Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Perkembangan Seni Grafis Indonesia

Kompas.com - 18/02/2022, 11:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seni grafis merupakan cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak dan hasil karyanya biasanya di atas kertas.

Cetakan seni grafis dibuat di atas permukaan yang dinamakan dengan pelat, yang dapat terbuat dari papan kayu, pelat logam, lembaran kaca akrilik, lembaran linolium atau batu litografi.

Menurut Encyclopaedia Britannica, seni grafis adalah kategori seni rupa tradisional, termasuk segala bentuk ekspresi artistik visual (misal lukisan, gambar, fotografi, seni grafis), biasanya diproduksi pada permukaan datar.

Secara bahasa, grafis berasal dari bahasa Yunani, yaitu graphein yang memiliki makna menulis atau menggambar.

Sedangkan dalam bahasa Inggris, grafis berasal dari kata graph atau graphic yang bermakna tulisan, lukisan yang ditoreh atau digores.

Meski memiliki makna menulis dan menggambar, grafis di sini memiliki maksud sebagai seni mencetak manual tanpa mesin cetak.

Namun pada perkembangannya, seni grafis memanfaatkan penemuan mesin cetak untuk mencetak sebuah karya.

Berikut ini sejarah perkembangan seni grafis di Indonesia.

Baca juga: Raden Saleh, Pionir Seni Modern Indonesia

Muncul pada masa penjajahan Belanda

Ada beberapa pendapat terkait kemunculan seni grafis di dunia. Pendapat pertama menyatakan bahwa kesenian ini berasal dari China.

Versi lain menyatakan bahwa seni grafis telah muncul sejak zaman purba dengan temuan cap tangan di gua prasejarah yang di temukan di Sulawesi.

Meski belum ada teknologi cetak grafis, tetapi secara esensi, seni grafisnya tetap ada dengan transfer gambar dari cetakan yang berupa tangan.

Di Eropa, seni grafis dikenal dan berkembang pada abad ke-13. Sementara di Indonesia, seni grafis muncul pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Baca juga: Aliran Seni Lukis Mooi Indie

Saat itu, pemerintah kolonial Belanda sering memberikan tugas kepada seniman lokal untuk melakukan studi landscape guna merekam kearifan lokal Indonesia.

Para seniman yang ditunjuk Belanda kemudian menuangkan kearifan lokal Indonesia ke dalam lukisannya.

Sejak itu, seni grafis terus berkembang hingga banyak digunakan dalam seni terapan untuk membuat poster-poster perjuangan.

Berkembang setelah kemerdekaan

Seni grafis mengalami perkembangan luar biasa pada masa awal kemerdekaan, di mana kemerdekaan Indonesia mampu dipublikasikan hingga ke luar negeri melalui karya seni grafis.

Kendati demikian, para seniman sempat mengalami kendala karena keterbatasan alat cetak.

Ada beberapa tokoh penting dalam seni grafis di Indonesia, seperti Suromo dan Abdul Salam dari Yogyakartka, Baharudin Marasutan dari Jakarta, dan Mochtar Apin dari Bandung.

Baca juga: S Sudjojono, Bapak Seni Rupa Modern Indonesia

Pada awal kemunculannya, seni grafis di Indonesia dianggap sebagai seni yang hanya mendampingi seni lainnya, seperti seni lukis dan patung.

Baru sekitar tahun 1970 dan 1980-an, seni grafis memiliki panggungnya sendiri dan tidak dianggap lagi sebagai seni pendamping.

Seni grafis memiliki panggungnya sendiri setelah muncul beberapa pameran seni grafis yang diadakan di Surabaya, Bandung, dan Jakarta.

Mulai saat itu, muncul beberapa kelompok seniman yang berkonsentrasi pada seni grafis, salah satunya adalah Decenta pada 1973.

Kelompok seni Decenta didirikan oleh Adrian Palar, G. Sidharta, dan A.D. Pirous, setelah mereka mendapatkan proyek penggarapan elemen estetik Gedung Convention Hall pada 1973 di Jakarta.

Kemudian pada 1990-an, terjadi fenomena yang mengubah seni grafis di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh aliran seni post-modern yang populer di dunia, di mana sebagian seniman beranggapan bahwa penciptaan karya seni tidak lagi dibatasi oleh konvensinya.

Baca juga: Perkembangan Sejarah Seni di Indonesia

Lebih jauh lagi, media seni grafis pun kian berkembang didukung oleh perkembangan teknologi yang kian pesat juga.

Teknologi-teknologi grafis mutakhir seperti c-print dan digital print, semakin banyak digunakan.

Kendati demikian, banyak juga yang menyuarakan bahwa seni grafis konvensional lebih bernilai daripada seni grafis dengan media cetak mutakhir.

Jenis-jenis seni grafis

Cetak Tinggi

Seni grafis cetak tinggi adalah teknik cetak dengan klise yang permukaannya tinggi rendah.

Bagian permukaan yang tinggi adalah tempat melekatnya pigmen warna yang menjadi hasilnya.

Cetak tinggi membuat cetakan seperti stempel atau relief dengan cara mencukil bahan sesuai dengan keinginan.

Baca juga: Suromo Darpo Sawego, Tokoh Seni Cukil Indonesia

Cetak Datar

Seni grafis cetak datar memerlukan proses kimia, yang akan membuat sebagian cetakan datar mampu menolak tinta.

Cetak datar menggunakan teknik litografi, yang ditemukan oleh Alois Senefelder pada abad ke-18.

Teknik ini menggunakan batu litograf sebagai media gambar yang ingin dicetak menggunakan tinta atau alat gambar.

Setelah karya yang akan dicetak selesai digambar di atas batu litograf, batu tersebut akan dilapisi dengan cairan kimia seperti Asam Nitrat atau Asam Fosfat.

Cetak Dalam

Seni grafis cetak dalam adalah kebalikan dari cetak tinggi, yang mana pada teknik ini justru bagian rendahnya akan menghasilkan gambar.

Cetak dalam dibuat dengan menggunakan bahan cetak dari aluminium atau kuningan yang permukaannya ditoreh hingga menghasilkan goresan dalam.

Setelah itu, tinta akan dibalurkan pada seluruh cetakan kemudian dilap dan hanya menyisakan tinta di bagian dalam.

Selanjutnya, bahannya sedikit dibasahi lalu dipres ke permukaan cetakan, di mana tintanya akan berpindah ke kertas.

 

Referensi:

  • Hapsoro, Chabib Duta. (2014). Cetak Saring Kelompok Decenta 1973-1983: Infrastruktur Seni dan Identitas Keindonesiaan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com