Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lebih Baik Irit Janji, Tapi Ditepati

24 April 2018   18:58 Diperbarui: 24 April 2018   19:29 2797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : kekopedia.com

Mengumbar janji muluk muluk,sebelum pernikahan,adalah ibarat memasang jerat bagi diri sendiri. Karena yang berjanji, kemungkinan sudah lupa,akan apa yang telah dijanjikannya.Tapi bagi yang menerima janji, akan terpateri dalam ingatannya dan suatu waktu,janji itu akan dituntut. Dan bilamana kita tidak mampu menepati,maka janji janji yang telah dihamburkan ,akan menjadi bumerang dalam hidup kita.

Semakin banyak janji yang diucapkan, akan semakin besar kita akan mengecewakan pasangan hidup kita.Setiap orang berhak untuk memilih jalan hidupnya masing masing. Dan tidak seorangpun berhak mencampurinya. Namun dengan berbagi cuplikan perjalanan hidup,mungkin ada manfaat yang dapat  dipetik oleh pasangan hidup lainnya. Minimal, menjadi masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan.

Bila Janji  Ditagih dan Kita Belum Siap Memenuhinya Gimana Rasanya?

"Pa.sebelum menikah,katanya mau beli rumah, tapi hingga kini sudah lahir anak kita dan malahan sudah sekolah di TK, tapi kita masih numpang dirumah orang tua?" Walaupun, diucapkan dengan nada selembut apapun ,bahkan mungkin sambil tertawa,tapi bagi kita yang berjanji,akan merupakan sebuah pukulan. Malu pada istri sendiri,karena belum mampu menepati janji.

Selang beberapa  waktu,kembali istri menagih janji lain : "Oya pa,kalau uang belum cukup untuk membeli rumah,nggak apa apalah pa. Beli saja mobil,seperti sudah papa janjikan. Bukan untuk saya ,tapi kasian anak kita, kalau hujan dibonceng dengan sepeda motor, walaupun mengenakan mantel, tetap saja tiba disekolah basah kuyub"

Menengok suami terdiam,kembali istri melanjutkan tagihannya:" Hmm begini pa,kalau mobil baru mahal,tetangga ada sedan bekas,masih bagus. Katanya butuh uang dan mau dijual dengan harga cuma 150 juta rupiah. Ayo pa. buruan, ntar dibeli orang" Kalau ditagih secara beruntun, gimana sih rasanya? Setidaknya,sebagai seorang suami,akan merupakan beban bathin.

Mungkin ada yang sudah mengalaminya,walaupun versinya berbeda? Kalau belum,ya syukurlah!

Lebih Baik Berjanji Bila Sudah Ada Dana Ditangan

Sebaiknya, walaupun mungkin belum sepenuhnya mencukupi,tapi bilamana ditangan sudah ada minimal separuh dari nilai barang yang akan dibeli,baru  melangkah untuk menjanjikan sesuatu.

Misalnya ketika hidup kami sudah berubah dan saya sudah menjadi pengusaha, saya sampaikan kepada istri ,rencana untuk membeli sebuah kendaraan bekas. Dengan alasan,kalau semua keuntungan perusahaan dibelikan kendaraan baru, maka akan mempengaruhi :' cash flow" atau modal aktif yang diperlukan untuk kelangsungan usaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun