Mohon tunggu...
Donny Ramadhan
Donny Ramadhan Mohon Tunggu... -

I am just a man who wants a sweet victory

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Alay, Pertama di Indonesia bahkan Mungkin di Dunia

29 Juli 2011   06:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:16 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13119220511361434019

Dalam kurun beberapa tahun terakhir istilah alay (Anak Lebay) sudah sangat sering terdengar, bahkan sudah menjadi bahasa Indonesia baru untuk kosa kata bahasa kita sehari-hari. Fenomena Alay ini sebenarnya berawal dari suatu istilah LEBAY yang lebih populer sebelum ALAY karena kita bisa mengasumsikan kata ALAY berasal dari kata LEBAY, yang sebenarnya kata lebay sendiri berasal dari kata LEBIH atau berlebihan. Dari asal kata lebih atau berlebihan ini sesungguhnya secara awam kita bisa simpulkan arti dari kata Lebay, yaitu sesuatu yang melebihi dari porsi normal, misalnya makan yang terlalu banyak, sekarang bisa dikatakan Porsi makan LEBAY. Kata lebay lebih dekat hubungannya dengan budaya, cara hidup, bahkan gaya bicara seseorang. Gaya hidup ini bisa disangkut pautkan dengan cara berpakaian, cara penggunaan bahasa gaul, cara hidup serta kebiasaan anak muda yang sedang trend akhir-akhir ini.

Fenomena ALAY ini hanya melanda kalangan tertentu, buktinya tidak semua memahami apa sebenarnya yang diinginkan seseorang sampai-sampai mereka menjadi orang alay (walaupun mereka sendiri tidak mendeklarasikan diri sebagai kaum alay) oleh orang lain. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka bicara, berpakaian, cara bergaul sangan berbeda dengan sesuatu yang sudah mapan atau sesuatu yang disebut budaya mainstream. Bahkan mereka punya font sms tersendiri dengan mengkombinasi antasa huruf dan angka yang menghasilkan gaya menulis pesan singkat berbeda dengan orang lain, dan pesan ini susah dibaca dari kalangan non alay.

Dikota-kota besar misalnya, Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang sangat sering dijumpai komunitas alay. Sebenarnya eksistensi suatu komunitas seperti ini sudah ada dari sejak dulu, misalnya Punk, Hippies, Skinhead, Gothic atau komunitas komunitas underground lainya yang tentunya mempunya tujuan tertentu. Kita tarik contoh misalnya PUNK, komunitas punk adalah suatu komunitas yang memiliki ciri khas tertentu dengan gaya rambut yang Mohawk, celana ketat, memakai kalung dan gelang model spike dan bisa dilihat dari make up yang mereka gunakan. Pada awalnya punk muncul di negara barat sana dengan tujuan adanya ketidak puasan terhadap pemerintah yang berkuasan pada jamannya, ketidakpuasan terhadap cara hidup yang mereka anggap sangat konvensional dan kolot. Dengan anggapan tersebut terbentuklah komunitas punk yang terdiri dari orang-orang yang mempunya ideologi sama, dan mereka melakukan aksi protes terhadap sesuatu yang mereka anggap tidak selaras dengan ideologi mereka dengan cara mereka tentunya. Misalnya dengan membuat lagu dengan lirik protes, rebel. Contoh band punk, green day, SID, PAS dan lain sebagainya malahan ini sudah berkembang sebagai genre musik mainstream di dunia.

Dari perkembangan komunitas punk dan dinamikanya sebenarnya bisa saja ditarik kesimpulan bagaimana menyikapi dan memandang fenomena komunitas Alay belakangan ini. Tentu saja adanya komunitas alay adalah mengejar sesuatu yang menjadi ideologinya. Jika saya pribadi melihat, apa sih sebenarnya tujuan alay? Alay muncul dari mayoritas kalangan bawah yang sangat mengidolakan bintang pujaan mereka, dengan meniru gaya berpakaian sang pujaannya, cara bicara sang pujaan hingga berlebihan. Nah.. inilah yang kemudian orang menilai bahwa mereka adalah komunitas Alay (Anak Lebay). Hingga akhirnya puncak perkembangan, mereka lebih menata dan lebih terkoordinasi dengan baik, sebagai hasilnya mereka bisa mendatangkan uang dan popularitas. Kita mungkin sering kali melihat acara-acara musik entah live atau tidak di beberapa stasiun televisi. Penonton-penonton acara tersebut di studio sebagian penontonnya dikuasai oleh komunitas ini, bahkan mereka dibayar untuk melakukan ini. Dari seperti inilah mereka mendapatkan penghasilan, pengalaman, bergaul, dan tentu saja lebih dekat dengan idola mereka. Secara umum mereka yang menyukai cara hidup dan cara bergaya hidup seperti itu adalah anak-anak yang masih mencari jati diri mereka. Dengan mengikuti trend semacam itu, mereka ingin eksistensi mereka diakui oleh orang lain. Terlepas dari hal itu, mereka secara percaya diri membuka diri untuk berkembang dengan gaya pergaulan mereka di dalam komunitas, sehingga secara tidak langsung mereka tidak kuper atau ketinggalan jaman. Terlepas dari sisi positif komunitas ini, tujuan atau ideologi komunitas ini hampir tidak ada, bahkan bisa dibilang komunitas ini tidak memiliki ideologi layaknya ideologi komunitas Punk, komunitas Skinhead, ataupun yang lain. Karena lemahnya poin ini bukan tidak mungkin umur komunitas ini tidak akan long lasting seperti komunitas punk, atau dengan kata lain komunitas alay tidak akan mendominasi sebagai salah satu genre musik baru atau akan menjadi mainstream, tetapi komunitas alay ini hanya tumbuh meramaikan warna warni kehidupan anak muda saat ini. Bagaimana kita menyiklapi mereka itu terserah anda. Anda benci mereka atau suka dengan mereka, itu pilihan, yang jelas mereka telah lahir dan kalaupun suatu saat mereka hilang, alay pernah hidup di Indonesia tercinta. Hidup Indonesia!!! Apakah layak trend ini nantinya diakui oleh tetangga sebelah?setelah budaya-budaya kita diklem mereka... Let's see! Donny the non-alay


Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun