Seni Pertunjukan Dukung Pertukaran Budaya dan Festival Seni
Festival IndoFringe menjadi wadah bagi pertukaran budaya dan kearifan lokal. Festival ini diharapkan memberikan efek ganda untuk sektor ekonomi kreatif.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Festival seni IndoFringe akan menggelar 3.000 pertunjukan di 200 lokasi di DKI Jakarta dan Bali pada 10-19 November 2023. Festival yang diproyeksikan menggaet lebih dari 200.000 pengunjung ini diharapkan mendukung pertukaran budaya dan sektor ekonomi kreatif.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, IndoFringe merupakan adaptasi dari Edinburgh Festival Fringe yang sudah berlangsung lebih dari 70 tahun. Ia meyakini festival itu memberikan efek ganda untuk membuka usaha dan lapangan kerja baru.
Pada penyelenggaraan tahun perdananya, IndoFringe bekerja sama dengan 35 negara. Jadi, seniman atau talenta dari negara-negara tersebut juga berkesempatan tampil di sejumlah lokasi.
”Di tahun-tahun mendatang, 35 negara ini akan terus berkembang (bertambah). Ini menjadi wadah yang ikut memberikan apresiasi terhadap pertukaran budaya dan kearifan lokal dari masyarakat dunia,” ujarnya dalam sosialisasi IndoFringe di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Selasa (25/7/2023).
Selama 10 hari, IndoFringe bakal menampilkan beragam seni pertunjukan, seni rupa, dan seni visual di ratusan lokasi. Festival ini melibatkan banyak pihak, seperti talenta profesional dan amatir, kelompok seni, serta komunitas.
IndoFringe akan menjadi festival seni pertunjukan internasional pertama di Indonesia. Kegiatan tersebut hendak mempromosikan budaya Indonesia secara global dengan menampilkan, mengedukasi, dan membangun sirkulasi ekonomi sektor seni pertunjukan yang berkontribusi pada pembangunan ekonomi kreatif dan pariwisata Tanah Air.
”Kami percaya Indonesia memiliki pengaruh budaya yang signifikan secara global. Cara terbaik bagi kami untuk melakukan ekspansi ini adalah dengan memberikan kesempatan seniman lokal untuk menampilkan talenta mereka dan berkolaborasi dengan seniman mancanegara. Untuk itu, kita perlu menunjukkan bakat-bakat ini sembari menyajikan visual dan pengalaman yang baru dan memukau,” katanya.
IndoFringe akan menerapkan konsep hiperlokal untuk diterapkan di banyak daerah. Oleh karenanya, dalam lima tahun ke depan, festival ini ditargetkan digelar di 100 kabupaten/kota.
IndoFringe menggabungkan seni pertunjukan dan lokakarya. Di tahun mendatang, festival ini berencana memperluas jangkauannya di sejumlah daerah.
Sandiaga menuturkan, event atau kegiatan, termasuk festival seni, merupakan roda penggerak ekonomi. Sebab, kegiatan ini berdampak nyata dalam meningkatkan ekonomi lokal dan lapangan kerja di lokasi penyelenggaraan.
”Tentu terdapat kurasi oleh tim yang berpengalaman dalam event internasional. Akan ada juga pameran UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) dan melibatkan industri ekonomi kreatif untuk mendorong aspek pariwisata,” tuturnya.
Sandiaga menambahkan, festival tersebut merupakan bagian dari upaya menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru. Dengan begitu, diharapkan menopang kesejahteraan masyarakat.
”Ini juga afirmasi bahwa Indonesia semakin dilirik sebagai tempat penyelenggaraan event tingkat dunia dengan konsep empat pilar yang baru, yaitu personalized, localized, customized, dan smaller in size,” ujarnya.
Terbesar di Asia
Penanggung jawab Festival IndoFringe Sachin V Gopalan mengatakan, dengan melibatkan 5.000 talenta dan digelar di 200 lokasi, festival itu akan menjadi yang terbesar di Asia. Lokasi pertunjukannya beragam, mulai dari gedung pertunjukan, auditorium, perkantoran, pusat perbelanjaan, hingga ruang publik.
”Itu adalah satu peluang yang inklusif. (Pertunjukan) bukan hanya di tempat mewah, tetapi ada street performance juga. Ini poin yang sangat penting dalam festival seni,” ucapnya.
Sachin menyebutkan, IndoFringe akan menerapkan konsep hiperlokal untuk diterapkan di banyak daerah. Oleh karenanya, dalam lima tahun ke depan, festival ini ditargetkan digelar di 100 kabupaten/kota.
”Dari sini akan ada cetak biru yang bisa dibawa ke daerah. Dengan begitu, di tahun-tahun mendatang, beberapa minggu sebelum acara puncak, (festival) bisa digelar di daerah dalam payung besar IndoFringe,” katanya.
Sachin menambahkan, sekitar 70 persen kegiatan dalam festival itu digelar secara gratis. Namun, pihaknya tetap memberlakukan sistem tiket untuk mendata penonton.
”Sekitar 30 persen kegiatan menerapkan tiket komersial. Tujuannya agar pelaku seni bisa belajar bagaimana caranya komersialisasi,” ujarnya.