Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Edhi Sunarso, Pencipta Aneka Monumen Bersejarah di Indonesia

Kompas.com - 11/08/2022, 11:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Edhi Sunarso adalah maestro patung yang ciptaannya tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Sebagian besar karyanya bertema perjuangan dan berdiri megah menghiasi kota-kota besar, mulai dari Jakarta, Surabaya, hingga Surakarta.

Beberapa karya Edhi Sunarso di antaranya patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia (HI), patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, dan patung Dirgantara atau dikenal sebagai Patung Pancoran.

Selain itu, Edhi Sunarso merupakan salah seorang seniman patung kenamaan yang membuat patung Tugu Muda dan Pancasila Sakti.

Sebelum melahirkan karya berdimensi besar yang sangat ekspresif dan heroik, ia memang merupakan seorang pejuang kemerdekaan.

Edhi Sunarso, yang juga aktif di dunia pendidikan seni, mendapatkan penghargaan dari beberapa negara atas hasil karyanya.

Berikut biografi singkat Edhi Sunarso dan karyanya.

Baca juga: Gregorius Sidharta, Tokoh Pembaruan Seni Patung Indonesia

Pejuang kemerdekaan Indonesia

Edhi Sunarso lahir di Salatiga, Jawa Tengah, pada 2 Juli 1932. Lahir di masa penjajahan membuatnya terjun sebagai pejuang sejak usia muda.

Pada 1947, Edhi meninggalkan bangku sekolah dan bergabung dalam Pasukan Samber Nyawa dari Divisi I, Batalyon III Siliwangi, Resimen V, yang bermarkas di Subang, Jawa Barat.

Di usianya yang masih remaja, ia mendapat tugas sebagai pembawa pesan yang menghubungkan antarpejuang kemerdekaan.

Oleh karena itu, Edhi sempat menjadi tahanan Belanda di Kebonbaru, Bandung.

Sisi baiknya, untuk mengisi hari-harinya di penjara, ia mengikuti sejumlah pelatihan, mulai dari Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, ilmu hitung, hingga menggambar.

Karena hasil gambarannya bagus, Edhi kerap diminta untuk membesarkan potret dan diberi upah.

Baca juga: Biografi Singkat Bing Slamet: Maestro Seni Serba Bisa

Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1949, semua tawanan dibebaskan, tidak terkecuali Edhi, yang langsung pulang ke Salatiga menemui keluarganya.

Dari Salatiga, ia berangkat menemui kawan-kawan seperjuangannya, yang turut hijrah ke Yogyakarta bersama Divisi Siliwangi.

Namun, setibanya di Yogyakarta, koleganya ternyata telah kembali ke Bandung.

Dirangkul Hendra Gunawan

Setelah sempat terkatung-katung di Yogyakarta, Edhi Sunarso mulai berpartisipasi dalam kegiatan menggambar di Kotabaru yang kerap ia lihat.

Dari situlah, bakatnya ditemukan oleh Hendra Gunawan, maestro lukis Indonesia sekaligus pengajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), yang sekarang menjadi ISI.

Berkat dukungan Hendra Gunawan, Edhi, yang putus sekolah dapat menjadi mahasiswa luar di ASRI, yang artinya bisa mengikuti kelas praktik saja.

Baca juga: Barli Sasmitawinata, Maestro Lukis Asal Bandung

Edhi bahkan diajak untuk tinggal di rumah Hendra Gunawan, di mana studio Sanggar Pelukis Rakyat berada.

Saat itu, Pelukis Rakyat sedang gencar berkesperimen pembuatan patung untuk mencari ciri khas seni rupa bangsa Indonesia.

Dari sanggar inilah, Edhi semakin akrab dengan seni membuat patung dan dilirik Soekarno, presiden Indonesia saat itu.

Oleh Hendra Gunawan, ia dilibatkan dalam menggarap Tugu Muda atau Monumen Simpang Lima di Semarang.

Edhi juga mendapat undangan untuk mengikuti rangkaian seminar seni rupa di berbagai negara dan mendapat beasiswa dari UNESCO untuk melanjutkan pendidikan seni di India antara 1954-1957.

Aktif di bidang pendidikan seni

Ketika menempuh pendidikan di India, karya-karya Edhi Sunarso mulai dipamerkan di beberapa kota di sana.

Pada 1956, karyanya yang bertajuk "Nude" mendapat medali emas dari Pemerintah India.

Baca juga: Biografi Bondan Nusantara, Maestro Ketoprak Indonesia

Edhi Sunarso (1932-2016), seniman patung.KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Edhi Sunarso (1932-2016), seniman patung.

Sekembalinya ke Indonesia, Edhi aktif di bidang pendidikan seni dengan mengajar di ASRI Yogyakarta.

Setelah menikahi pelukis bernama Koestijah, mereka membangun studio patung dan lukis di Kaliurang.

Edhi juga membentuk Keluarga Arca, kelompok yang bertujuan mengembangkan seni patung.

Pada 1960, sebagai pengajar di ASRI Yogyakarta, ia mulai membangun jurusan seni patung dan menjadi ketua jurusan ini hingga 1967.

Selain di ASRI Yogyakarta, Edhi juga menjadi pengajar di Akademi Kesenian Surakarta (1958-1959) dan di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Negeri (IKIP) Yogyakarta (1967-1981).

Kemudian, antara 1985-1990, Edhi merupakan pengajar sekaligus Sekretaris Senat di ISI Yogyakarta.

Baca juga: Biografi Asrul Sani, Tokoh Penting Gelanggang Seniman Merdeka

Mengerjakan pesanan Presiden Soekarno

Patung di Tugu Dirgantara, karya seniman patung Edhi Sunarso, berdiri kokoh di kawasan Pancoran, Jakarta, Selasa (5/1/2016). Edhi Sunarso meninggal dunia pada usia 83 tahun dan dimakamkan di kompleks pemakaman seniman Girisapto, imogiri, Bantul. Karya-karya patung Edhi Sunarso menjadi penanda Ibu Kota antara lain patung di Tugu Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, dan patung tugu selamat datang di Bundaran Hotel Indonesia.KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Patung di Tugu Dirgantara, karya seniman patung Edhi Sunarso, berdiri kokoh di kawasan Pancoran, Jakarta, Selasa (5/1/2016). Edhi Sunarso meninggal dunia pada usia 83 tahun dan dimakamkan di kompleks pemakaman seniman Girisapto, imogiri, Bantul. Karya-karya patung Edhi Sunarso menjadi penanda Ibu Kota antara lain patung di Tugu Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng, dan patung tugu selamat datang di Bundaran Hotel Indonesia.
Pada 1959, bersama Keluarga Arca, Edhi Sunarso diberi tanggung jawab atas pengerjaan relief di Museum Perjuangan Yogyakarta.

Di tengah kesibukan itu, Edhi dipanggil oleh Presiden Soekarno ke Jakarta.

Ternyata, ia dipercaya membuat Monumen Selamat Datang untuk menyambut para atlet peserta ASEAN Games yang akan digelar pada 1962.

Pada 1961, Monumen Selamat Datang pun telah selesai dipasang di Bundaran Hotel Indonesia (HI).

Selain itu, ada dua monumen lagi yang dipesan langsung oleh Presiden Soekarno kepada Edhi.

Yakni Monumen Pembebasan Irian Barat (1963) dan Monumen Dirgantara atau Patung Pancoran (1970).

Sayangnya, Monumen Dirgantara tidak sempat diresmikan oleh Soekarno, yang lebih dulu meninggal.

Baca juga: Sejarah Monumen Nasional (Monas)

Sepeninggal Soekarno, Edhi tetap dipercaya menggarap patung dan monumen perjuangan, salah satunya Monumen Nasional (Monas).

Edhi Sunarso meninggal pada 4 Januari 2016 di Yogyakarta akibat infeksi pernapasan akut.

Penghargaan dan karya Edhi Sunarso

Selama aktif berkarya lewat seni patung, Edhi Sunarso banyak mendapatkan penghargaan dari dalam maupun luar negeri.

Beberapa penghargaan yang pernah diterimanya di antaranya:

  • Lomba seni patung internasional di London (1953)
  • Karya seni patung terbaik di India (1956-1957)
  • Piagam seni (1984)
  • Piagam seni untuk karya monumental (1996)
  • Bintang Budaya Parama Dharma (2003)
  • Empu Ageng Seni Patung oleh ISI Yogyakarta (2010)

Baca juga: Hamzah Fansuri: Kehidupan, Kiprah, Karya, dan Akhir Hidup

Berikut beberapa karya Edhi Sunarso.

  • Monumen Selamat Datang di Bundaran HI (Jakarta)
  • Monumen Dirgantara atau Patung Pancoran (Jakarta)
  • Monumen Pembebasan Irian Barat (Jakarta)
  • Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya dan dioramanya (Jakarta)
  • Monumen Jenderal Ahmad Yani (Bandung)
  • Monumen Jenderal Gatot Subroto (Surakarta)
  • Monumen Pahlawan Samudera Yos Sudarso (Surabaya)
  • Monumen Yos Sudarso (Biak)
  • Monumen Sultan Thaha Syaifudin (Jambi)
  • Diorama sejarah Museum Yogya Kembali (Yogyakarta)

 

Referensi:

  • Dahlan, Muhidin D dkk. (2009). Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009. Yogyakarta: I:BOEKOE & Gelaran Budaya.
  • Samboh, Grace dan Ratna Mufida. (2021). Edhi Sunarso: Penggubah Monumen Bangsa. Jakarta: Pusaka Seni Rupa Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com