Saya agak tercengang mengetahui SAD yang salah satu turunannya adalah Galau ternyata dapat dijelaskan dari bidang ilmu yang selama ini saya pelajari. Penelitian Denissen, Penke, Bukalid dan van Aken berjudul "The Effect of Weather on Daily Mood: A Multilevel Approach" membuka pengetahuan baru untuk saya jika ternyata SAD dan turunannya bisa dijelaskan dari aspek Biologi dan Kedokteran. Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Emotion Vol. 8. No. 5 tahun 2008 itu juga menunjukkan bahwa bukan hanya Winter atau Summer yang bisa mempengaruhi mood seseorang. Jurnal ini juga sedikit banyak membuka pemahaman tentang bagaimana Hujan menurunkan mood seseorang. Hal serupa juga dijelaskan oleh Jennifer Eastwood pada tulisannya yang berjudul "Understanding Seasonal Affective Disorder". Dan ketika penjelasan Biologi, Kedokteran dirangkai dengan kajian Psikologi akhirnya bisa dipahami bagaimana Mesin Galau bekerja di kala hujan.
Saya juga tersenyum kecil menertawakan diri sendiri karena rupanya cara kerja Mesin Galau di kala Hujan dapat dijelaskan secara sederhana. Tentu tidak berarti bahwa proses Biologi dan Psikologi yang terjadi ketika orang menjadi Galau adalah sesuatu yang sederhana. Tapi bagi orang-orang yang mempelajari Biologi dan Kedokteran tentu sudah familiar dengan Hipothalamus, Glandula Pineal, Melatonin, Seretonin, Vitamin D dan Fotoperiode. Ternyata di kalau hujan Mesin Galau bekerja dengan melibatkan itu semua. Dan kini kita bisa memahami bagaimana hujan menciptakan galau karena secara ringkas penelitian-penelitian mengenai SAD menerangkan bahwa :
"Ketika hujan dan cuaca menjadi mendung, apalagi jika berada di dalam ruangan, tubuh terutama mata akan menerima cahaya jauh lebih sedikit dibandingkan ketika cuaca cerah. Sedikitnya cahaya yang masuk ke mata akan diterima sebagai sinyal oleh otak dan melewati bagian otak yang disebut Hipothalamus. Bagian ini bertanggung jawab mengontrol beberapa proses seperti tidur dan mood. Ketika mencapai hipothalamus, sinyal akan diteruskan ke Glandula pineal yang dalam kondisi kurang cahaya seperti hujan dan mendung akan memproduksi banyak hormon Melatonin. Melatonin inilah yang mendorong seseorang menjadi lebih mudah mengantuk dan melamun.
Di sisi lain ketika hujan turun dan langit menjadi lebih gelap, kulit manusia mendapatkan lebih sedikit cahaya matahari menyebabkan vitamin D di dalam tubuh menjadi sedikit. Rendahnya level vitamin D ternyata mempengaruhi level Serotonin di dalam otak. Serotonin adalah protein pembawa sinyal (neurotransmitter) yang bertugas meneruskan sinyal dari sel syaraf ke sel target. Selain bertanggung jawab pada pengaturan mood, Serotonin juga memegang peranan dalam proses mengingat. Ketika hujan, mendung dan lingkungan sekitar menjadi lebih gelap, Serotonin dapat mengalami penurunan level sehingga mood akan berubah dan orang akan cenderung melamun dan akhirnya mellow.
Perubahan biologis yang mempengaruhi mood tersebut menjadi lebih rentan karena secara psikologis dalam kondisi melamun atau mengantuk, alam bawah sadar manusia cenderung memanggil banyak memori termasuk ingatan-ingatan lama seperti ingatan tentang masa kecil, orang tua juga tentang mantan".
"Mau dikatakan apalagi Kita tak akan pernah satu Engkau di sana, aku di sini Meski hatiku memilihmu..."
Meskipun demikian para ahli menyakini bahwa SAD dengan segala macam perubahan mood yang terjadi sebenarnya melibatkan proses yang lebih kompleks dari yang sudah diketahui saat ini. Oleh karena itu penelitian mengenai hubungan antara perubahan cuaca dengan berbagai macam mood dan perasaan masih terus dilakukan. Termasuk apakah benar wanita lebih rentan galau dibanding pria ?. Meski sejumlah data menunjukkan hal itu tapi hasil penelitian Denissen dkk. ini masih berkesimpulan bahwa belum ada hubungan signifikan dari faktor gender dan kepribadian. Jadi jika selama ini kita kerap mencibir kegalauan seseorang sebagai bentuk sifat dan kepribadian orang labil, sebaiknya kita perlu berkaca lagi karena saat hujan berikutnya turun, mungkin giliran kita yang akan Galau.
"Bila cinta ku ini salah hatiku tetap untukmu Namun kenyataannya parah Dirimu tak pernah untukku..."
Bagaikan sihir dari langit. Setiap tetesan airnya seolah menuntun ingatan orang untuk memanggil satu demi satu kenangan yang sudah terlewati. Bunyinya ketika jatuh menghantam tanah, atap rumah atau mungkin menerpa badan dan membuatnya basah seolah membawa banyak rasa yang tak pernah diundang. Segenap sensasi dan rasa yang dimaknai sebagai Galau.
"Tanpamu cinta tak berarti, cinta sudah lewat Tak ku kira kan begini..."