Sukses

Peninggalan Kerajaan Islam di Bidang Seni, Budaya, Arsitektur, dan Kuliner

Penemuan peninggalan Kerajaan Islam merupakan sebuah bukti bahwa di masa lalu ada banyak Kerajaan Islam yang pernah berjaya di Nusantara.

Liputan6.com, Jakarta Islam memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dan pengaruh kebudayaan Islam terus berkembang hingga saat ini. Di awal kedatangan Islam ke Nusantara bahkan telah memunculkan kerajaan-kerajaan yang menganut agama Islam di Indonesia, yang dibuktikan dengan penemuan peninggalan Kerajaan Islam di Nusantara.

Penemuan peninggalan Kerajaan Islam tersebut menunjukkan bahwa di masa lalu ada banyak kerajaan Islam yang pernah berdiri di Nusantara. Adapun beberapa kerajaan Islam yang pernah berjaya di Nusantara antara lain adalah Kerajaan Samudera Pasai, Aceh, Malaka, Demak, Mataram Islam, Banten, Gowa-Tallo, serta Ternate dan Tidore.

Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia tersebut, bahkan masih dapat ditemui hingga saat ini. Peninggalan Kerajaan Islam itu juga masih berdampak pada kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Islam tersebut memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas kebudayaan Islam di Indonesia dan merupakan bagian integral dari sejarah dan warisan budaya bangsa. Mereka menjadi bukti nyata dari perkembangan dan perjalanan Islam di Indonesia sepanjang masa.

Peninggalan Kerajaan Islam di Nusantara tidak hanya berbentuk fisik seperti bangunan, melainkan juga berbentuk kebudayaan dan pola perilaku masyarakat yang bertahan hingga sekarang. Berikut adalah sejumlah contoh peninggalan Kerajaan Islam seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (14/7/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Peninggalan Kerajaan Islam Berupa Masjid

Peninggalan Kerajaan Islam yang paling mudah dikenali adalah masjid. Sejak penyebaran dan perkembangan agama Islam di Indonesia, banyak masjid yang didirikan, termasuk beberapa masjid kuno seperti Masjid Demak, Masjid Kudus, Masjid Banten, Masjid Cirebon, dan masjid lainnya.

Masjid Demak

Masjid Demak merupakan peninggalan Kerajaan Islam Demak. Masjid Demak didirikan pada masa pemerintahan Raden Patah dan terletak di Kadilangu, Demak. Bangunan masjid ini memiliki atap bertumpang yang menyerupai bentuk pura Hindu. Pembangunan masjid tersebut dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan bantuan para wali (walisongo). Salah satu ciri khas Masjid Demak terletak pada salah satu tiang utamanya, yang terbuat dari pecahan kayu yang disebut "tatal" (soko tatal).

Masjid Banten

Masjid Banten juga merupakan bangunan masjid peninggalan Kerajaan Islam, yakni Kesultanan Banten. Masjid Banten didirikan pada abad ke-16 dan memiliki atap bertumpang dengan lima tingkat. Bentuk bangunan ini mungkin dimaksudkan untuk mencerminkan derajat yang dapat dicapai seseorang dalam Islam. Menara masjid Banten, yang dibangun oleh arsitek Belanda bernama Cardel, memiliki gaya Eropa yang mirip mercusuar.

Masjid Cirebon

Masjid Cirebon didirikan pada abad ke-16 M, dan merupakan peninggalan Kerajaan Islam Cirebon berkuasa. Atap masjid Cirebon juga memiliki bentuk bertumpang, terdiri dari dua tingkat.

Masjid-masjid tersebut merupakan bagian penting dari warisan budaya dan sejarah Islam di Indonesia. Mereka mencerminkan perkembangan seni arsitektur dan keindahan dalam pembangunan masjid-masjid pada masa lalu. Masjid-masjid ini juga menjadi tempat ibadah yang berfungsi hingga saat ini, serta menjadi tujuan wisata sejarah yang menarik bagi pengunjung.

3 dari 5 halaman

Peninggalan Kerajaan Islam Berupa Tradisi dan Upacara

Tidak hanya berbentuk bangunan fisik semata, Peninggalan Kerajaan Islam yang masih bertahan hingga saat ini juga hadir dalam bentuk tradisi dan upacara. Salah satu tradisi peninggalan Kerajaan Islam yang masih bertahan hingga saat ini adalah Upacara Sekaten.

Berdasarkan sumber dari Kesultanan Yogyakarta, Sekaten merupakan sebuah tradisi yang telah ada sejak zaman Kerajaan Demak, yaitu kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Upacara Sekaten diadakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad. Terdapat beberapa pandangan mengenai asal usul kata "Sekaten".

Beberapa berpendapat bahwa kata "Sekaten" berasal dari kata "sekati", yang merujuk pada seperangkat gamelan yang digunakan pada zaman Majapahit. Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa istilah "Sekaten" berasal dari bahasa Arab, "syahadatain", yang merupakan kalimat untuk menyatakan seseorang telah memeluk agama Islam.

Hingga saat ini, terdapat empat keraton yang masih melaksanakan upacara Sekaten, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kesultanan Kasepuhan, dan Kanoman Cirebon. Tradisi Sekaten menjadi bagian penting dari budaya dan warisan sejarah di keraton-keraton tersebut. Upacara ini menjadi momen penting dalam menghormati dan mengenang kelahiran Nabi Muhammad, serta memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan Islam dalam masyarakat Jawa.

4 dari 5 halaman

Peninggalan Kerajaan Islam Berupa Kesenian

Selain bangunan masjid dan tradisi, peninggalan Kerajaan Islam juga hadir dalam bentuk kesenian. Adapun peninggalan Kerajaan Islam berupa kesenian mencakup seni pertunjukan, sastra, tari, dan sebagainya. Adapun contoh peninggalan Kerajaan Islam yang berupa kesenian antara lain adalah sebagai berikut:

1. Tari Serimpi

Tarian Serimpi telah ada sejak masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam di bawah pemerintahan Sultan Agung. Awalnya, tarian ini digolongkan sebagai tarian sakral yang hanya dipentaskan di lingkungan Keraton untuk upacara kenegaraan dan perayaan kenaikan tahta. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini juga dapat dinikmati oleh masyarakat umum pada acara-acara resmi seperti penyambutan tamu.

2. Alat Musik Kulintang Pring

Kulintang pring merupakan jenis musik tradisional yang berasal dari Lampung. Awalnya, alat musik ini berkembang di wilayah Kerajaan Sekala Brak, Belalau, Lampung Barat. Namun, saat ini alat musik ini juga dapat ditemukan di beberapa wilayah lain di Lampung. Kulintang pring terdiri dari tujuh bilah bambu yang disusun berdasarkan ukurannya, dengan bunyi yang dihasilkan bervariasi dari nada rendah hingga nada tinggi. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul, mirip dengan alat musik gamelan.

3. Sastra

Pengaruh Islam dalam sastra Melayu tidak langsung berasal dari Arab, tetapi datang melalui Persia dan India yang dibawa oleh orang-orang Gujarat. Sehingga, sastra Islam yang masuk ke Indonesia telah terpengaruh oleh budaya Persia dan India. Terdapat berbagai jenis karya sastra pada masa Islam, seperti Babad (cerita sejarah yang dihiasi dengan unsur dongeng), Hikayat (cerita atau dongeng yang menghibur atau membangkitkan semangat juang), Syair (puisi lama yang setiap baitnya terdiri dari empat baris dengan bunyi akhir yang sama), dan Suluk (kitab-kitab yang berisi ajaran Tasawuf). Sastra tersebut menggambarkan keragaman karya sastra yang berkembang di masa itu.

4. Seni Rupa

Bentuk seni rupa yang menjadi peninggalan sejarah Islam antara lain adalah kaligrafi dan pahatan atau ukiran pada kayu atau batu. Kaligrafi adalah seni menulis indah yang menggunakan huruf-huruf Arab, baik berupa ayat-ayat suci Al-Qur'an maupun kata-kata mutiara. Kaligrafi sering dijumpai sebagai hiasan dalam masjid dan nisan. Contohnya, kaligrafi pada nisan Ratu Nahrasiyah di Aceh dan nisan Sultan Malik as-Saleh, juga di Aceh.

5 dari 5 halaman

Peninggalan Kerajaan Islam di Bidang Kuliner

Peninggalan Kerajaan Islam ada pula yang hadir dalam bentuk kuliner, salah satunya adalah Nasi Ndoreng. Nasi ndoreng atau Sega ndoreng adalah hidangan khas yang telah diwariskan secara turun temurun dari Kerajaan Demak Bintoro dan masih terkenal hingga sekarang.

Meskipun terlihat mirip dengan pecel, cara memasak dan penyajiannya sangat berbeda. Nasi matang disusun bersama sayuran seperti petai cina, kembang turi, jenthut (jantung pisang), pucuk daun, buah lamtoro muda, daun singkong muda, dan glandir (daun ubi jalar). Kemudian, nasi disiram dengan bumbu kacang yang dimasak menggunakan tungku kayu di atas api, dan ditaburi dengan serundeng di atasnya.

Nasi ndoreng disajikan dengan cara dibungkus dalam pincukan yang terbuat dari daun pisang atau daun jati yang membentuk wadah seperti mangkuk. Rasanya yang unik menggabungkan cita rasa gurih, asin, pedas, dan manis. Hidangan ini memberikan pengalaman kuliner yang istimewa dan menggugah selera.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.