Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Nusantara: Pengertian dan Sejarahnya

Kompas.com - 07/10/2020, 18:00 WIB
Fidelis Dhayu Nareswari,
Ari Welianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia terkenal memiliki ragam budaya yang luar biasa, salah satunya kesenian dalam hal ini seni tari

Keberadaan seni tari di Indonesia pastinya harus dilestarikan dan dijaga dengan baik agar tidak punah. 

Seni tari merupakan hasil karya cipta manusia yang diungkapkan lewat media gerak yang memiliki keindahan. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama).

Setiap daerah di wilayah Indonesia setidaknya memiliki tari-tarian yang menjadi ciri khas daerah.

Tari dimasing-masing daerah memiliki keunikan gerak, bentuk penyajian, iram musik pengiring, rias hingga busana. 

Pada buku Keanekaragaman Seni Tari Nusantara (2012) karya Resi Septiana Dewi, tari nusantara adalah tari yang berada di seluruh penjuru kepulauan Indonesia. 

Baca juga: Seni Rupa Terapan: Pengertian, Jenis dan Fungsinya

Jumlah seni tari Nusantara cukup banyak dan hampir tidak bisa dihitung mengingat wilayah Indonesia cukup luas.

Perkembangan tari di Indonesia masih tetap berjalan hingga sekarang. Terbukti dengan adanya tari-tarian ciptaan seniman yang baru saja diciptakan beberapa tahun sudah menjadi ciri khas. 

Sejarah Tari Nusantara

Dikutip buku Mengenal Seni Tari (2020) karya Muryanto, tari sudah ada sejak zaman prasejarah hingga perjuangan.

Pada zaman prasejarah, tari-tarian sudah tercipta dengan menggunakan gerakan tangan dan kaki meski masih sederhana. 

Seni tari pada zaman prasejarah banyak dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat pada waktu itu. Sehingga terlihat simple dan sederhana, gerak dan iringan juga sederhana. 

Pada masa kerajaan Hindu, seni banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan India. Bahkan berkembang dengan pesat dan menjadi bagian penting dalam pelaksanaan upacara keagamaan, upacara adat. 

Baca juga: Cara Membedakan Karya Seni Rupa Murni dan Seni Rupa Terapan

Perkembangan pada masa tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu seni tari kerajaan dan seni tari rakyat.

Pada masa kerajaan Islam, seni tari yang dipakai untuk menyebarkan agama Islam tidak jauh berbeda pada masa kerajaan Hindu.

Ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dirubah. Beberapa fungsi seni tari disesuaikan mengikuti perubahan peradaban masyarakat yang menganut ajaran agama Islam.

Dalam buku Praktis Belajar Seni Tari (2010) karya Elly Laelasari dan Ria Sabaria, sejarah menunjukkan bahwa bangsa-bangsa dari India, Arab, Cina, dan Eropa berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya seni budaya, khususnya seni tari di Indonesia.

Pengaruh tersebut sejalan dengan proses perkembangan budaya menjadi larut dalam kultur masyarakat setempat.

Ketika Indonesia terlepas dari kolonialisme, dunia seni tari tradisional berkembang pesat, setiap daerah memiliki sanggar-sanggar tari yang dipenuhi para peminat.

Baca juga: Teknik Plakat dalam Seni Lukis

Jenis seni tari

Seni tari di Indonesia terbagi menjadi tiga, yakni:

  • Tari Daerah (Tari Rakyat)

Tarian yang lahir dari masyarakat biasa sebagai lambang kegembiraan dan rasa suka cita. Tarian yang lahir dari kebudayaan lokal.

Tarian ini menjadi tradisi, karena kebiasaan masyarakat sekitar yang merasakan suka cita bersama berkumpul merayakan dan menari.

Tari rakyat tidak memiliki aturan-aturan yang tertulis dan baku sehingga bentuk tariannya sangat bervariasi. Contoh,  tari Piring, Tayub, Lengger, Orek-orek, dan Joget.

  • Tari Tradisional (Tari Klasik)

Tarian yang lahir dari kaum bangsawan atau dari dalam keraton dan lahir pada zaman raja-raja. Tarian jenis ini hanya berkembang di lingkungan tertentu, bahkan masyarakat biasa dilarang menarikannya.

Tari tradisional (klasik) memiliki aturan-aturan yang tertulis, karena dikembangkan secara turun temurun di lingkungan keraton (Jawa). Contoh, seperti tari Bedaya, Srimpi, Gathotkaca Gandrung, Bondabaya, dan Bandayuda.

Baca juga: Macam-macam Aliran Seni Lukis

  • Tari Kreasi Baru (Modern)

Tarian kreasi baru ini tarian yang tidak terikat aturan-aturan tradisi atau daerah tertentu. Tarian ini diolah dengan konsep dan ide yang baru sesuai dengan unsur yang ada.

Unsur tersebut adalah gerak tubuh (sebagian atau keseluruhannya), ritme (irama), bentuk (pola), dan ruang (space). Contoh seperti tari Kupu-Kupu, Merak, Roro Ngigel, Ongkek Manis, Manipura, dan Roro Wilis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com