Ambisi besar Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman memantik perubahan besar di Negeri Petrodolar itu. Soal dana tak masalah. Hanya, tersisa catatan terkait pelayanan dan keramahtamahan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Arab Saudi berinvestasi besar-besaran dalam industri dunia gim video senilai 180 miliar dollar AS, atau Rp 2,7 kuadriliun per tahun. Sejak September 2022, Arab Saudi sudah mengalokasikan sedikitnya 40 miliar dollar AS (sekitar Rp 601 triliun) demi mengejar ambisi menjadi pusat atau ”kerajaan gim dan e-sport dunia” pada 2030. Semua dana bersumber dari kekayaan negara (Kompas, 27 Juli 2023).
Ambisi terkait pusat gim dan e-sport dunia ini menjadi target kesekian dari perubahan Arab Saudi di bawah kendali Mohammed bin Salman. Sebelumnya, dan ini juga sedang bergulir, tercatat upaya mengubah kota Jeddah menjadi lebih metropolis. Jeddah yang makin modern diharapkan mampu menyaingi Dubai di Uni Emirat Arab, yang sudah diakui sebagai kota pusat belanja bergengsi kelas dunia, dilengkapi arsitektur ultramodern plus hiburan malam.
Sehubungan dengan itu, akan dibangun Jeddah Tower setinggi 1 kilometer. Jika ini terwujud, Menara Jeddah ini akan mengalahkan Menara Burj Khalifa di Dubai yang setinggi 828 meter. Proyek prestisius lainnya, renovasi Bandara King Abdul Aziz Jeddah sehingga menjadi bandara terbesar di dunia, dengan proyeksi kapasitas 114 juta penumpang per tahun.
Dalam berbagai referensi, biaya pembangunan renovasi Bandara King Abdul Aziz itu mencapai 115 miliar riyal Arab Saudi atau sekitar Rp 465 triliun. Target renovasi itu ialah perluasan Terminal 1 dan pembangunan Terminal 2, yang ditargetkan tuntas pada 2031. Bandara King Abdul Aziz, dengan demikian, bakal bersaing dengan Bandara Internasional Dubai, yang terdata sebagai bandara tersibuk di dunia dari sisi mobilitas penumpang.
Ambisi lainnya adalah mendongkrak popularitas Liga Sepak Bola Arab Saudi. Sejumlah pemain ternama yang sudah melewati masa emas karier mereka secara demonstratif didekati dengan iming-iming banderol transfer dan gaji menggiurkan demi bergabungnya mereka ke klub Saudi.
Salah satu yang fenomenal ialah hijrahnya bintang Portugal, Cristiano Ronaldo, dari Manchester United ke Al Nassr, klub di Riyadh. Ronaldo menikmati gaji 200 juta euro atau sekitar Rp 3,3 triliun per tahun di Al Nassr, dan tercatat sebagai gaji termahal. Beberapa nama lain yang berlabuh di klub Saudi, di antaranya, ialah Jordan Henderson ke Al Ettifaq (Dammam) serta Riyad Mahrez dan Roberto Firminho ke Al Ahli (Jeddah).
Upaya merekrut pemain-pemain top yang sebagian sudah melewati masa puncak karier ini tentu bagian dari menyejajarkan liga Arab Saudi dengan sejumlah liga yang selama ini menjadi persinggahan terakhir pemain-pemain di ujung karier.
Sebelumnya, negara-negara lain yang mendatangkan pemain top yang sulit bersaing di liga elite Eropa, sebut saja China, Jepang, Qatar, Australia, kemudian Amerika Serikat (AS) dengan Major League Soccer (MLS). Tak heran, bintang Argentina, Lionel Messi, bergabung dengan klub di Florida, AS, yaitu Inter Miami, begitu usai membela Paris St Germain (Perancis).
Seiring julukannya sebagai Negeri Petrodolar, sudah barang tentu Arab Saudi tak menghadapi hambatan pendanaan. Setidaknya itu terbukti dari kesediaan Ronaldo ke Al Nassr, di tengah puluhan pinangan klub-klub lain bagi pemain Portugal itu. Nilai gaji fantastis jadi penjamin. Geliat di Jeddah, dengan merobohkan rumah-rumah warga yang dinilai kurang layak, untuk pada saatnya nanti didirikan kondominium megah, juga sebuah penanda betapa modal itu tak berseri.
Tersisa beberapa catatan saja yang perlu menjadi perhatian. Seperti semangat pelayanan dan keramahtamahan warga Saudi, yang mungkin perlu diungkit saat mereka lebih banyak didatangi pelancong. Dialektika domestik seiring hak-hak warga yang rumahnya direlakan untuk proyek prestisius, juga harus lebih banyak digulirkan. Demi proyek-proyek kelas dunia yang tak jadi menara gading.