Mohon tunggu...
Haendy B
Haendy B Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Football Anthutsias

mengamati dan menulis walau bukan seorang yang "ahli" | Footballism

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kapal Phinisi Nusantara, Warisan Budaya Indonesia yang terpinggirkan

5 Mei 2011   13:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:03 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mukadimah, Kapal Phinisi itu melegenda, menantang derasnya deru ombak, melawan kencang laju angin, tak takut jika apa yang dibawa hilang termasuk nyawa para awak yang berada didalamnya. Tak ada ketakutan itulah yang terlihat, hakulyakin bahwa bahtera asli Indonesia ini tak akan luluh pada ganasnya alam, mungkin ada yang menertawakan tapi itulah kenyataaan, Kapal Phinisi Nusantara melaju melintas samudera. Bahtera ini hanya terbuat dari batang kayu, di bentuk dengan gotong royong antar warga di daerah Bulukumba sejak zaman dahulu kala. Meletakkan ego masing-masing yang dulunya berlomba untuk mengarungi lautan sendirian, makna yang keliru dan dapat disadari bahwa gotong royong antar suku membuat sebuah mahakarya dan warisan kebudayaan yang dapat dibanggakan. Phinisi Nusantara merupakan andalan dari zaman nenek moyang melintas arung lautan bebas, kendaraan utama untuk mengenal nusantara dari pulau yang satu ke pulau yang lainnya, sebuah silahturahmi tersirat yang memang menjadi nilai keluhuran bangsa pada Phinisi Nusantara Mencetak sejarah lewat Ekspedisi Vancouver

sumber : dreamindonesia.files.wordpress.com

Sejarah mencatat bahwa pagi menjelang pada 9 juli 1986, kapal Phinisi nusantara melepas sauh di Muara Baru, dengan tujuan Vancouver untuk  mengikuti expo Vancouver 1986, jarak  yang ditempuh  + 11000 km dengan melewati samudera pasifik yang saat itu memang sedang tak bersahabat, keraguan banyak timbul tapi tekad tak kunjung padam dengan di pimpin oleh capt. Gita arjakusuma, kapal phinisi nusantara akhirnya tiba di pelabuhan Marine plaza, Vancouver, mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat yang tentunya tak mengira kapal kayu yang dimiliki oleh Yayasan Phinisi Indonesia Raya yang diketuai Laksamana TNI (Purn) Soedomo dapat tiba pada waktunya, luar biasa.

Phinisi Nusantara, Mistik dan Buku Sejarah

Tak dapat dielakkan bahwa dalam pembuatan Phinisi Nusantara, nilai-nilai tradisional masih tetap di jaga dalam pembuatannya seperti sesajian jajanan manis (agar selalu mendapatkan hasil yang baik), darah ayam jago (agar tak ada pertumpahan darah), pembuangan sebagian kecil kayu pada lunas bagian depan dan belakang ( bagian depan di buang ke lautan, bagian belakang di buang ke daratan). Nilai-nilai tersebut menampakkan keanggunan sebuah budaya yang memang memiliki kedekatan dengan alam, kepercayaan yang pada dasarnya tetap sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha kuasa. Hanya sinergi manusia untuk lebih menciptakan keserasian dan keselarasan pada alam.

Wilayah Indonesia yang terdiri oleh sebagian besar lautan membuat kapal laut atau sejenisnya menjadi semacam "jembatan" untuk menyatukan berbagai daerah, hal yang harusnya di perhatikan mengenai sejarah atau kebudayaan masyarakat pesisir yang memang mengandalkan kapal sebagai moda transportasinya, dengan kecanggihan zaman yang menciptakan kapa- kapal besi yang lebih besar dan modern dan akan memaksa simbol-simbol tradisional dapat hilang begitu saja. Membuat kapal Phinisi Nusantara tergeletak dan bersemayam dalam ruang yang bernama museum dan buku sejarah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun