Dipelopori Pemuda, Bolaang Mongondow Timur Gelar Festival Kebudayaan Perdana
Bolaang Mongondow Timur merintis sebuah festival kebudayaan untuk mempromosikan pariwisata sekaligus merayakan ulang tahun kabupaten. Festival itu dirancang dan diorganisasi sepenuhnya oleh para pemuda setempat.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
TUTUYAN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, merintis sebuah festival kebudayaan untuk mempromosikan pariwisata sekaligus merayakan ulang tahun kabupaten. Festival itu dirancang dan diorganisasi sepenuhnya oleh para pemuda setempat.
Pergelaran yang dinamai Kabela Fest itu akan diadakan untuk pertama kali, Kamis (21/7/2021), di Lapangan Gogaluman, Kecamatan Tutuyan, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Ke-14 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Berbagai kesenian tradisional dan kontemporer, seperti tari, musik, dan teater, bercorak Mongondow akan ditampilkan bersama dengan kesenian dari etnis lain yang berada di kabupaten itu, seperti Minahasa, Jawa, dan Gorontalo.
Kepala Dinas Pariwisata Bolaang Mongondow Timur Eko Marsidi mengatakan, kabela merupakan kotak berisi sirih dan pinang yang biasa diberikan kepada para tamu Kerajaan Swapraja Bolaang Mongondow di masa silam. Di masa kini, kotak kabela selalu tampak dalam tari tradisional yang juga dinamai Kabela dalam penyambutan tamu pemerintahan.
”Kabela memperlihatkan ciri khas Bolaang Mongondow secara umum. Jadi, secara kultural, festival ini bertujuan merayakan identitas Bolaang Mongondow sekaligus mengangkat kembali budaya setempat yang sudah mulai terpinggirkan,” kata Eko.
Tari Kabela serta kesenian lain akan ditampilkan di atas panggung besar dengan panjang 18 meter dan lebar 12 meter yang telah didirikan di Lapangan Gogaluman. Berbagai instalasi seni dari kayu juga telah didirikan di dekat pintu masuk. Sementara itu, gerai-gerai untuk usaha kecil serta komunitas-komunitas pemuda berjajar di kedua tepi lapangan.
Eko memperkirakan, Kabela Fest akan dihadiri lebih dari 5.000 orang. Sebab, akan diadakan tari Dana-Dana massal pada pagi hari di kompleks kantor bupati, yang kemudian disusul parade budaya dengan rute sepanjang lebih kurang 10 kilometer.
Peserta Dana-Dana massal berasal dari berbagai kalangan. ”Pertama, pegawai pemkab lebih kurang 2.300 orang. Kedua, anak-anak SD dan SMP sekitar 2.000 orang. Ketiga, perwakilan pemerintah dan warga 81 desa di Bolaang Mongondow Timur, rata-rata 25 orang per desa. Masyarakat pun bisa ikut ber-Dana-Dana ria,” katanya.
Menurut Eko, festival ini akan menjadi kesempatan memperkenalkan Dana-Dana sebagai tarian masyarakat Mongondow yang menyenangkan sekaligus menyehatkan. Ia berharap Dana-Dana yang diiringi musik etnik dengan aransemen kontemporer bisa bersanding dengan, misalnya, Gemu Fa Mi Re dari Nusa Tenggara Timur yang kerap menjadi lagu senam.
Adapun dalam pentas budaya pada sore hingga malam hari, berbagai kelompok ataupun pegiat seni lokal dari lima kota dan kabupaten di area Bolaang Mongondow Raya akan memeriahkan panggung. Kendati begitu, panitia Kabela Fest berupaya memastikan festival ini tetap berwajah kekinian.
Vicky Mokoagow (31), direktur acara dalam kepanitiaan Kabela Fest, menyatakan, acara ini dirancang sepenuhnya oleh para pemuda Bolaang Mongondow Timur yang dimotori penata acara (event organizer) Tetap Terbit Creative. Hal ini tampak dari desain grafis poster, video-video promosi di media sosial, serta kelengkapan dekorasi acara yang modern.
Kampanyenya harus dengan gaya kekinian.
”Kami ingin festival bertema budaya yang tidak kaku, membawa nilai tradisional, tetapi tetap kontemporer. Harus tetap kekinian. Itu bagian penting dari marketing (pemasaran), karena market kita saat ini sudah berbeda. Kampanyenya harus dengan gaya kekinian,” ujarnya.
Vicky berharap festival ini dapat menjadi titik awal kebangkitan kesadaran budaya di Bolaang Mongondow Timur. Di samping menumbuhkan kreativitas para pemuda, ia berharap akan banyak instrumen peraturan daerah yang dapat mempreservasi kebudayaan, termasuk surat keputusan bupati akan kewajiban aparatur sipil negara untuk senam Dana-Dana setiap Senin pagi.
Sementara itu, dalam video promosi Kabela Fest, Bupati Bolaang Mongondow Timur Sam Sachrul Mamonto mengatakan, acara ini merupakan penghormatan terhadap adat Bolaang Mongondow. Ia pun berharap festival ini akan mendorong persatuan di area Bolaang Mongondow Raya.
”Politisi, pegiat sejarah, dan cendekiawan Bolaang Mongondow, semua bisa disatukan melalui perayaan budaya yang tumbuh dari sini. Ini baru pertama kali diadakan. Maka, saya mengajak seluruh masyarakat Bolaang Mongondow yang ada di mana pun, mari pulang untuk melihat sejarah dan kebudayaan kita,” kata Sachrul.
Hingga Rabu malam, Eko Marsidi menyatakan, penginapan di sekitar Tutuyan, yang jumlahnya tak sampai 10 penginapan, sudah penuh. Di samping itu, para pedagang asongan dan kios dadakan telah tampak di sekitar lapangan. ”Dengan ini, kami harap ada pendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Di masa depan, Kabela Fest diharapkan dapat masuk dalam Kalender 100 Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Namun, untuk pergelaran pertama ini, kata Eko, pihaknya tidak secara langsung mengundang Kemenparekraf.