Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah

Kompas.com - 24/11/2021, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang tokoh agama dari India yang dikenal sebagai pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah.

Sosoknya menjadi sangat kontroversial setelah menyatakan diri sebagai seorang pembaru, Masih Mau'ud, dan Imam Mahdi yang ditunggu oleh umat Islam pada akhir zaman.

Sepanjang hidupnya, Mirza Ghulam Ahmad melakukan perjalanan melintasi anak benua India untuk menyebarkan ajarannya hingga berhasil mengumpulkan banyak pengikut.

Selain itu, ia juga menulis sekitar 80 buku tentang agama yang banyak di antara karyanya mengandung polemik.

Masa muda

Mirza Ghulam Ahmad lahir pada 13 Februari 1835 M di Kota Qadian, Provinsi Punjab, India.

Apabila ditelusuri silsilah keluarganya, Ghulam Ahmad adalah keturunan Mirza Hadi Beg, seorang bangsawan Kesultanan Mughal.

Sejak kecil, ia belajar membaca teks Arab Al-Qur'an serta tata bahasa Arab dan Persia dari beberapa orang guru.

Selain itu, Ghulam Ahmad juga memelajari beberapa karya kedokteran dari ayahnya, Mirza Ghulam Murtaza, yang berprofesi sebagai seorang dokter.

Antara 1864 hingga 1868, ia bekerja sebagai juru tulis di Sialkot atas keinginan ayahnya. Di tempat inilah, perdebatannya dengan misionaris Kristen dimulai.

Perdebatan dengan para misionaris Kristen masih kerap dilakukan Ghulam Ahmad setelah kembali ke kota kelahirannya dan menjalankan pekerjaan lain yang diminta oleh ayahnya.

Bahkan Ghulam Ahmad juga membela Islam dari kritik para pendeta Kristen dalam debat publik.

Baca juga: Datuk ri Bandang, Tokoh Penyebar Islam di Indonesia Timur

Mulai menulis karya

Pada 1876, ketika sang ayah meninggal, Ghulam Ahmad mengaku mendapatkan ilham bahwa Allah akan menentramkan hatinya dan mengatur segala urusannya.

Hari kematian ayahnya pun menandai dimulainya era baru dalam kehidupan Ghulam Ahmad.

Setelah itu, selama enam bulan lamanya, ia memusatkan perhatiannya untuk berpuasa agar mendapatkan nikmat-nikmat Ilahi.

Ghulam Ahmad juga berjuang membela agamanya dengan mengarang buku yang berisi perkara-perkara tentang kebenaran Islam untuk melawan Kristen dan Hindu.

Pada awalnya, tulisan-tulisannya dimuat dalam surat kabar hingga membuat namanya mulai dikenal masyarakat luas.

Karena merasa musuh Islam menyerang dengan lebih hebat, Ghulam Ahmad juga mengarang buku-buku yang diklaim berdasarkan ilham dan wahyu ilahi yang diterimanya.

Buku yang dikenal dengan nama Barahiyn Ahmadiyah itu terdiri dari beberapa bagian yang dicetak mulai 1880 hingga 1884.

Mendirikan Jamaah Muslim Ahmadiyah

Dengan tersiarnya Barahiyn Ahmadiyah, Ghulam Ahmad mulai mendapatkan banyak pengikut.

Kemudian pada Desember 1888, Ghulam Ahmad mengaku telah mendapatkan wahyu dari Allah untuk mengambil bai'at dan para pengikutnya harus berjanji setia kepadanya.

Maka pada 23 Maret 1889, bai'at diselenggarakan di Kota Ludhiana bersama 40 pengikutnya. Peristiwa ini menandai lahirnya Jamaah Muslim Ahmadiyah.

Sejak itu, pengikut Jamaah Muslim Ahmadiyah semakin bertambah dan anggota barunya diwajibkan untuk mengucapkan ikrar.

Baca juga: Asal-usul Perpecahan Islam Sunni dan Syiah

Klaim yang mengundang kontroversi

Pada 1891, Ghulam Ahmad mengaku kembali mendapatkan wahyu bahwa Nabi Isa yang ditunggu-tunggu kedatangannya untuk kedua kalinya, telah wafat dan tidak akan datang.

Akan tetapi, ada orang lain yang datang dengan sifat dan cara seperti Nabi Isa, yaitu Ghulam Ahmad sendiri orangnya.

Setelah itu, dalam dakwahnya ia selalu menyatakan diri sebagai seorang pembaru, Masih Mau'ud (Isa yang dijanjikan), dan Imam Mahdi yang ditunggu oleh umat Islam pada akhir zaman.

Pernyataan itu segera mendapatkan penentangan dari seluruh India dan tidak sedikit ulama yang berusaha menasihati agar dakwahnya dihentikan.

Bahkan ketika Ghulam Ahmad memutuskan pergi ke Delhi, keributan tidak dapat dielakkan dan para ulama menetapkan Maulvi Nazir Hussein, seorang tokoh Ahli-Hadis, untuk berdebat dengannya.

Dicap murtad

Tidak hanya kalangan Muslim, umat Kristen juga mempersoalkan klaim Ghulam Ahmad yang tidak sesuai ajaran agama mereka.

Perdebatan antara Ghulam Ahmad dengan Abdullah Atham (mewakili pihak Kristen) pun terjadi pada 1893 dan beberapa tahun setelahnya.

Selain itu, wahyu yang diklaim diterima oleh Ghulam Ahmad juga memicu perselisihan dengan umat Hindu.

Baca juga: Apa Bedanya Sunni dan Syiah?

Selama beberapa tahun menjelang abad ke-20, Ghulam Ahmad terus diperkarakan oleh banyak pihak, termasuk keluarganya sendiri yang menentang keyakinannya.

Bahkan fatwa yang menyatakan bahwa Ghulam Ahmad adalah seorang penipu juga dikeluarkan dan ditandatangani oleh sekitar 200 ulama dari seluruh India.

Lebih lanjut lagi, Ahmed Raza Khan, seorang cendekiawan Muslim terkemuka, menyusun pendapat beberapa ulama Mekah dan Madinah dalam sebuah buku, di mana Ghulam Ahmad dicap telah murtad.

Terlepas dari kontroversi yang menyelimuti pendirinya, Jamaah Muslim Ahmadiyah mengalami perkembangan cukup pesat dan pengikutnya pun terus berdatangan.

Akhir hidup

Menjelang akhir 1907, Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah menerima banyak wahyu yang memberitahukan bahwa kematiannya akan segera terjadi.

Kendati demikian, ia tetap melanjutkan dakwahnya hingga akhir hayatnya pada 26 Mei 1908.

Mirza Ghulam Ahmad meninggal karena diare dan jenazahnya kemudian dibawa ke Qadian untuk dimakamkan.

Setelah kematiannya, banyak pengikut Jamaah Muslim Ahmadiyah yang memperdebatkan klaim kenabian Mirza Ghulam Ahmad.

Namun, pengikut setianya tetap menghidupkan Jamaah Muslim Ahmadiyah hingga kini dan menunjuk seorang khalifah untuk memimpin mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com