Sukses

3 Fakta Mengerikan di Balik Indahnya 'Kembang Api' Bom Fosfor

Willie Pete atau fosfor putih digunakan semenjak Perang Dunia I dan II telah dilarang. Namun,ternyata dipakai lagi dalam konflik modern.

Liputan6.com, Mosul - Mereka menyebutnya Willie Pete (WP) selama Perang Dunia I dan II. Namanya memang lucu, namun faktanya, itu adalah senjata paling mematikan.

Willie Pete digunakan agar musuh menderita bahkan tewas secara mengenaskan.

Senjata itu memiliki ciri khas suara yang kencang dan diikuti hujan api disertai asap putih. Terlihat 'indah', namun efeknya mematikan karena membawa bahan kimia berbahaya yang berjatuhan dari langit.

Maut mengancam mereka yang ada dekat 'hujan kembang api' itu. Kalaupun selamat, korbannya akan menderita luka bakar serius yang bakal membuat cacat seumur hidup. Luka itu tak hanya membakar kulit, namun sampai ke daging dan tulang.

Nama lain Willie adalah WP atau white phosphorus, atau fosfor putih. Senjata itu kembali digunakan dalam konflik modern, setelah beberapa tahun 'terlupakan', demikian dilansir News.com.au pada Senin (31/10/2016).

Di Irak, di mana ISIS dan tentara koalisi AS bersitegang dan saling berperang, asap putih khas bom fosfor terlihat turun dari langit bak hujan api.

Grup pembela Hak Asasi Manusia mengatakan, penggunaan senjata WP itu jelas melanggar Hukum Perang. Pada tahun 2009, sebuah laporan juga mengatakan Israel menggunakan fosfor putih di Gaza.

Benarkah bom fosfor digunakan di 'zona merah' di tengah Perang Irak, Suriah, Israel, dan oleh ISIS?

Berikut 3 fakta yang di lapangan yang menguatkan bukti pemakaian senjata mematikan bom fosfor, yang dikutip Liputan6.com dari News.com.au dan sumber lainnya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Masker Oksigen Meleleh

Seorang fotografer New York Times mengambil beberapa foto asap putih yang konsisten dengan dampak Willie Pete (WP) di kawasan Kareles, di timur Kota Mosul.

Melihat foto-foto itu, Amnesty Internasional mengatakan, pola tersebut mirip dengan senjata white phosphorus buatan AS. Amunisi itu mampu menyebarkan bahan bakar kimia mematikan yang menjangkau area selebar 125 hingga 250 meter.

Razia, bocah yang terkena bom fosfor putih (Reuters)

Tak jelas siapakah yang melontarkan amunisi mematikan itu karena ada banyak pasukan di zona merah Suriah dan Irak: koalisi AS, Pashmerga dan Irak yang berperang melawan ISIS di wilayah itu. Namun, siapapun itu para aktivis HAM telah meminta untuk menghentikannya.

"WP bisa menyebabkan luka parah, membakar hingga otot dan tulang," kata Donatella Rovera, Senior Crisis Response Adviser di Amnesty International.

Luka semacam itu menimpa bocah 8 tahun bernama Razia. Ia terbakar hebat kala WP mendarat di rumahnya pada Juni, 2009.

Human Rights Watch melaporkan, dokter yang mencoba menyelamatkan nyawanya mengatakan, masker oksigen yang di muka bocah malang itu meleleh. Mereka mengatakan, bara terlihat ketika mencoba mengelupas sel mati di kulitnya.

Foto Razia menangis memperlihatkan luka di seluruh wajahnya bikin dunia ngeri. Ia selamat, meski cacat.

3 dari 4 halaman

2. Warna Kelabu

White phosphorus -- biasa juga digunakan untuk racun tikus. Namun, efeknya sangat mematikan karena bisa menempel dan sulit hilang ketika menyentuh tanah, baju bahkan kulit.

Dengan zat kimia yang terekspos ke udara, senjata itu dengan mudah menempel di tubuh banyak manusia.

Pelarangan penggunaan senjata mematikan itu tak semudah dikira. Penggunaan 'senjata pembakar' ilegal semenjak penandatanganan konvensi Protokol Senjata III tahun 1980.

Tapi definisi protokol untuk senjata pembakar tidak secara khusus menyebut bom fosfor putih.

Pasukan Pemerintah Suriah diduga menjatuhkan bom barel yang mengandung klorin dari helikopter di pinggiran kota Aleppo (BBC)

Alasannya, fosfor putih memiliki kegunaan lainnya. Militer di seluruh dunia menggunakannya untuk membuat layar asap dan untuk menandai target, tapi belum jelas mengapa bom itu juga dipakai Mosul. Siapa yang menggunakannya?

AS sebelumnya telah mengutuk penggunaan WP. Pada tahun 2009, beberapa minggu setelah bocah Razia terbakar parah, juru bicara Angkatan Darat AS mengatakan, fosfor putih telah digunakan untuk melawan pasukan AS di Afghanistan.

"Penggunaan senjata fosfor putih yang tidak bertanggung jawab dan sembarangan oleh gerilyawan adalah tercela dan harus mendapat perhatian komunitas hak asasi manusia internasional," kata Mayor Jenny Willis.

Dia mengatakan senjata itu bisa menyebabkan "penderitaan yang menyedihkan", sebagaimana didefinisikan dalam hukum perang.

4 dari 4 halaman

3. Digunakan di Israel, Suriah dan Irak

Fosfor putih digunakan oleh Israel selama konflik Gaza sebelum 2009. Sebuah laporan, berjudul "Rain of Fire", mendokumentasikan saksi mata penembakan konstan selama 22 hari antara 27 Desember 2008 dan 18 Januari 2009.

Seorang pria mengatakan kepada Human Rights Watch, ia melihat korban terjatuh di sebuah gang. Ketika mendekat, saksi melihat secara langsung efek dari senjata kimia tersebut.

"Putri saya mengatakan kepada saya ada mobil terbakar dengan orang-orang di dalamnya," katanya.

"Saya menyaksikan seorang pemuda sempoyongan mencoba untuk mendorong mobil yang terbakar ke jalan," kata saksi. "Ketika aku sampai ke dekat mobil, pemuda itu jatuh dan terbakar."

Diduga korban terkena efek samping bom fosfor saat berusaha menolong.

3 Bukti Perang Suriah, Israel, dan Irak Gunakan Senjata Kimia  (Reuters)

"Kala itu penembakan tengah berlangsung dan aku menyeretnya ke sebuah gang dan mencoba untuk berbicara dengan dia, tetapi dia tidak bisa bicara. Salah satu matanya telah terbakar habis dan terdapat luka mengerikan."

Rusia dituduh menggunakan senjata kontroversial itu pada 2015 di Aleppo, Suriah, kota yang terkepung oleh perang yang tak kunjung usai.

Karemlesh adalah kota terbaru yang tengah bergejolak. Rovera dari Amnesty International mengatakan, banyak warga sipil berisiko terkena bom fosfor dalam beberapa hari mendatang.

"Bahwa pasukan menggunakan fosfor putih adalah informasi yang penting," kata Rovera. Israel sebelumnya juga diduga menggunakan senjata berbahaya itu di Gaza.

"Informasi tersebut juga penting bagi para paramedis yang bertugas di Irak sehingga mereka sadar akan jenis cedera mereka yang akan mereka hadapi. Tragisnya, kita menyaksikan banyak orang mati di Gaza karena dokter tidak menyadari bahwa luka bakar pasien mereka disebabkan oleh fosfor putih mereka gagal melakukan pengobatan yang tepat, yang mengakibatkan luka memburuk. "

Lebih dari 10.000 orang telah mengungsi dari Mosul dan diyakini ada 1,5 juta warga terperangkap di dalam kota dan dan di pinggirannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.