikan arahan dari pihak berwenang selama berada di shelter.
  • Pasca Bencana:
  1. Apabila Anda dan keluarga harus tinggal lebih lama di shelter, pastikan kebutuhan dasar terpenuhi dan pendampingan khusus bagi anak-anak dan remaja diberikan. Dukungan orangtua yang bekerja sama dengan organisasi kemanusiaan dalam pendampingan anak-anak dan remaja sangat penting untuk mengurangi stres atau ketertekanan selama di shelter;
  2. Tetap gunakan masker dan kacamata pelindung ketika berada di wilayah yang terdampak abu vulkanik;
  3. Memperhatikan perkembangan informasi dari pihak berwenang melalui radio atau pengumuman dari pihak berwenang; dan
  4. Waspada terhadap kemungkinan bahaya kedua atau secondary hazard berupa banjir lahar dingin. Bencana ini dipicu oleh curah hujan tinggi dan menghanyutkan material vulkanik maupun reruntuhan kayu atau apapun sepanjang sungai dari hilir ke hulu. Perhatikan bentangan kiri dan kanan dari titik sungai mengantisipasi luapan banjir lahar dingin.

Sementara itu, gunung api memiliki dua jenis bahaya berdasarkan waktu kejadian, yakni bahaya primer dan bahaya sekunder. Berikut ini bahaya-bahaya gunung api:

1. Awan Panas

Adalah aliran material vulkanik panas yang terdiri atas batuan berat, ringan (berongga) lava masif dan butiran klastik yang pergerakannya di pengaruhi gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah.

Bahaya ini merupakan campuran material erupsi antara gas dan bebatuan (segala ukuran) yang terdorong ke bawah akibat densitas tinggi. Suhu material bisa mencapai 300-700 derajat celcius, kecepatan awan panas lebih dari 70 km/jam.

2. Aliran Lava

Adalah magma yang meleleh ke permukaan bumi melalui rekahan, suhunya lebih dari 10.000 derajat celcius dan dapat merusak segala bentuk infrastruktur.

3. Gas Beracun

Adalah gas vulkanik yang dapat mematikan seketika apabila terhirup dalam tubuh. Gas tersebut antara lain CO2, SO2, Rn, H2S, HCI, HF dan H2SO4. Gas tersebut biasanya tidak berwarna dan tidak berbau.

4. Lontaran Material (pijar)

Lontaran material terjadi ketika letusan magmatik berlangsung. Suhu mencapai 200 derajat celcius, diameter lebih dari 10cm dengan daya lontar ratusan kilometer.

5. Hujan Abu

Adalah material abu tampak halus dan bergerak sesuai arah angin.

6. Lahar Letusan

Lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang mempunyai danau kawah, terjadi bersamaan saat letusan. Air bercampur material lepas gunung berapi mengalir dan berbentuk banjir lahar.

 

3 dari 3 halaman

Erupsi Merapi Tak Akan Sedahsyat 2010 Silam

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X merespons santai erupsi Gunung Merapi pada Sabtu, 11 Maret 2023 lalu. Dia meyakini bahwa Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah ini tidak akan meletus secara eksplosif seperti yang terjadi pada 2010 silam.

"Enggak akan meletus seperti dulu," kata Sultan HB X saat ditemui di Jogja Expo Center (JEC) Bantul, Sabtu 11 Maret 2023.

Menurut Sultan, pola erupsi pada gunung api aktif itu telah mengalami perubahan dibandingkan saat erupsi besar beberapa tahun silam.

"Sudah berbeda wong sudah sepuluh tahun lebih. Biasanya kan empat tahun meletus," ujar Ngarsa Dalem --sapaan Sultan HB X.

Bagi Sultan, awan panas guguran yang keluar dari Gunung Merapi pada Sabtu siang itu justru memiliki manfaat menambal lahan-lahan berlubang atau rusak di sekitar gunung api itu akibat aktivitas penambangan pasir.

Meski membutuhkan waktu yang tidak sebentar, ia meyakini aktivitas vulkanik Gunung Merapi akan berhenti dengan sendirinya.

"Yang penting 'ngebaki' (memenuhi) yang dirusak karena ditambang, itu saja. Nanti kalau lubang-lubang itu sudah tertutup kan berhenti sendiri. Memang itu perlu (waktu) lama karena tidak hanya di atas, yang di bawah kan juga pada berlubang kan gitu," katanya.

Terkait jarak luncur awan panas guguran Merapi yang mencapai maksimal empat kilometer pada Sabtu, Gubernur DIY itu berharap masyarakat tidak perlu panik.

"Sekarang memang harus keluar ya memang 'nyembur', tapi kan hanya satu kilometer, dua kilometer karena yang ditambang di sekitar situ," ucap Raja Keraton Yogyakarta itu.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan, pihaknya sudah menurunkan tim tanggap bencana untuk membantu penanganan dampak erupsi Gunung Merapi di beberapa bagian wilayahnya.

"Sampai sore hari ini kami sudah terjunkan untuk menuju tiga kecamatan sekaligus asesmen di masing-masing lokasi dan membawa bantuan masker, karena ini yang pertama dibutuhkan," kata Ganjar usai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pangkalan TNI Angkatan Udara Adi Soemarmo, Kabupaten Boyolali, Sabtu lalu.

Erupsi Gunung Merapi menyebabkan hujan abu di beberapa bagian wilayah Provinsi Jawa Tengah, termasuk Magelang, Temanggung, dan Boyolali. Di Kabupaten Magelang, erupsi Merapi berdampak ke wilayah Kecamatan Dukun, Kecamatan Sawangan, dan Kecamatan Srumbung.

Gubernur Jawa Tengah sudah menerima laporan mengenai daerah-daerah yang terdampak hujan abu akibat erupsi Merapi. Dia menginstruksikan tim tanggap bencana untuk memantau dampak erupsi Gunung Merapi serta membantu warga di daerah terdampak.

Apabila situasi meningkat, dia meminta jajaran kepala daerah memimpin penanganan dampak erupsi, termasuk pelaksanaan evakuasi, penyiapan tempat mengungsi, dan penyaluran bantuan bagi warga terdampak.

"Mudah-mudahan masyarakat, termasuk kawan-kawan di kades, relawan di BPBD, SAR, dan semua yang ada di sana segera bisa turun membantu. Tempat pengungsian sudah ada sebenarnya, tinggal itu disiapkan saja, karena sebenarnya masyarakat di sana relatif terlatih," katanya.

Gubernur mengimbau warga di daerah terdampak melakukan evakuasi mandiri jika dampak erupsi Merapi semakin parah.

"Masyarakat di sana sudah sangat paham, maka segera mengevakuasi diri sesuai dengan SOP yang sudah ada. Pakai maskernya, bawa barang berharga (seperti) yang pernah dilatihkan kepada mereka. Segera evakuasi diri, ikuti seluruh perintah dari komando yang ada di lapangan," ujar Ganjar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.