Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Badai Matahari Bisa Menghancurkan Bumi? Ini Penjelasannya

Kompas.com - 29/08/2022, 17:02 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badai Matahari kerap terjadi, lalu menyebabkan beberapa gangguan pada teknologi di Bumi termasuk terganggunya sinyal, GPS, radio, dan sebagainya.

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) sendiri telah mengklasifikasikan, badai Matahari kelas G1 adalah skala terendah sedangkan G5 merupakan badai yang terkuat.

Lantas, apa yang akan terjadi ketika Bumi terkena hantaman langsung dari Badai Matahari dan dapatkah kelas yang cukup kuat menghancurkan kehidupan di planet ini?

Menjawab hal tersebut para ilmuwan sepakat bahwa medan magnet Bumi, dan atmosfer membuatnya terlindungi dengan sangat baik bahkan dari ledakan Matahari paling kuat sekalipun.

Sementara badai Matahari dapat merusak sistem radar, radio atau melumpuhkan satelit, radiasi paling berbahaya diserap di langit jauh sebelum menyentuh kulit manusia.

"Kita hidup di planet dengan atmosfer yang sangat tebal, yang menghentikan semua radiasi berbahaya yang dihasilkan suar Matahari," ujar Associate Director for Science di Heliophysics Science Division di Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Maryland, Alex Young.

Di sisi lain, tidak semua flare atau suar Matahari tak berbahaya.

Baca juga: Badai Matahari Dilaporkan Hantam Medan Magnet Bumi, Apa Dampaknya?

Dilansir dari Live Science, Kamis (25/8/2022) ketika medan magnet Bumi mencegah kematian yang meluas akibat radiasi, kekuatan elektromagnetik dari dampak badai Matahari, dapat mengganggu jaringan listrik, koneksi internet, dan perangkat komunikasi lainnya di Bumi. Sehingga mengakibatkan kekacauan bahkan berpotensi menyebabkan kematian.

Pakar cuaca luar angkasa di NASA dan lembaga lainnya menganggap serius ancaman ini, kemudian memantau Matahari dengan cermat terkait aktivitas yang berisiko berbahaya.

Untuk diketahui, suar Matahari adalah fenomena yang terjadi ketika garis medan magnet Matahari menjadi tegang dan menyebabkan badai energi elektromagnetik.

Ilmuwan dapat melihat badai Matahari ini sebagai bercak-bercak dingin, dan gelap yang dikenal sebagai bintik Matahari.

Energi intens dari suar juga dapat memanaskan gas terdekat di atmosfer Matahari, meluncurkan gumpalan besar partikel bermuatan disebut sebagai coronal mass ejections (CMEs) ke luar angkasa.

Jika bintik Matahari yang menyala kebetulan menghadap Bumi, maka CME yang dihasilkan meledak, dan biasanya badai Matahari ini pun mencapai Bumi dalam kurun waktu 15 jam hingga beberapa hari.

Baca juga: Badai Matahari Mengejutkan dengan Potensi Gangguan Telah Menghantam Bumi

Badai matahari kelas X yang terjadi pada Selasa (10/6/2014) pukul 20.42 WIB seperti dipotret kamera NASA.NASA Badai matahari kelas X yang terjadi pada Selasa (10/6/2014) pukul 20.42 WIB seperti dipotret kamera NASA.

NASA menyebut, Matahari memancarkan satu CME setiap minggu di mana saja tergantung di mana ia berada dalam siklus aktivitas 11 tahunnya.

Sebagian besar CME yang melewati Bumi sama sekali tidak terdeteksi oleh masyarakat umum, berkat medan magnet bumi atau magnetosfer.

Namun, CME terbesar dan paling energik sebenarnya dapat menekan medan magnet planet, menghasilkan badai geomagnetik.

Saat energi elektromagnetik dari Matahari mengalir ke magnetosfer, atom dan molekul di atmosfer Bumi menjadi bermuatan listrik, menciptakan efek yang dapat dilihat di seluruh dunia.

Selama badai Matahari seperti itu berlangsung, aurora borealis, yang biasanya hanya terlihat di dekat Kutub Utara dapat bergeser ke bawah hingga terlihat di dekat khatulistiwa.

Dampak badai Matahari ini juga dapat menyebabkan sistem radio dan radar di seluruh dunia juga bisa mati, dan jaringan listrik menjadi kelebihan beban serta kehilangan daya.

Baca juga: Badai Matahari Diprediksi Akan Menghantam Bumi 14 April 2022, Apa Dampaknya?

Beberapa ahli khawatir bahwa CME yang cukup besar dapat menciptakan "kiamat internet" dengan membebani kabel internet bawah laut dan meninggalkan bagian dunia tanpa akses web selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, meskipun ini belum terjadi.

Satelit dan stasiun ruang angkasa, yang mengorbit di luar perlindungan atmosfer bumi, juga dapat dilemahkan oleh radiasi CME.

Akan tetapi, badai geomagnetik paling kuat dalam sejarah yang tercatat yaitu Peristiwa Carrington 1859, tidak berdampak nyata pada kesehatan manusia atau kehidupan lain di Bumi.

Apabila badai matahari yang lebih kuat menghantam planet sebelum ini, tidak ada laporan yang bukti peristiwa itu berdampak pada kesehatan.

"Tidak peduli apa pun, suar (Matahari) tidak memiliki efek signifikan pada kita di Bumi ini," ucap peneliti di Pusat Prediksi Cuaca Antariksa NOAA, Doug Biesecker.

Baca juga: Hari Ini, Badai Matahari Ringan Menghantam Bumi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com