Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peternak Australia Bagi-bagi Domba Gratis, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 27/11/2023, 19:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah peternak di Australia dilaporkan membagi-bagikan dombanya secara gratis kepada masyarakat belakangan ini.

Beberapa peternak bahkan memusnahkan hingga menyumbangkan domba mereka, juga mencegah domba betina dikawinkan dengan pejantan.

Lantas, sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa pertenak Australia membagikan dombanya secara gratis?

Penyebab peternak Australia bagikan dombanya gratis

Dikutip dari CNBC, Rabu (22/11/2023), saat ini stok daging domba di Australia tengah melimpah sehingga harga daging anjlok.

Cuaca yang baik beberapa tahun terakhir telah membuat jumlah domba di negara itu menjadi berkembang sangat banyak hingga berlebihan.

Semakin banyak domba, maka harga daging juga akan semakin menurun.

Harga daging domba di negara itu merosot hingga 70 persen selama setahun terakhir menjadi 1,23 dollar Australia (Rp 12.546) per kilogram.

Hal inilah yang menyebabkan para peternak berupaya mengurangi jumlah ternak dombanya, salah satunya dengan cara membagikannya gratis agar mereka tidak semakin merugi.

Hal lain yang menyebabkan para peternak mengurangi jumlah ternaknya adalah karena kondisi cuaca akibat El Nino membuat pasokan makanan domba menjadi berkurang.

Biro meteorologi Australia sudah mengeluarkan peringatan ancaman kekeringan pada September tahun ini. Dan kondisi ini diperkirakan akan berlangsung lama hingga beberapa bulan ke depan.

Baca juga: Cerita Pasutri Lansia Asal Australia, Pilih Tinggal di Kapal Pesiar karena Lebih Murah dari Panti Jompo

Penyebab populasi domba di Australia jadi berlebihan

Salah satu penyebab populasi domba Australia menjadi berlebihan karena dalam tiga tahun terakhir curah hujan di negara itu di atas rata-rata.

“Australia mengalami beberapa musim yang sangat baik selama beberapa tahun terakhir, yang berarti kawanan domba telah mencapai 78,75 juta ekor, terbesar sejak tahun 2007,” kata analis pasokan global MLA, Tim Jackson.

Curah hujan ini sangat ideal untuk menanam rumput, sehingga kondusif untuk memberi makan dan membiakkan ternak.

“Semakin deras hujan dan semakin lama pasar tetap stabil, semakin mendorong para produsen untuk mempertahankan domba yang biasanya mereka tinggalkan, dan sebagai hasilnya, jumlah domba terus bertambah,” kata Ketua Sheep Producers Australia, Andrew Spencer.

Wakil Presiden Steve McGuire menyebut, sejak harga mengalami penurunan, banyak domba yang akhirnya dimusnahkan oleh peternak.

Menurutnya, para peternak sebenarnya lebih memilih untuk memberikan hewan-hewan ini kepada orang lain dibandingkan memusnahkannya.

Sayangnya, tidak banyak peminat domba gratis di Australia.

Beberapa peternak juga memilih untuk tidak mengawinkan domba betina mereka untuk mengurangi biaya pertenakan.

Meski terlihat sebagai solusi, namun hal ini dikhawatirkan justru akan mengubah lanskap pasar domba ke depan, dari kelebihan menjadi kekurangan.

Baca juga: Kisah Fiona, Terdampar di Tebing Selama Dua Tahun hingga Dijuluki Domba Paling Kesepian di Inggris Raya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com