Penatalaksanaan Pasien Akibat Trauma

Trauma Kepala

Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, Traumatic Brain Injury (TBI) adalah kasus terbanyak yang menyebabkan kematian dan kecacatan. 40% trauma pada kepala mengenai central nervous system (susunan saraf pusat) 10% dari penderita ini meninggal sebelum sampai di rumah sakit.

Cedera kepala banyak terjadi pada pengendara sepeda motor yang mengalami cedera tanpa mempergunakan helm. Program pemerinyah mengharuskan pengendara bermotor menggunakan helm akan mengurangi cedera kepala yang berat dan kecacatan.

Triage yang baik akan dapat menseleksi penderita dengan tepat dan cepat untuk mengirim penderita cedera kepala sedang dan berat untuk dikirim ke center yang sesuai. Kecepatan dan penanganan yang tepat oleh penolong yang terlatih akan menngurangi morbidity dan mortality.

Anatomi Kepala
Anatomi Kepala

Patofisiologi Trauma Kepala

Trauma kepala terdiri dari cedera terbuka dan cedera tertutup. Cedera terbuka menyebabkan tulang tengkorak terbuka dan isi otak terbuka berhubungan dengan udara luar. Untuk cedera otak dibagi dua, yaitu primary injury dan secondary injury.

Primary cedera otak terjadi kerusakan otak langsung akibat trauma yang kuat. Kepala ataupun luka tusuk pada kepala yang menembus tulang tengkorak hingga melukai jaringan otak. Hampir semua primary injury pada trauma kepala akibat kepala terbentur dengan kuat mengakibatkan otak juga bergeser di dalam tengkorak kepala, benturan keras pada satu sisi kepala akan menyebabkan otak bergerak membentur sisi lain di dalam tengkorak dan juga bisa kembali bergerak ke sisi sebelumnya. Bila kepala juga membentur misal aspal, dinding dan dinding mobil bila terjadi tabrakan mobil/tabrakan kendaraan bermotor.

Keadaan seperti di atas dapat menyebabkan kerusakan langsung pada jaringan otak ataupun pembuluh darah yang ada dalam otak. Penanganan pre hospital yang baik dapat mengurangi secondary cedera otak. Secondary cedera otak akibat hipoksia dan menurunnya perfusi pada jaringan otak, oedema otak dan hipotensi pada pasien trauma kepala menyebabkan kerusakan lanjut pada jaringan otak, oedema otak juga akan meningkatkan tekanan intra kranial karena berkurangnya tempat untuk cairan otak, ini juga menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, oedema otak itu tidak terjadi dengan segera tetapi memerlukan waktu baru terjadi oedema, bila dilakukan penanganan untuk memperbaiki perfusi ke jaringan otak dapat menyelamatkan nyawa pasien.

Secara normal biasanya jaringan otak akan mengurangi atau meningkatkan aliran darah secara otomatis sesuai kebutuhan metabolisme jaringan otak. Auto regulasi ini dipengaruhi oleh level karbondioksida (CO2) dalam jaringan otak, normal CO2 adalah 35-40 mmHg. Peningkatan level CO2 (hipoventilasi) menyebabkan vassokonstriksi dan menurunkan tekanan intra kranial.

Ternyata pada trauma kepala mengurangi oedema jaringan otak dapat meningkatkan aliran darah, tetapi riset terbaru membuktikan bahwa hiperventilasi hanya sedikit efek untuk mengurangi oedema penurunan perfusi otak karena vassokonstruksi hanya menyebabkan hipoksia, jadi hipoventilasi dan hiperventilasi akan menyebabkan iskemia jaringan otak, menyebabkan traumatic brain injury (TBI).

Melakukan ventilasi dengan rate setiap 5-6 detik dengan high flow oxygen sangat penting, melakukan propilaksis hiperventilasi untuk semua pasien head injury tidak direkomendasikan lagi.

Di dalam tengkorak antara jaringan otak dengan tulang tengkorak terdapat cairan otak dan darah. Di dalam otak dan tulang belakang cairan ini akan menyebabkan oedema otak, pendarahan pada otak (hematom) yang dapat menyebabkan penyumbatan pada aliran otak (intra cranial pressure) bila aliran tersumbat.

Trauma Tulang Belakang

Tulang belakang terdiri dari 33 ruas yang saling bertumpu membentuk rongga tulang belakang yang didalamnya berjalan bumbung saraf utama dari otak menuju seluruh tubuh dan sebaliknya. Trauma tulang belakang dapat terjadi di semua ruas-ruas dengan mekanisme yang bervariasi.

Cedera tulang belakang dapat berupa pergeseran posisi tulang, patah tulang, kerusakan jaringan pengikat dan juga terjadinya kompresi tulang yang kerusakan juga disertai kerusakan jaringan bumbung saraf. Di setiap trauma tulang belakang harus dianggap serius dan membutuhkan penanganan yang hati-hati, bila tidak korban akan mengalami kelumpuhan.

Bila di lapangan penolong dalam pemeriksaan dini tidak dapat mendiagnosa adanya curiga (suspect) cedera tulang leher dan tulang belakang, dalam pemindahan dan evakuasi pasien tidak mempergunakan metode Spinal Motion Restriction (SMR) akan menyebabkan pasien semakin parah karena dengan alat- alat lain immobilisasi pasien cedera spinal tidak dapat dilakukan dengan baik. Penolong harus mendapatkan pelatihan teori dan praktek agar mampu menangani trauma spinal dengan benar dan aman.

Anatomi Tulang Belakang

Tulang belakang (spinal column) adalah susunan dari 33 ruas tulang yang gunanya menyangga tubuh agar dapat tegak. Ke 33 tulang belakang itu terdiri dari:

  • 7 tulang leher (the C spine)
  • 12 tulang punggung
  • 5 lumbal (the L spire)
  • 5 sacral dan 4 cocygeal

Secara internasional tulang belakang dari leher sampai ke pelvis mempunyai nama/nomor yaitu C1-C7 untuk tulang leher (cervical) T1-T12 untuk tulang punggung (thoracic) L1-L5 untuk tulang pinggang atau lumbal.

Spinal Cord / Bumbung Saraf

Di dalam rongga tulang belakang terdapat bumbung saraf yang merupakan saluran saraf utama dari otak menuju seluruh tubuh dan sebaliknya. Bumbung saraf mempunyai diameter ± 10-13 mm terdapat di tengah-tengah rongga tulang belakang, saraf tersebut lembut dan fleksibel seperti benang katun dan sekelilingnya ada cairan cerebrospinal fluid, cairan dan fleksibelnya saraf merupakan proteksi buat saraf itu agar tidak rusak karena trauma.

Cedera Tulang Belakang

Tulang belakang yang sehat dapat toleransi terhadap tekanan pada tulang belakang seperti ekstensi, fleksi, kompresi dan rotasi tanpa merusak bumbung saraf. Tulang belakang dan bumbung saraf rusak karena trauma tumpul atau trauma tajam. Bila tali saraf tulang belakang rusak karena trauma hubungan antara otak dan tubuh sebelah bawah trauma bisa rusak atau putus. Berakibat hilangnya tenaga dan sensibilitas bahkan kelumpuhan dan kematian (bila yang terkena syaraf pengatur pernafasan dan jantung). 

Pergeseran atau robekan pada bantalan maupun tulang dapat menjepit syaraf tulang belakang. Puntiran, penekanan, atau pembengkokan yang berlebihan pada tulang belakang dapat berakibat luka bertambah buruk dan saraf tulang belakang ikut rusak atau putus.

  1. Penyebab
    • Benturan benda tumpul langsung pada tulang belakang
    • Hiperekstensi dari leher, misal akibat wajah membentur kaca pada mobil, orangtua yang jatuh dengan kepala membentur lantai, penerjun yang membentur dasar kolam yang dangkal
    • Hiperfleksi, misal pengendara kuda atau pengendara motor yang jatuh terpelanting ke tanah
    • Kompresi, pasien yang jatuh terduduk atau terjun dari ketinggian yang lebih dari 3x tinggi badan korban dan mendarat di tanah dengan kaki lurus atau terduduk
    • Rotasi, pasien yang mengalami tabrakan mobil kepala dan leher serta pinggang terpuntir
    • Lateral stress, misal jatuh dari ketinggian dengan leher terbentur dibagian samping kiri dan kanan, kecelakaan mobil tertabrak dari samping
    • Distraction, peregangan yang kuat pada tulang belakang dan bumbung syaraf misal pemain ski atau pengendara motor yang tersangkut tali pada leher atau pinggang pasien tergantung
    • Luka tembak atau luka tusuk yang mengenai tulang belakang
    • Pasien terlempar akibat ledakan bom dan mengenai bagian belakang pasien
  1. Pencegahan
    • Gunakan sabuk pengaman bila berkendara
    • Pakai helm pengaman yang sesuai standar bila naik sepeda motor, skateboard, dan bila berada di daerah konstruksi bangunan
    • Periksa kedalaman air sebelum menyelam, ski air atau terjun di air
    • Bila berolahraga taati seluruh peraturan keselamatan
  1. Tanda dan Gejala
    • Perubahan bentuk pada kepala, leher, dan tulang belakang perubahan bentuk pada tulang belakang ditemukan tapi kalau terlihat jelas, memar, atau bengkak pada tulang belakang dicurigai terjadi cedera tulang belakang
    • Kelumpuhan pada alat gerak dibawah titik trauma
    • Gangguan persarafan pada alat gerak mungkin kehilangan fungsi, lemah, mati rasa, kesemutan, atau rasa baal terutama di bawah titik trauma
    • Nyeri pada daerah tulang belakang pada saat bergerak ataupun tidak bergerak, bila nyeri berlebihan korban dapat menjadi syok neurogenik 
    • Hilangnya kemampuan mengendalikan buang air besar dan buang air kecil
    • Sulit bernafas, kadang-kadang tanpa pergerakan dada bila ini terjadi setelah pasien menderita trauma berat, curigalah ada trauma tulang belakang mengenai saraf tulang belakang
    • Priapismus, yaitu ereksi kemaluan pria yang menetap
    • Dapat terjadi syok akibat jejas pada saraf menyebabkan vassodilatasi pembuluh darah, mengakibatkan hipotensi dan bradikardia
    • Bila terjadi luka tusuk pada leher dan luka terbuka pada leher udara dalam trakea dapat masuk ke pembuluh darah atau emboli udara, dapat menyumbat pembuluh darah terjadi serangan jantung
    • Luka tumpul tertutup pada leher juga dapat merusak jaringan dalam leher dan emboli udara, terdapat luka memar atau tenggorokan bengkok/tidak lurus
    • Bila diraba di daerah leher dapat teraba udara dibawah kulit (krepitus) di sekitar leher dekat daerah trauma
  1. Penatalaksanaan Trauma Tulang Belakang
    • Perhatikan keamanan lingkungan, keamanan pasien dan penolong
    • Datang menemui korban dari arah kaki korban jangan dari belakang korban dan bila korban sadar perintahkan untuk tidak bergerak atau menggerakkan kepala dan badan
    • Bila terlihat penderita tidak bergerak atau tidak sadar satu penolong melakukan jaw thrust dan penolong lain mengecek respons pasien (AVPU)
    • Check airway, breathing dan sirkulasi
    • Lakukan pemeriksaan dini (rapid assessment) dari kepala sampai kaki dengan cepat tepat dan cermat
    • Setelah periksa kepala, pelihara jalan nafas tetap terbuka dengan jaw thrust, berikan high flow oksigen
    • Bila penderita sadar periksa fungsi motorik dan sensorik alat gerak
    • Setelah selesai memeriksa leher pasang neck collar, jaw thrust tetap dilakukan
    • Setelah selesai melakukan pemeriksaan sampai kaki, pindahkan pasien segera ke long board spinal atau papan dan alat lain yang punya alas yang keras
    • Bila ada luka atau pendarahan luar segera stop dengan balut tekan, sebelum pasien dipindah ke spinal board
    • Pada saat proses pemindahan atau log roll, pada saat pasien dimiringkan 45o segera penolong yang di tengah memeriksa belakang badan pasien mulai dari belakang kepala sampai ke belakang tumit apakah ada luka memar, luka bakar, dan perubahan bentuk dengan cermat, ruas demi ruas tulang belakang diperiksa apakah ada kelainan, bila ada pendarahan luar stop segera dengan balut tekan, baru pasien dipindahkan ke spinal board
    • Bila pasien dalam situasi tidak aman dan harus segera dipindah ke tempat aman, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dini secara lengkap tapi hentikan pendarahan luar, log roll ke spinal board saat log roll wajib periksa dengan cepat cermat, bagian belakang badan segera pindah ke spinal board dan bawa ke tempat aman segera 
    • Setelah dilakukan jaw thrust ini dipertahankan sampai kepala pasien telah difiksasi pada long spinal board baru boleh dilepas
    • Setelah pasien terfiksasi dengan baik pada long spinal board, segera pindahkan ke ambulance
    • Sebelum berangkat untuk antisipasi buat resusitasi syok, pasang infus 2 jalur dengan jarum besar mulai dengan tetesan KVO (Keep Vein Open), bila ada tanda-tanda syok lakukan resusitasi sesuai protokol terapi cairan
    • Sepanjang perjalanan lakukan secondary survey, cek lebih teliti dan cermat, periksa dari kepala sampai ujung kaki
    • Lakukan monitoring tanda-tanda vital dengan ketat setiap 5 menit bila pasien belum stabil atau setiap 15 menit bila pasien sudah stabil hubungi rumah sakit yang dituju, laporkan indentitas pasien, keadaan umum, tanda-tanda vital dan penanganan yang dilakukan
    • Bila jalan nafas masih dapat dipertahankan terbuka atau bila ada henti nafas bila penggunaan bag valve mask bisa memberikan pernafasan yang efektif pertahankan sampai pasien sampai di rumah sakit dengan aman dan dapat mengurangi pergerakan leher dan tulang belakang
    • Setelah pasien sampai di rumah sakit selama pasien melakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosa seperti x-ray, ct scan ataupun MRI tetap harus diatas long spinal board jangan pernah dipindah ketempat lain
    • Spinal board dan neck collar baru boleh dilepas atau dipindahkan bila sudah terbukti tidak ada cedera pada kepala, leher dan tulang belakang atau bila ada cedera pasien dipindahkan ke meja operasi atau ruang tindakan atau tempat tidur yang diperuntukan untuk merawat pasien cedera spinal
    • Bila pasien wanita hamil, setelah difiksasi dengan benar pada long spiral board miringkan 15 derajat ke arah kanan pasien agar arteri dan vena femoralis tidak tertekan serta aliran darah tetap lancar dan venous return tetap baik

Trauma Dada

Trauma dada sering terjadi akibat tabrakan mobil atau motor, jatuh dari keinggian, luka tembak, dan luka tusuk. Sebagian dari pasien yang mengalami trauma dada akan mengalami cedera lain dari organ vital yang ada di dalam dada (multiple injury).

25% dari pasien trauma dada mengalami kematian. 2/3 dari pasien trauma dada akan hidup bila mereka dapat segera dibawa ke RS (UGD) dan 15% dari mereka akan memerlukan tindakan operasi, artinya pasien-pasien yang mengalami trauma dada akan tertolong bila ditemui dan ditangani oleh penolong yang terlatih yang dapat melakukan pemeriksaan dan pengolahan pada trauma dada dengan cepat, tepat dan benar penanganannya.

Anatomi Dada

  1. Patofisiologi

    Bila terjadi trauma dada baik karena trauma tumpul ataupun trauma tajam, dapat menyebabkan:

    • Hipovolemia

      Adalah tidak adekuatnya volume pembuluh darah akibat kehilangan darah yang banyak baik karena luka terbuka pada dada ataupun luka tertutup pada rongga dada.

    • Ventilasi / Perfusi

      Terjadi gangguan pada tekanan di pleura akibat tension pneumothorax. Rusaknya pompa jantung akibat cedera jantung yang berat. Respirasi asidosis, hipercarbin (CO2) akibat tidak ada kuatnya ventilasi karena perubahan tekanan dalam dada akibat trauma dada, metabolisme asidosis akibat hiperfusi dari jaringan akibat syok.

  1. Tanda dan Gejala
    • Nyeri dada, sesak nafas (nafas pendek)
    • Pada inspeksi terlihat tidak simetrisnya gerakan dada, terlihat gerakan paradoxal pada daerah yang terkena, memar atau luka terbuka
    • Sianosis, distended vena jugularis, trachea deviasi searah tempat trauma
    • Palpitasi teraba disabilitas dan krepitasi (TIC)
    • Auskultasi dapat terdengar suara nafas dengan baik atau tidak. Lakukan pemeriksaan cepat pada trauma dada dengan cepat, tepat dan teliti

Pada trauma harus dapat diindentifikasikan secara cepat cedera berat pada organ-organ vital yang ada pada dada. Ada 12 keadaan yang dapat menyebabkan keadaan yang mengancam nyawa yang disebut dengan “deadly dozen” yang dapat ditemui saat melakukan primary survey dan secondary survey.

  1. Ditemukan pada primary survey
    • Abstruksi jalan nafas
    • Pneumothoraks terbuka
    • Flail chest
    • Tension pneumthoraks
    • Massive hemothoraks
    • Tamponade jantung
  2. Ditemukan pada secondary survey
    • Myocardial contusion
    • Robekan aorta
    • Cedera tracheal dan bronkus
    • Robekan pada diafragma
    • Cedera pada esophagus
    • Contusio paru

Obstruksi Jalan Nafas

Pada trauma dada dapat terjadi obstruksi jalan nafas karena benda asing, lidah yang terjatuh ke belakang pada pasien tidak sadar, aspirasi karena isi lambung dan adanya bekuan darah. Bila didapat keadaan tersebut segera lakukan pengelolaan pembebasan jalan nafas, pengelolaan pernafasan dan sirkulasi.

Open Pneumothoraks

Ini terjadi bila pasien didapati adanya luka terbuka di daerah dada akibat luka tusuk ataupun luka tembak. Udara luar akan masuk ke dalam rongga dada dan akan keluar pula melalui luka yang ada di dada ini sehingga terdengar seperti suara isapan.

Keadaan tersebut di sebut “Sucking Chest Wound” dan akan keluar gelembung-gelembung pada saat ekspirasi. Udara akan hanya masuk ke daerah mati pada rongga pleura tetapi tidak akan memasuki rongga paru. Akibat adanya hubungan dengan atmosfir maka tekanan di rongga pleura jadi sama dengan tekanan atmosfir atau positif (tidak menggelembung) pada saat pasien inspirasi.

Lobus paru yang terkena akan mengecil karena udara akan terhisap lebih banyak ke dalam rongga pleura. Pada saat pasien inspirasi, lobus paru tersebut akan mengembung sedikit, akibat udara yang di dalam rongga pleura yang berbentuk gelembung-gelembung keluar ke rongga dada. Karena proses tersebut diatas maka akan terdapat gangguan pada ventilasi sehingga pasien akan mengalami hypoksia.

Penatalaksanaan Open Pneumothoraks

  1. Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik
  2. Berikan oksigen dengan sistem high flow
  3. Tutup luka terbuka dengan oklusive dressing, (dapat menggunakan sarung tangan karet dan plastik). Pasang plester yang kuat pada ketiga sisi sudut plastik sisakan satu sudut untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura saat ekspirasi (ada perban untuk menutup luka terbuka di dada disebut asherman chest seal) yang atasnya ada one way valve hanya untuk udara ekspirasi bila luka sudah tertutup dengan baik.
  4. Pada saat inspirasi udara tidak dapat masuk lagi ke rongga pleura, sehingga lama kelamaan setelah udara di rongga pleura berkurang paru-paru akan mengembang dengan baik.
  5. Pasang infus dengan jarum yang besar 146 atau 166 pada mediana cubita
  6. Monitor oksigen saturasi dengan pulse oximeter
  7. Segera evakuasi pasien ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas operasi thoraks

Flail Chest

Flail Chest

Flail chest terjadi bila dua atau lebih tulang iga patah secara berturut-turut dan patahan terdapat pada dua atau lebih akibat trauma pada dada akibatnya ada suatu segmen 7 yang tulangnya terlepas satu sama lain.

  1. Patofisiologi

    Karena ada tempat yang tulang iganya terlepas, pada tempat tersebut bila pasien bernapas secara spontan maka waktu inspirasi tempat tersebut akan ikut terhisap ke dalam, paru-paru akan cekung.

    Bila pasien ekspirasi, udara akan terdorong keluar yang mengakibatkan pada tempat yang patah lobus paru akan cembung keluar ujung-ujung dari iga dapat memasuki lobus paru bila tidak segera dilakukan pada pasien ini dapat terjadi pneumothoraks fiksasi dan hemothoraks trauma dada juga dapat menyebabkan kantusio paru yang dengan segera dapat menyebabkan hipoksia.

    Pada pasien flail chest rasa nyeri pada dada menyebabkan paradoxical motion pada saat pemeriksaan secara inspeksi, terlihat dada tidak mengembang dengan baik saat inspirasi pada kedua sisi pada saat palpasi pada daerah trauma terasa krepitasi.

    Patofisiologi Flail Chest

  2. Penatalaksanaan Flail Chest
    • Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik
    • Berikan ventilasi bila terdapat gagal nafas
    • Berikan oksigen dengan cara high flow oxygen
    • Fiksasi tempat yang patah (area yang flail) dengan balut tekan manual (bulk dressing), plesterkan ke dada pasien
    • Pindahkan pasien segera ke spinal board. Selama melakukan log roll ke spinal board, fiksasi harus dipegang supaya tidak tergeser. Gunakan spinal board bila ada trauma dada yang berat ditakutkan juga ada spinal injury
    • Segera naikkan pasien ke ambulans dan bawa ke rumah sakit
    • Selama dalam perjalanan, lakukan pemasangan infus dan beri bolus cairan untuk mencegah syok
    • Monitor oksigenasi pasien dengan pulse oxymeter O2 monitor bila ada
    • Bila terdapat tanda-tanda gagal napas dapat dilakukan pemberian oksigen dengan BVM ataupun intubasi dan harus mempergunakan PEEP (positive and expiratory pressure) dan pergunakan CPAP (Continous Possitive Airway Presure)
    • Segera bawa pasien ke rumah sakit yang sesuai dengan keadaan pasien
    • Dalam perjalanan hubungi rumah sakit yang dituju dan laporkan keadaan pasien supaya rumah sakit dapat segera menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan untuk pemeriksaan dan penanganan pasien lebih lanjut

Pneumothoraks

Pneumothoraks

Udara dalam rongga pleura telah memasuki beberapa ruang yang biasanya ditempati oleh paru-paru, sehingga mencegah perluasan paru-paru.

  1. Tension Pneumothoraks

    Tension pneumothoraks dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam pada dada. Udara akan masuk ke rongga pleural tapi tak dapat keluar dari rongga tersebut, ini akan meningkatkan tekanan di rongga dada.

    Keadaan ini akan menyebabkan kolaps-nya lobus paru di tempat yang cedera dan akan meningkatkan tekanan di mediastinum dan tekanan ini akan menyebabkan kolaps-nya vena cava superior dan inferior yang akan menyebabkan kurangnya darah kembali ke jantung (venous return). Akan terlihat adanya distensi vena jugularis, dalam keadaan lanjut jantung akan terdorong dan terpelintir.

    Tension Pneumothoraks

    • Tanda dan Gejala
      1. Dyspnea, ansietas, tacipnea
      2. Distensi vena jugularis
      3. Saat auskultasi, terdengar suara nafas yang menurun di tempat yang cedera
      4. Perkusi terdengar suara hipersonor di daerah cedera
      5. Inspeksi terlihat pengembangan dada yang tidak simetris antara kiri dan kanan di daerah dada yang cedera, dada tidak mengembang
      6. Keadaan lanjut terlihat trachea dan mediastinum terdorong ke arah tempat cedera
      7. Hipotensi dan syok
      8. Nadi lemah dan cepat, kadang-kadang tidak ada nadi pada daerah cedera bila diraba di radialis
      9. Akral dingin dan lembab
      10. Penurunan kesadaran
    • Penyebab
      1. Trauma
      2. Pada saat memberikan tekanan positif kepada pasien dirasa susah dan berat harus perhatikan mungkin terjadi tension pneumothoraks
      3. Pasien diintubasi dengan riwayat chronic obstructive pulmonary disease (COPD) atau pasien asma akan meningkatkan terjadinya tension pneumothoraks bila diberikan ventilasi tekanan positif
  • Pada pasien trauma dada, pada primary survey dilakukan pemeriksaan dengan cepat teliti dan cermat sehingga diagnosa tension pneumothoraks dapat ditegakkan tanpa diperlukan pemeriksaan penunjang foto radiologi. Pasien dengan tension pneumothoraks dapat terjadi kematian dengan cepat bila tidak segera ditangani (early death). Diagnosa harus ditegakan secara klinis dan terapi, tidak boleh terlambat karena menunggu konfirmasi radiologi.

    • Penatalaksanaan
      1. Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik
      2. Berikan oksigen dengan cara high flow
      3. Lakukan chest decompression (mengeluarkan udara dari daerah yang cedera dengan melakukan tusukan dengan jarum infus no. 14)
        • Pastikan bahwa diagnosa pasien tension pneumothoraks
        • Beri oksigen high flow
        • Cari iga ke-2 dan iga ke-3 midklavikula pada dada yang terjadi tension pneumothoraks
        • Pasang APD, handscoon steril
        • Bersihkan daerah yang sudah disiapkan areanya dengan antiseptik
        • Siapkan jarum sambungkan dengan syringe
        • Selusuri iga ke iga dan cari titik imajinasi yang dilewati garis midklavikula, diatas iga ke-3 tusukkan jarum pada titik tersebut secara perlahan, bila sudah ada udara keluar di dalam syringe cabut jarum dan tinggalkan plastic IV tersebut dan dorong plastik tersebut sedalam kurang lebih 5 cm bila ada tension pneumothoraks udara akan terdorong dengan cepat kluar seperti suara “pssstt” udara dalam rongga dada akan keluar dan lobus paru akan mengembang kembali
        • Bila tidak ada lagi udara keluar waktu ekspirasi cabut jarum tersebut dan tutup bekas luka dengan plester, penanganan ini hanya bersifat sementara (bukan definitive treatment)
        • Jarum jangan ditusuk dibawah iga ke-3 karena disana terdapat vena, dan nerveus intercostalis
      4. Segera bawa ke rumah sakit yang dapat menangani pasien dengan trauma dada
      5. Sepanjang jalan hubungi RS dan laporkan keadaan pasien agar mereka dapat mempersiapkan tindakan yang akan dilakukan selusuri dari iga ke iga sesuai dengan keadaan pasien
  1. Massive Hemothoraks

    Adanya darah dalam rongga pleura disebut hemothoraks, bila terjadi trauma tumpul ataupun penetrasi trauma pada dada di daerah dada yang cedera dapat terjadi hemothoraks, bila ada 1500 cc atau lebih darah darah tertumpuk di rongga fleura disebut massive hemothoraks.

      • Tanda dan Gejala
        1. Paru-paru di tempat cedera akan terkompresi
        2. Inspeksi, terlihat pengembangan dada yang tidak simetris antara kiri dan kanan pada area cedera, terlihat paradosal
        3. Auskultasi, terdengar penurunan suara nafas pada daerah yang cedera
        4. Perkusi terdengar suara dull (redup)
        5. Bila tumpukan darah semakin banyak di vena cava inferior, superior dan contralateral paru akan tertekan akibat kehilangan darah yang banyak dan menyebabkan hipoksemia
        6. Penurunan kesadaran pasien
        7. Sianosis
        8. Suara nafas menurun atau tidak ada pada daerah yang cedera
        9. Pernafasan dispnea atau tachipnea
        10. Nadi lemah dan halus, bila diraba pada nadi radial kadang-kadang tidak terasa tapi bila diraba di carotis akan terasa
        11. Akral teraba dingin, basah, dan pucat
        12. Tensi turun, akan segera terlihat tanda-tanda syok bila tidak segera ditangani
    Massive Hemothoraks
    • Penatalaksanaan
      1. Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik
      2. Beri oksigen high flow
      3. Pasang infus 2 jalur, dengan jarum besar lebih baik pada vena besar (mediana cubiti)
      4. Segera kirim pasien ke rumah sakit yang dapat menangani trauma dada
      5. Beri tahu rumah sakit yang dituju tentang keadaan pasien
      6. Sepanjang jalan ganti pendarahan yang hilang dengan hati-hati infus diberikan hanya untuk mempertahankan BP systole 90-100 mmHg, bila meningkatkan tekanan darah terlalu tinggi juga akan meningkatkan pendarahan pada rongga pleura
      7. Sepanjang jalan juga selalu dilakukan follow up vital sign dan observasi juga tanda-tanda terjadi hemopneumothorax bila terjadi harus segera dilakukan chest decompression

Tamponade Jantung

Tamponade jantung biasanya terjadi akibat luka penetrasi sekeliling jantung terdapat membrane pericardial. Bila terjadi luka tusukan dan tertumpuknya darah dengan cepat antara jantung dan pericardium akan menyebabkan kompresi pada ventrikel akan meningkatkan pompaan jantung akan berkurang akibatnya cardiac output akan berkurang dengan cepat dan akan meningkatkan CVP (Central Venous Pressure).

  1. Tanda dan Gejala
    • Hipotensi, tensi turun dengan cepat, pasien akan jatuh ke keadaan syok bila tidak segera ditangani
    • Distensi vena jugularis
    • Paradoxical pulse, bila diraba nadi radial saat inspirasi akan menghilang pada saat eksperasi nadi terasa lemah dan halus
    • Trachea midline
    • Auskultasi, suara nafas akan terdengar sama pada kedua lobus paru
    • Penurunan kesadaran
    • Pernafasan dispnea dan tachipnea
    • Akral teraba dingin, basah, dan pucat
  1. Penatalaksanaan
    • Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik
    • Berikan oksigen dengan high flow
    • Naikkan pasien ke ambulans segera
    • Segera kirim ke rumah sakit yang dapat menangani tamponade jantung
    • Segera hubungi rumah sakit yang dituju, laporkan keadaan pasien
    • Segera pasang infus kalau perlu 2 line kiri dan kanan pada mediana cubiti dengan jarum besar. Pemberian infus cairan elektrolit harus hati-hati, hanya untuk mempertahankan tensi systole 90-100 mmHg. Bila tensi meningkat dengan cepat lebih dari 100 mmHg akan meningkatkan pendarahan pada perikardium
    • Bila ada disritmia, segera obati
    • Mengobservasi vital sign dengan ketat setiap 5 menit
    • Sepanjang jalan selalu lakukan pemeriksaan observasi apakah ada tanda-tanda hemothoraks ataupun pneumothoraks

Traumatic Aortic Rupture

Traumatic aortic rupture (sobekan akibat trauma) keadaan tersebut sangat banyak terjadi pada kecelakaan motor dan jatuh dari ketinggian, 9% pasien ini akan meninggal dengan segera. Keselamatan pasien tergantung dari kecepatan diagnose dan pelaksanaan operasi di rumah sakit.

Pada pasien trauma dada karena hantaman setir mobil dapat segera menyebabkan aorta menjadi sobek, dalam hitungan menit pasien akan jatuh menjadi syok pada keadaan ini bila pada saat di temukan pasien mekanika tersebut diatas dalam waktu itu pasien sudah mengalami penurunan kesadaran distress pernafasan dan pertesi kapiler jelek.

Jangan buang-buang waktu, segera angkat ke ambulans bawa segera ke rumah sakit. Pasang infus dan tindakan perawatan lainnya dilakukan sepanjang jalan ke rumah sakit.

Penatalaksanaan traumatic aortic rupture:

  1. Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik
  2. Berikan oksigen dengan cara high flow, bila perlu intubasi endothrakheal
  3. Naikkan pasien segera ke ambulans
  4. Segera kirim pasien ke rumah sakit yang dapat menangani traumatic aortic rupture
  5. Segera pasang infus kalau perlu dua line kiri dan kanan pada mediana cubiti dengan jarum besar
  6. Monitor irama jantung
  7. Segera hubungi rumah sakit yang dituju dan laporkan keadaan pasien
  8. Sepanjang jalan selalu lakukan pemeriksaan dan observasi apakah ada tanda-tanda yang mengancam nyawa, tangani ABC bila ada masalah

Kontusio Miokardial

Trauma tumpul pada dada bagian atas tengah akan menyebabkan cedera jantung yang dapat menyebabkan sobeknya otot penyangga jantung dan katup jantung, tamponade jantung, dan dapat merobek jantung sendiri. Bila yang terkena bagian kanan biasanya yang cedera atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila terjadi hanya memar pada otot jantung gejala sama dengan infark miokard akut dengan tanda-tanda nyeri dada. 

Robekan Diafragma

Robekan diafragma akibat besarnya tekanan dari abdomen dari sesuatu yang tiba-tiba menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomenmus karena tekanan sabuk pengaman saat terjadi tabrakan atau tendangan yang mengenai dinding perut menyebabkan robeknya diafragma dan menyebabkan hermasi organ dalam perut ke rongga thoraks, hermasi biasanya kerap terjadi di bagian kiri di bandingkan bagian kanan.

Di bagian kanan terdapat hati yang dapat melindungi diafragma, trauma tumpul dapat menyebabkan robekan yang besar pada diafragma tapi luka tusuk hanya menyebabkan lubang yang kecil sesuai besar benda yang menusuk. Robekan diafragma dan hermasi abdomen organ ke rongga thoraks sulit didiagnosa dengan  baik di lapangan maupun di rumah sakit, hanya mungkin akan terlihat seperti distres pernafasan.

Penatalaksanaan robekan diafragma:

  1. Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik
  2. Lakukan intubasi bila keadaan semakin buruk
  3. Berikan oksigen high flow bila keadaan stabil
  4. Segera kirim pasien ke rumah sakit yang punya fasilitas operasi
  5. Observasi tanda-tanda syok, segera lakukan resusitasi cairan dengan protokol sesuai keadaan pasien
  6. Sepanjang jalan segera hubungi rumah sakit yang ditujukan dan laporkan keadaan pasien

Kontusio Paru

Pada trauma tumpul di dada juga sangat sering menyebabkan kontusio paru, biasanya tanpa sadar selama dalam proses melakukan penanganan di tempat kejadian dan selama perjalanan kerumah sakit. Pelan tapi pasti kelainan pernafasan akibat adanya kontusio paru akan menyebabkan hipoksemia.

Bila pasien sudah diberi oksigen dengan high flow tapi keadaan pernafasan tidak membaik bahkan semakin memburuk, saturasi menurun, maka segera lakukan intubasi dan assisted ventilasi dengan menggunakan PEEP dan pasang IV line pada dua tempat. Awasi akan adanya tanda-tanda syok.

Cedera lain yang mungkin terjadi pada trauma dada adalah luka tusuk dengan benda yang masih tertancap di dada. Bila ditemukan luka tusuk tersebut jangan pernah dicabut. Lakukan fiksasi dengan balut cincin dan hentikan pendarahan dengan balut tekan sekitar benda yang tertusuk, segera kirim ke rumah sakit, jaga ABC, pasang infus dan monitor tanda-tanda vital selama perjalanan.

Fraktur Sternum

Patah tulang sternal dapat terjadi bila dada depan tengah terkena trauma tumpul yang hebat. Pada keadaan ini pasien juga kita curigai terjadi kontusio miokardial. Lakukan penanganan seperti konstusio miokardial, langsung segera bawa ke rumah sakit.

Simple rib fracture sering terjadi pada trauma thoraks, bila pasien hanya terdapat patah tulang iga saja tanpa ada tanda-tanda pneumothoraks ataupun homothoraks. Monitor tanda-tanda vital. Lakukan pemeriksaan ulang head to toe. Perhatikan dengan cermat adakah tanda-tanda pneumothoraks ataupun hemothoraks.

Trauma Perut (Abdomen)

Trauma abdomen sering lolos dari pengamatan terutama pada penderita dengan gangguan kesadaran, multi trauma, trauma disertai dengan intoksikasi alkohol, obat-obatan, cedera thoraks dan fraktur vertebral. Umumnya perdarahan pada rongga perut atau trauma tumpul di dalam abdomen selalu ditemukan dengan hasil akhir peritonitis padahal pada initial assessment dilakukan pemeriksaan secara teliti dan cermat pada ke 4 kuadran perut.

Penilaian sirkulasi pada primary survey adalah penilaian perdarahan pada daerah-daerah yang memungkinkan untuk tempat menampung darah yang tidak tampak, antara lain abdomen pada trauma tumpul. Pada trauma abdomen, diperlukan perkiraan organ-organ yang ikut mengalami cedera dan besarnya kerusakan yang terjadi, diperlukan ketajaman dari diagnostik pada pemeriksaan penderita mulai dari melakukan anamnese, pemeriksaan fisik dan penunjang diagnosa sangat membantu untuk penyelamatan pasien dari keadaan yang mengancam nyawa.

Mengingat vitalnya abdomen dalam penilaian perdarahan primary survey maka seorang penolong harus sadar betul tentang segala kemungkinan yang dapat terjadi pada abdomen. Biomekanik trauma pada abdomen harus dipelajari dengan cermat agar tak terjadi keterlambatan diagnosa dan melakukan pertolongan. Anatomi abdomen bagian luar dan bagian dalam harus diketahui agar dapat menilai kerusakan yang terjadi akibat mekanisme trauma.

Anatomi Abdomen

  1. Anatomi Perut
    • Intra thoracic abdomen

      Intra thoracic abdomen terletak dibawah diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada, ditutup oleh tulang iga bagian bawah sebelah kanan terdapat hati, di tengah-tengah ada pankreas dan di bagian kiri atas ada spleen (limpa). Bila terjadi trauma tumpul di daerah ini akan mengenai hati dan limpa yang menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa.

    • True abdomen

      Daerah ini tidak ada tulang kerangka yang menutupi area ini, hanya otot-otot perut yang menutupi. Di dalam perut terdapat organ-organ, usus halus, usus besar dan kandung kemih. Pada wanita di bagian bawah dekat pelvis terdapat uterus, tuba fallopi dan ovarium, bagian belakang area genital ini dilindungi oleh tulang-tulang pelvis.

    • Retroperitoneal abdomen

      Retroperitoneal abdomen terletak di belakang bagian perut (belakang thoracic abdomen dan true abdomen) disini terdapat ginjal, uterus tengah, pankreas, duodenum, kolon ascending dan descending, aorta abdomen dan vena cava interior.

      Karena itu bila terjadi trauma di bagian belakang ini sulit untuk dinilai pada saat melakukan pemeriksaan di lapangan. Bila terjadi perdarahan di bagian depan perut segera dapat diketahui karena perut akan distensi dengan tegang.

      Bila terjadi perdarahan di bagian peritoneal karena adanya aorta abdominal dan vena cava inferior disana akan terjadi perdarahan hebat yang mengancam nyawa tanpa menunjukan gejala yang jelas dalam pemeriksaan area perut (biasanya terjadi bersamaan dengan trauma pada pelvis).

      Karena itu bila terjadi mekanika trauma curiga mengenai daerah pelvis dan retroperitoneal benar-benar perhatikan ABC, bila ada kelainan segera lakukan tindakan.

  1. Tipe Trauma

    Trauma yang terjadi adalah trauma tumpul dan luka tusuk, untuk trauma tumpul ini sangat banyak terjadi dan sering menyebabkan kematian akibat keterlambatan diagnosa dan pertolongan, 10-30% akan meninggal pada kecelakaan kendaraan bermotor.

    Trauma tumpul pada perut akibat hantaman langsung pada perut yang menyebabkan robekan dari organ seperti hati, limpa, usus besar, dan usus halus atau cedera dapat terjadi karena hantaman, tekanan, ke bagian peritoneal yang dapat menyebabkan robekan organ bagian belakang atau robekan pembuluh darah.

    Pasien yamg mengalami trauma tumpul di bagian belakang kadang-kadang tidak terasa nyeri, hanya sedikit nyeri di bagian luar perut dengan jejas akibat trauma. Pasien dengan patah tulang iga bagian bawah yang menutupi area perut kadang tanpa merasa nyeri yang signifikan ini akan mengecoh penolong mengira tidak ada terjadi apa-apa, padahal hantaman tekanan, trauma dapat diteruskan sekuat tekanan pada perut sampai ke retroperitoneal.

    Hasil dari trauma tersebut akan mengakibatkan cedera yang berat di area peritoneal bahkan dalam hitungan menit bila sobek pembuluh darah dapat menyebabkan syok. Bila penanganan ABC tidak adekuat akan menyebabkan kematian.

  2. Luka Tusuk (Penetrating Injuries)

    Yang paling banyak terjadi pada trauma abdomen adalah luka akibat tembakan dan tertusuk benda tajam. Luka akibat tembakan akan mengakibatkan kerusakan yang hebat pada daerah yang dilewati peluru dan luas area yang rusak akan tergantung dari mekanika trauma, bila jarak penembak dekat dengan penderita, kerusakan akan luas diameter area sekitar lewatnya peluru akan luas.

    Semakin jauh penembak semakin sempit diameter kerusakan yang terjadi. Bila terkena di daerah hati, limpa dan pembuluh darah ini akan langsung mengancam nyawa penderita 5-15%. Penderita luka tembak bila tidak segera didiagnosa dan ditangani akan menyebabkan kematian.

    Biasanya kalau ditusuk orang, orang yang menusukkan benda tajam tersebut berusaha untuk mencabut atau mendorong ke atas – bawah dan ke kiri – kanan perut penderita atau kadang-kadang membacok berulang-ulang.

    Keadaan ini sangat berbahaya karena daerah yang cedera akan luas dan perdarahan akan sulit dikendalikan. Hal ini membutuhkan keterampilan, kecepatan dan kecekatan penolong dan segera bawa ke rumah sakit, stabilkan hemodinamik sepanjang jalan, minta rumah sakit menyiapkan operasi segera, biasanya mortalitas meningkat.

    Bila perut penderita tertusuk benda tajam yang tidak disengaja atau proses terlemparnya penderita ke tempat benda tajam akibat suatu bencana / tabrakan biasanya terjadi dua kemungkinan, benda tersebut sudah terlepas atau masih tertancap di perut.

    Bila benda tersebut sudah terlepas, periksa perdarahan yang terjadi adakah luka tembus ke belakang, lakukan balut tekan pada setiap permukaan luka yang mengeluarkan darah dengan kassa steril.

    Bila benda masih tertancap dilakukan fiksasi dan stabilisasi benda tersebut agar tidak bergerak-gerak dan terdorong lebih jauh ke dalam dengan menggunakan balut cincin dan balut tekan sekitar benda yang tertancap.

    Angka mortalitas dalam keadaan ini biasanya lebih rendah 1-2%. Jadi setiap kejadian trauma perut baik trauma tumpul atau pun trauma tajam kita harus waspada adanya perdarahan dalam yang terjadi bahkan dapat menyebabkan syok hemoragik.

  3. Penatalaksanaan Trauma Perut
    • Bila penolong sampai di lokasi kejadian, perhatikan sekitar lokasi dan dapatkan keterangan yang sebanyak-banyaknya tentang apa sebenarnya yang terjadi, apakah jatuh dari ketinggian, tabrakan, luka tembakan atau perampokan dengan luka tusuk pada perut, lakukan pemeriksaan cepat dengan segera. Saat memeriksa area perut, kalau ada tanda-tanda trauma segera perhatikan dan pelajari mekanika traumanya dan penolong lain menangani airway, breathing, dan sirkulasi, cek status mental pasien.
    • Bila terlihat penurunan kesadaran dan tanda-tanda syok, pasang oksigen dengan high flow. Bila keadaan semakin memburuk, pasang endotracheal tube, segera pasang infus dua line dengan jarum besar, beri guyur cairan kristaloid.
    • Siapkan pasien segera untuk dinaikan ke ambulans dan segera bawa ke rumah sakit yang dapat menangani operasi abdomen.
    • Bila ada perdarahan eksternal segera hentikan dengan balut tekan.
    • Bila ada omentum atau usus yang keluar jangan berusaha memasukan kembali usus tersebut, tapi tutupi bagian yang keluar dengan kassa besar yang sudah dibasahi dengan cairan NACL 0,9% pertahankan kelembabannya dan tutupi dengan mangkok agar tidak terburai. Sepanjang jalan lakukan monitoring yang ketat terhadap hemodinamik.
    • Lakukan lagi pemeriksaan secondary survey Head to Toe dengan cermat dan sangat teliti.
    • Pasang nasogastric tube untuk diagnosa apakah ada perdarahan pada lambung ataupun untuk tindakan dekompresi lambung.
    • Bila tidak ada trauma pada pelvis dan area kandung kemih, pasang urine chateter untuk memonitor intake dan output pasien saat kita melakukan resusitasi cairan pada pasien syok.
    • Melakukan pemeriksaan pada secondary survey, periksa tanda-tanda vital berulang akan membantu kita meminimalkan kesalahan dalam penanganan pasien, dapat mempertajam tanda-tanda yang tersamar dan mempercepat tindakan yang harus dikerjakan segera bila ada perubahan keadaan (memburuknya keadaan pasien).
    • Bila melakukan resusitasi cairan jangan terlalu agresif, cairan diberikan untuk me-maintenance BP 90-100 mmHg (sistolik) bila BP naik dengan cepat akan terjadi perdarahan yang lebih banyak.
    • Bila saat melakukan rapid exam pada primary survey ditemukan abdomen yang distensi, keras dan kaku itu artinya telah terjadi perdarahan yang banyak di rongga perut, jangan buang-buang waktu untuk melakukan auskultasi dan palpasi segera lihat daerah pelvis dan ekstremitas dengan cepat, siapkan alat untuk transportasi pasien ke rumah sakit, segera pemeriksaan capillary refill dan nilai nadi radialis dan karotis dengan cepat.
    • Pasien trauma abdomen tidak dilakukan stabilisasi di lapangan tetapi dilakukan selama perjalanan ke rumah sakit, di rumah sakit dilakukan terapi definitif pada trauma abdomen.
  1. Indikasi Laparatomi
    • Trauma tumpul abdomen dengan hipotensi berulang walaupun dilakukan resusitasi yang adekuat (artinya perdarahan dalam masih berlanjut)
    • Trauma abdomen dengan perdarahan di rongga abdomen
    • Peritonitis akut
    • Hipotensi dengan luka pada perut terbuka atau tembus
    • Perdarahan dari lambung, anus, atau daerah genito-urinary akibat trauma tembus
    • Luka tembak yang melintas rongga peritoneum dan retroperitoneal
    • Keluarnya usus (eviscerasi)
    • Indikasi berdasarkan pemeriksa rongga terlihat udara bebas, udara retroperitonium atau ruptur diafragma setelah trauma tumpul
    • CT scan dengan kontras memperlihatkan ruptur traktus gastrointestinal, cedera kandung kemih intraperitoneal, cedera renal dan cedera organ visera

Trauma Muskuloskeletal

Tubuh manusia merupakan sistem yang dirancang dengan sempurna. Sistem muskuloskeletal (otot rangka) memungkinkan manusia untuk berdiri tegak dan bergerak selain melindungi alat-alat vital dalam tubuh.

Trauma muskuloskeletal merupakan keadaan yang sering kali kita jumpai sehari-hari. Trauma tersebut dapat terjadi tunggal atau terjadi bersama dengan trauma pada organ lain (multi trauma) juga dapat berbentuk cedera ringan sampai yang mengancam jiwa.

Tanpa memandang berat-ringannya kasus cedera yang dihadapi, penanganan yang baik akan membantu mencegah terjadinya cacat tetap. Agar tindakan memberikan hasil yang maksimal, “awal” dari tindakan bedah orthopaedi adalah maksimum rehabilitasi penderita secara utuh (maximum rehabilitation of patient as a whole).

Secara umum, cedera muskuloskeletal dapat berupa:

  1. Patah Tulang
    • Pengertian

      Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang baik seluruhnya atau sebagian saja.

    • Penyebab

      Pada dasarnya tulang merupakan benda padat namun masih terdapat kelenturan bila teregang melampaui batas kelenturannya, maka tulang akan patah.

      Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus- kasus yang berhubungan dengan patah tulang agar dapat memberikan gambaran kasar seberapa berat cedera yang kita hadapi. Cedera dapat terjadi akibat:

      1. Gaya langsung

        Gaya langsung terhadap bagian tubuh tertentu dan cedera dapat terjadi pada tempat yang mengalami kontak dengan gaya tersebut seperti pengendara motor dihantam mobil dari samping, tungkai bawah pengendara kena gaya langsung hingga fraktur.

      2. Gaya tidak langsung

        Bagian tubuh tidak menerima langsung namun gaya tersebut diteruskan sehingga bagian yang tidak mengalami gaya ikut rusak, misalnya pengendara mobil, lutut pengendara menghantam panel depan waktu terjadi tabrakan. Gaya tidak langsung menyebabkan cedera panggul akibat hantaman yang kuat yang menyebabkan lutut terdorong ke belakang.

      3. Gaya puntir

        Terjadi akibat upaya tubuh atau posisi anatomis sedemikian rupa hingga saat benturan terjadi seolah terkunci sehingga gaya langsung berubah menjadi puntiran. Misalnya, menahan majunya tubuh dengan bertahan pada kemudi mobil. Gaya berubah menjadi puntiran sehingga patah tulang terjadi akibat terpuntir.

    • Tindakan 4R
      1. Recognition

        Untuk dapat bertindak dengan baik maka trauma muskuloskeletal perlu diketahui dulu kelainan yang terjadi akibat traumanya. Baik jaringan lunak ataupun tulangnya. Caranya adalah dengan mengenali tanda-tanda dan gangguan fungsi jaringan yang mengalami cedera. Patah tulang merupakan akibat dari sebuah kekerasan yang dapat menimbulkan kerusakan pada tulang dan jaringan lunak di sekitarnya.

        Dibedakan antara trauma tumpul dan tajam. Pada umumnya trauma tumpul akan menyebabkan kememaran yang “diffuse” pada jaringan lunak termasuk gangguan neurovaskular yang akan menentukan vitalitas ekstremitas.

      2. Reduction (reposisi)

        Adalah tindakan mengembalikan ke posisi semula dari ekstremitas. Tindakan ini diperlukan agar sebaik mungkin kembali ke bentuk semula dan befungsi kembali sebaik mungkin. Penyembuhan memerlukan waktu untuk mempertahankan hasil reposisi. Penting dipikirkan tindakan berikutnya agar rehabilitasi dapat memberikan hasil sebaik mungkin.

      3. Retaining (imobilisasi)

        Untuk memberikan istirahat pada muskuloskeletal yang sakit selama proses penyembuhan. Imobilisasi yang tidak adekuat dapat memberikan dampak pada penyembuhan dan rehabilitasi.

      4. Rehabilitasi

        Adalah mengembalikan kemampuan dari muskuloskeletal yang cedera agar dapat berfungsi kembali. Rehabilitasi yang menekankan pada keadaan fungsi muskuloskeletal akan lebih berhasil dapat dilaksanakan secara dini (waktu korban ditemukan) agar dapat dicegah dari kecacatan.

    • Tanda dan Gejala
      1. Terdapat trauma / jejas, bengkak, deformitas dan nyeri di tempat yang patah baik nyeri tekan maupun nyeri sumbu disertai gangguan fungsi (fungsiolesa)
      2. Gangguan fungsi akibat dari nyeri, terputusnya kontuinitas tulang, atau akibat gangguan neurovaskular
      3. Terdegar suara berderik pada daerah yang patah (krepitus). Ini terjadi akibat pergesekan antara bagian ujung tulang yang patah
      4. Ujung tulang terlihat keluar dari luka. Pada patah tulang terbuka, ujung tulang yang patah dapat keluar menembus kulit disertai perdarahan yang banyak. Keadaan ini harus segera ditangani dengan menghentikan perdarahan, melakukan pembalutan dan pembidaian dengan cara yang tepat
      5. Walaupun patah tulang dapat dibuat diagnosis secara klinis, pemeriksaan radiologis perlu dilakukan untuk menentukan jenis dan tempat yang patah guna menentukan tindakan yang definitif
    • Derajat
      1. Derajat I, luka kecil dengan ukuran kurang dari 1 cm, relatif bersih tanpa kerusakan jaringan yang berarti
      2. Derajat II, luka dengan ukuran lebih besar dari 1 cm, tanpa kerusakan jaringan, “flap”atau avulsi dengan derajat kememaran yang sederhana, umumnya fraktur terjadi “simple” , “transverse” atau “oblique”
      3. Derajat III, Patah tulang dengan kerusakan jaringan lunak yang luas seperti kulit, otot dan gangguan neurovaskular. Sering diakibatkan oleh trauma tumpul yang hebat disertai cedera akibat kecepatan tinggi (“high velocity”)
    • Jenis
      1. Greenstick
      2. Transversa
      3. Simpel
      4. Oblique/miring
      5. Komplit
      6. Spiral
      7. Majemuk

Tipe Fraktur

    • Patah Tulang Tertutup dengan Gangguan Neurovaskular

      Patah tulang panjang dapat mengakibatkan perdarahan yang cukup banyak dan dapat menimbulkan tekanan pada “compartment otot” dan menunjukkan gejala “compartment syndrome”.

      Keadaan ini sering terjadi pada fraktur tungkai bawah dan lengan bawah. Bila tanda-tanda compartment tidak diperhatikan dan segera diambil tindakan, dapat mengakibatkan kematian jaringan distal hingga perlu dilakukan amputasi.

      Tindakan segera dapat dilakukan, fasciotomi yang luas dan biarkan luka terbuka. Pemeriksaan neurovascular distal perlu dilakukan dengan cermat pada tungkai atau lengan yang mengalami pembengkakan dan kulit yang tegang. Pada saat melakukan initial assessment (pulses, motor function, sensation / PMS) harus selalu diperiksa. Ada 5P tanda lanjut dari compartment syndrome, yaitu: pain, pallor, pulselessness, parestesia dan paralysis.

      Patah satu tulang femur dapat menyebabkan kehilangan darah hingga 1 liter. Bila terjadi patah tulang pada kedua femur dapat mengancam nyawa karena adanya gangguan sirkulasi.

      Patah tulang pelvis dapat menyebabkan perdarahan yang luas pada rongga abdomen dan rongga gastro peritoneal. Pelvis biasanya dapat tejadi patah tulang pada beberapa tempat dan dapat menyebabkan perdarahan  500 cc pada setiap tempat dan dapat membuka buli-buli dan pembuluh darah besar pelvis.

    • Patah Tulang Terbuka

      Patah tulang terbuka memiliki risiko terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan infeksi dan dapat mengganggu penyembuhan tulang dan kadang dapat terjadi komplikasi sepsis. Pada patah tulang terbuka prinsip pengobatan yang harus diperhatikan adalah tergantung derajat luka.

      1. Laksanakan pengelolaan sebagai tindakan “emergency
      2. Lakukan evaluasi keadaan yang mengancam kelangsungan hidup (life threating injury)
      3. Pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat
      4. Debridemen dan irigasi yang cukup (dilution is a solution to polution)
      5. Stabilisasi patah tulang
      6. Penutupan luka yang baik
      7. Bila perlu lakukan “cancellous bone grafting
      8. Rehabilitasi anggota yang terkena
      9. Rehabilitasi pasien seutuhnya
    1. Fraktur terbuka biasanya terjadi akibat kecelakaan lalu-lintas, karena itu perlu diperhatikan bila ada cedera penyerta di bagian tubuh lainnya terutama kepala, leher, tulang belakang, dada dan abdomen. Fraktur terbuka derajat I dan II dapat diperlakukan seperti ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) pada fraktur tertutup setelah melakukan debridemen yang baik.

    2. Sedangkan pada derajat III masih dibagi menjadi sub tipe yaitu:

      1. III A, setelah dilakukan debridemen, kulit dapat ditutup secara adekuat
      2. III B, bila terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas (intensif) atau kehilangan jaringan lunak disertai kontaminasi berat dan “strippingperiod hingga tulang terpapar perlu penutupan kulit dengan skin graft atau “biodressing
      3. III C, patah tulang terbuka disertai cedera arteri harus diperbaiki tanpa melihat luasnya kerusakan jaringan lunak. Pada sub tipe ini hampir selalu diperlukan tindakan amputasi akibat kegagalan sirkulasi arteri, terutama bila kerusakan tidak diperbaiki segera (4-6 jam setelah kejadian)
    • Pada compartment syndroma sesudah dilakukan fasciotomi, sesegera mungkin tanda-tanda diketahui (lakukan pemeriksaan yang cermat). Patah tulang terbuka derajat III potensial terjadi infeksi. Infeksi pada patah tulang terbuka dapat menyebabkan “useless limb” dan berakhir dengan amputasi.

  1. Dislokasi

    Dislokasi terjadi bila tekanan pada urat/tendon berlebihan sehingga tulang-tulang dalam persendian tergeser atau keluar dari tempat semula. Dislokasi sangat mudah dikenali karena perubahan anatominya sangat jelas. Dislokasi pada sendi–sendi besar dapat menyebabkan kerusakan neurovaskuler, bila tidak ditangani dengan benar dapat terjadi nekrotik dan berakhir dengan amputasi.

    • Tanda dan Gejala
      1. Korban sangat kesakitan
      2. Sendi tidak bisa bergerak
      3. Perubahan bentuk sendi
      4. Lemah pada sendi, pada awalnya hilang rasa sakit/baal
      5. Segera terjadi perubahan warna dan bengkak pada sendi
    • Penatalaksanaan

      Dislokasi sendi perlu dilakukan reposisi segera oleh karena itu bila ditemukan ditempat kejadian segera dibawa ke rumah sakit yang ada fasilitas penangan patah tulang. Akibat dari penundaan dapat menimbulkan neurovaskuler nekrosis dari bonggol tulang yang menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan sendi.

      Setelah terjadi dislokasi 5-20 menit saat ini disebut fase shock lokal terjadi relaksasi dari otot sekitar sendi dan terdapat rasa baal (hyperstesia) pada saat ini bila pasien sudah sampai di rumah sakit dapat dilakukan reposisi, lewat fase ini tindakan reposisi harus pakai pembiusan untuk mendapatkan relaksasi pada otot, agar dapat dilakukan reposisi dan sendi kembali ke tempat semula.

      Bila reposisi tidak dilakukan dapat terjadi “button hole rupture” dari kapsul (simpai) sendi yang dapat mencekik sirkulasi daerah bonggol sendi, keadaan ini bisa ditolong hanya dengan reposisi terbuka. Bila reposisi tertutup dilakukan dan berhasil perlu dilakukan X-ray untuk melihat apakah terjadi patah tulang dan dislokasi atau mungkin terdapat interposisi dari fragmen tulang.

      Selanjutnya daerah dislokasi perlu imobilisasi untuk penyembuhan jaringan lunak 2-3 minggu setelah cedera. Untuk mendapatkan gerak sendi yang baik selama imobilisasi diberikan latihan isometrik kontraksi otot guna mencegah atrofi otot.

  1. Terkilir (Sprain)

    Terjadi ketika persendian mendapat tekanan yang berlebihan, peregangan atau robekan urat yang masih menyambung, bila parah sering disertai patah tulang.

    Hal ini sering disebabkan pergerakan yang tiba – tiba dan tulang pada persendian tertarik terlalu jauh sehingga ligamen menjadi robek, rasa sakit akan bertambah jika mengalami pergerakan pada sendi, pembengkakan akan terjadi begitu cepat dan memar jaringan lunak terjadi ini menjadi tanda yang paling jelas untuk mengindikasikan adanya luka pada persendian.

  2. Peregangan Otot dan Tendon (Strain)

    Otot dan tendon akan mengalami peregangan, robek dan memar, peregangan (strain) terjadi pada saat otot mengalami tarikan dan sebagian mengalami robekan, biasanya terjadi pada daerah pertemuan antara tulang, tendon dan otot.

    Pada saat terjadi peregangan otot dan tendon mengalami robekan yang menyeluruh biasanya terjadi pada daerah tendon dan otot, cedera tersebut biasanya disertai perdarahan disekitar bagian yang mengalami kecelakaan, mengakibatkan rasa sakit yang hebat, pembengkakan dan memar.

Penatalaksanaan Sprain dan Strain

    • R (Rest), istirahatkan bagian yang cedera
    • I (Ice), berikan kompres dingin dengan es 15 – 20 menit
    • C (Compression), balut tekan
    • E (Elevate), meninggikan bagian yang cedera

Penatalaksanaan RICE

  1. Penanganan ini dapat mengurangi tanda dan gejala Sprain dan Strain namun bila ragu–ragu tangani seperti patah tulang, lakukan pemeriksaan X-ray.

  2. Pada saat melakukan balut tekan sebaiknya daerah yang cedera diberi bantalan yang lembut seperti kapas atau verband lalu dibalut dengan pembalut tekan dengan teknik yang baik dan merata, setelah selesai dibalut pastikan kelancaran aliran darah pada bagian distal daerah yang dibalut, selalu periksa bagian bawah daerah yang dibalut setiap 10 menit sekali. Bagian yang cedera ditopang dan ditinggikan untuk mengurangi bengkak dan melancarkan aliran darah pada daerah yang cedera.

  1. Memar Jaringan Lunak

    Disebabkan terjatuh, terpental, terdorong, tertendang atau terpukul pada anggota gerak, terjadi perdarahan di jaringan bagian dalam mengakibatkan memar pada jaringan dan kulit.

    • Tanda dan Gejala
      1. Rasa sakit
      2. Bengkak
      3. Tanda memar / kebiruan
      4. Lemah
    • Penatalaksanaan
      1. R (Rest), istirahatkan bagian luka
      2. I (Ice), berikan bungkus es batu dan letakan pada daerah yang memar selama 20 menit, diulang setiap 2 jam pada hari pertama, setiap 4 jam berikutnya bila memar masih sakit dan bengkak dapat diteruskan setiap 4 jam untuk hari ketiga
      3. C (Compression), lakukan balut tekan, pada daerah yang cedera beri bantalan balut dengan baik, cek aliran darah dibagian distal, bila terlalu ketat longgarkan, balut lagi dengan baik
      4. E (Elevate), meninggikan bagian yang luka
  1. Amputasi

    Amputasi merupakan cacat dan dapat mengancam nyawa bila tidak ditangani segera, pendarahan biasanya masif karena terpotongnya pembuluh nadi dan vena. Tapi pendarahan ini dapat dikontrol dengan melakukan balut dan bebat tekan pada ujung tempat amputasi.

    Bila pendarahan masih berlanjut, dapat dilakukan Tourniquet, harus memakai pita yang lebar jangan pakai tali yang kecil. Setiap saat bila terlihat tanda-tanda jaringan mulai kekurangan darah segera longgarkan touniquet beberapa saat kemudian pasang kembali.

    Cari bagian tubuh yang terpotong, bawa serta ke rumah sakit. Sebaiknya bagian yang terpotong masukkan ke dalam plastik kalau ada es letakkan kantong ke dalam kantong berisi es.

    Penting untuk membawa bagian yang terpotong walaupun bagian tersebut tidak dapat disambungkan lagi. Jangan gunakan es langsung pada bagian tubuh yang terpotong dan jangan pernah gunakan dry es.

    Pendinginan secara perlahan-lahan dapat memperlambat proses kimiawi yang terjadi dan memperlama waktu viability jaringan dari 4 jam menjadi lebih dari 18 jam. Jangan pernah menjanjikan pada korban bahwa bagian tubuh yang terpotong dapat disambungkan kembali.

  2. Objek yang Menancap di Tubuh (Impaled Objects)

    Akibat trauma tajam atau tindakan kriminal, benda tajam dapat tertancap pada tubuh korban, pada keadaan seperti ini jangan mencabut benda yang menancap tersebut dari tubuh korban.

    Benda tersebut harus difiksasi dan diimobilisasi dengan baik agar tidak bergerak, karena setiap gerakan dapat melukai organ yang ada dibawahnya dan dapat merusak organ tersebut. Benda yang tertancap tersebut baru bisa dilepas di atas meja operasi.

Pembidaian

Penanganan pada patah tulang dan dislokasi yang paling utama adalah melakukan imobilisasi untuk mengistirahatkan bagian yang cedera dengan menggunakan bidai/splint yang sesuai.

Pasien patah tulang yang mengalami cedera serius lain (multi trauma) selain dilakukan pemasangan bidai sebaiknya juga dilakukan imobilisasi tulang belakang dengan menggunakan Long Spinal Board (LSB).

Bila pasien patah tulang yang mengalami trauma serius yang harus segera dikirim ke rumah sakit kalau sudah pakai LSB tidak perlu dibidai terlebih dahulu, hal itu hanya akan membuang-buang waktu, cukup hanya dengan anggota badan yang sehat sebagai bidai.

  1. Macam-Macam Bidai
    • Bidai Keras

      Bidai ini umumnya terbuat dari kayu, almunium, karton, plastik yang keras atau bahan lain yang kuat dan ringan. Bidai tersebut merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat.

    • Bidai Lembut / Lunak

      Air splint, vacuum splint, selimut dan bantal. Bidai tersebut hanya bisa dipakai pada tungkai bagian bawah dan lengan bawah. Tapi air splint dan vacuum splint tidak dapat dipakai bila korban dibawa dengan pesawat atau helikopter karena tekanan pada splint akan meningkat. Ini akan menekan pembuluh darah dan syaraf.

    • Bidai Traksi

      Bidai ini dibuat pabrik dengan berbagai variasi tergantung dari pembuatannya yang hanya digunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Alat ini memobilisasi patah tulang dengan cara menarik daerah yang cedera secara terus menerus. Ini dapat menjaga agar otot paha tidak spasme dan aliran darah pada daerah yang cedera menjadi lancar. Bidai traksi juga mencegah ujung tulang yang patah merusak neurovaskular.

    • Bidai Improvisasi

      Bidai bentuk ini dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk menopang, pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang ada dan kemampuan improvisasi si penolong. Misalnya majalah, koran dan karton.

    • Gendongan dan bebat

      Pembidaian dengan menggunakan pembalut seperti mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Misalnya membuat gendongan lengan.

  2. Prinsip Pembidaian
    • Beritahu rencana tindakan kepada korban
    • Lepaskan pakaian dan perhiasan korban pada bagian tubuh yang mengalami cedera dan akan dibidai
    • Sebelum membidai, paparkan seluruh bagian yang cedera, hentikan perdarahan bila ada, dan rawat luka dengan tehnik pembalutan yang baik
    • Nilai Gerakan Sensasi Sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian
    • Siapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk membidai
    • Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera, upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan
    • Bidai harus melewati dua sendi dari tulang yang patah, sebelum dipasang ukur dulu bidai pada anggota badan yang sehat
    • Pada patah tulang terbuka jangan coba untuk memasukkan ujung tulang yang patah ke dalam, pasang padding atau bantalan pada tulang yang menonjol kemudian fiksasi dengan balut tekan. Tutup luka dan gause steril, hentikan perdarahan bila ada
    • Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut, usahakan juga membidai sendi distalnya
    • Lapisi bidai dengan bahan yang lunak bila memungkinkan
    • Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai memakai bahan pelapis yang lembut
    • Ikatan jangan terlalu kuat dan jangan longgar
    • Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari sendi yang banyak bergerak kemudian sendi atas dari tulang yang patah
    • Selesai membidai lakukan pemeriksaan GSS kembali dan bandingkan dengan pemeriksaan yang pertama
    • Bila ada cedera yang mengancam nyawa, lakukan resusitasi terlebih dahulu baru dibidai

Pembidaian

Penatalaksanaan pada Cedera Alat Gerak

  1. Lakukan penilaian dini dengan cepat, tepat dan kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa
  2. Lakukan pemeriksaan fisik
  3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan bawah cedera, jangan sampai menambah rasa sakit korban
  4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera
  5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada
  6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai
  7. Lakukan pembidaian
  8. Kurangi rasa sakit
    • Istirahatkan bagian yang cedera
    • Kompres es bagian yang cedera (khusus pada patah tulang tertutup)
    • Baringkan penderita pada posisi nyaman bila tidak ada trauma kepala, leher dan tulang belakang

Penatalaksanaan pada Cedera Alat Gerak Spesifik

  1. Patah tulang selangka
    Fraktur Klavikula

    Patah tulang selangka (klavikula) adalah putusnya tulang yang menghubungkan sternum (dada) ke bahu. klavikula bisa patah di tiga tempat berbeda, yang pertama di tengah ketiga bagian tengah klavikula, yang merupakan situs yang paling umum untuk patah tulang selangka, yang kedua distal ketiga akhir klavikula menghubungkan ke bahu, yang ketiga medial ketiga akhir klavikula menghubungkan ke tulang dada.

    • Penyebab
      1. Pukulan langsung ke klavikula
      2. Jatuh dengan posisi lengan terulur
      3. Bayi yang baru lahir bisa patah klavikula ketika dalam proses kelahiran
    • Tanda dan Gejala
      1. Nyeri, sering parah
      2. Melorotnya bahu ke bawah, dan ke depan
      3. Ketidakmampuan untuk mengangkat lengan karena sakit
      4. Terlihat benjolan abnormal di atas daerah tulang yang patah
      5. Terasa lunak dan pembengkakan pada daerah yang terkena
    • Penatalaksanaan
      1. Pertahankan posisi tulang yang patah pada tempatnya dengan melakukan fiksasi menggunakan strap figure of eight dengan melilitkannya antara tubuh dengan bahu, atau dengan lengan diselempang. Perangkat ini membantu memposisikan bahu di tempatnya sementara pada proses penyembuhan klavikula
      2. Menkonsumsi obat penawar sakit
    • Waktu penyembuhan
      1. Seorang anak dapat sembuh paling cepat 3-4 minggu
      2. Seorang remaja mungkin memerlukan 6-8 minggu untuk sembuh
      3. Seorang dewasa yang sudah berhenti tumbuh mungkin memerlukan 8-10 minggu untuk sembuh
  1. Patah tulang pergelangan kaki (ankle fracture)

    Ankle fracture

    Sebuah fraktur pergelangan kaki adalah patahnya tulang pada pertemuan beberapa tulang bersama yang terdiri dari tiga tulang yaitu Tibia (tulang kering) tulang utama dari kaki bagian bawah, Fibula (tulang betis), dan Talus (tulang yang menyatukan antara tibia dan fibula). Pertemuan tulang kaki bawah didukung oleh tiga kelompok ligamen. Cedera yang menyebabkan patah tulang juga dapat merusak satu atau lebih dari ligamen.

    • Penyebab

      Patah kaki dapat terjadi ketika sendi dipaksa diluar dari jangkauan normal gerak atau ada pukulan langsung ke tulang itu sendiri. Segala bentuk trauma pergelangan kaki dapat menyebabkan cedera, termasuk: jatuh, tertimpa, terbentur, dan tabrakan.

    • Tanda dan Gejala
      1. Langsung terasa nyeri pada saat terjadi
      2. Pembengkakan
      3. Memar di sekitar area luka
      4. Terasa lunak ketika menyentuh tulang yang terluka di daerah pergelangan kaki
      5. Ketidakmampuan untuk menempatkan berat di kaki terluka tanpa rasa sakit, walaupun tak sedikit beberapa orang yang mengalami ini akan tetap dapat berjalan
    • Penatalaksanaan

      Mempertahankan posisi pergelangan kaki agar tidak bergeser posisi dengan cara fiksasi mempergunakan bidai.

    • Waktu Penyembuhan

      Dibutuhkan setidaknya 6-8 minggu untuk patah tulang pergelangan kaki sampai sembuh. Ini akan menjadi beberapa bulan sebelum dapat kembali ke aktivitas fisik intens.

  1. Retak Tulang Ekor Retak Tulang Ekor

    Tulang ekor adalah bagian terendah dari tulang punggung atau tulang belakang. Ukurannya kecil, berbentuk segitiga, dan terdiri dari empat ruas fusi, atau tulang tulang belakang. Biasanya, ia memiliki sedikit gerakan dan kurva lembut dari ujung tulang belakang ke dalam panggul.

    • Penyebab
      1. Jatuh dalam posisi duduk
      2. Bayi yang baru lahir bisa retak tulang ekor ketika dalam proses kelahiran
    • Tanda dan Gejala
      1. Nyeri yang meningkat dengan duduk atau bangun dari kursi
      2. Nyeri yang bertambah selama buang air besar
      3. Terasa lunak pada daerah yang patah
    • Penatalaksanaan
      1. Bawa segera pasien ke rumah sakit dengan posisi tidur telungkup di atas tandu, ini dilakukan untuk mengurangi tekanan pada tulang ekor yang patah
      2. Perhatikan kesadaran si pasien, karena biasanya dengan kondisi merasakan nyeri yang sangat hebat, kesadaran akan menurun
  1. Patah Tulang SikuPatah Tulang Siku

    Sebuah fraktur siku adalah patahnya satu atau lebih tulang yang membentuk sendi siku.

    • Tulang-tulang di sendi siku:
      1. Humerus-tulang lengan atas
      2. Ulna yang lebih besar dari (lengan bawah) tulang lengan
      3. Radius-tulang kecil di lengan bawah
    • Penyebab
      1. Jatuh saat lengan terulur
      2. Posisi jatuh langsung pada siku
      3. Mengalami pukulan langsung ke siku
      4. Memutar siku di luar rentang gerak normal
    • Tanda dan Gejala
      1. Nyeri, sering parah
      2. Terasa lunak, bengkak, dan memar di sekitar siku
      3. Mati rasa pada jari, tangan, atau lengan bawah
      4. Penurunan rentang gerak
      5. Sebuah kelainan benjolan atau terlihat di atas daerah yang patah tulang
    • Penatalaksanaan

      Pasang bidai yang meliputi mulai dari ujung jari sampai dengan bahu.

    • Waktu Penyembuhan

      Ini membutuhkan waktu sekitar 8-10 minggu untuk siku retak untuk sembuh.

  1. Patah tulang paha (Femur)Patah tulang paha (Femur)

    Tulang paha meliputi dari pinggul ke lutut dan tulang terpanjang dan terkuat dalam tubuh. Biasanya membutuhkan banyak kekuatan untuk memecahkan femur.

    • Penyebab
      1. Jatuh
      2. Terbentur
      3. Terpuntir
    • Tanda dan Gejala
      1. Langsung terasa nyeri pada saat terjadi dan rasa sakit yang sangat
      2. Pembengkakan dan memar di sekitar area luka (pada patah tulang tertutup)
      3. Ketidakmampuan untuk berjalan dan/atau jangkauan terbatas pada gerakan lutut atau panggul
      4. Perubahan bentuk kaki, seperti memperpendek atau memutar abnormal pada kaki yang terluka
    • Penatalaksanaan
      1. Pasang bidai yang meliputi mulai dari ujung jari kaki sampai dengan ujung pangkal paha, bisa mempergunakan 3 buah bidai kayu, atau mempergunakan air splint
      2. Jika mendapati patah tulang terbuka, hentikan segera perdarahan yang terjadi, karena perdarahan ini akan mengakibatkan mengancam jiwa pasien
    • Waktu Penyembuhan

      Sebuah femur retak adalah cedera serius yang membutuhkan waktu 3-6 bulan untuk menyembuhkan.

  1. Patah Tulang Jari
    Patah Tulang Jari

    Patah tulang yang terjadi di salah satu tulang jari. Setiap jari terdiri dari tiga tulang yang disebut falang. Ibu jari hanya memiliki dua falang.

    • Penyebab
      1. Jatuh
      2. Terbentur
      3. Terpuntir
    • Tanda dan Gejala
      1. Nyeri, sering parah
      2. Pembengkakan dan nyeri
      3. Ketidakmampuan untuk memindahkan jari baik tanpa rasa sakit atau kesulitan jari bergerak
      4. Kemungkinan cacat di area tulang yang patah
    • Penatalaksanaan

      Jari yang patah dimasukkan ke dalam splint atau cast untuk menahan jari untuk bergerak dan untuk melindunginya agar tulang tidak bergeser posisi.

  1. Patah Tulang Kaki Patah Tulang Kaki

    Patah tulang yang terjadi di salah satu tulang di kaki. Kaki terdiri dari 26 tulang kecil, Tarsus adalah nama untuk tujuh tulang yang membentuk hindfoot dan midfoot. Kaki depan terdiri dari lima metatarsal dan 14 falang. Ada dua falang di jempol kaki dan tiga di masing-masing jari kaki yang tersisa. Sebuah patah kaki dapat terjadi dalam setiap tulang kaki, namun patah tulang metatarsal adalah yang paling umum.

    • Penyebab
      1. Jatuh
      2. Pukulan atau benda jatuh pada kaki
      3. Tabrakan
      4. Terpuntir
      5. Ketika tulang dipergunakan untuk menekankan berulang-ulang selama waktu yang lama, retak kecil bisa terbentuk. Ini disebut fraktur stres, dan tulang tertentu (metatarsal dan talus) di kaki berada pada risiko tinggi untuk jenis fraktur.
    • Tanda dan Gejala
      1. Nyeri, sering parah
      2. Memar dan pembengkakan di daerah luka
      3. Mati rasa pada jari-jari kaki atau kaki
      4. Penurunan rentang gerak
      5. Ketidakmampuan untuk berjalan dengan nyaman
      6. Sebuah kelainan benjolan atau terlihat di atas area tulang yang patah
    • Penatalaksanaan

      Dalam patah tulang kaki yang kurang parah, tulang bisa re-aligned tanpa operasi. Pasien hanya mungkin perlu tongkat dan sepatu kaku-bersol untuk melindungi fraktur. Mungkin splint jari kaki bisa dipergunakan untuk melindungi kaki terluka. Sebuah rekahan yang lebih serius mungkin memerlukan bidai atau gips untuk memegang tulang di tempat.

    • Waktu penyembuhan

      Tulang metatarsal dan falang bisa sembuh dalam 3-6 minggu, namun tulang tarsal akan mengambil 6- 10 minggu untuk menyembuhkan.

  1. Fraktur Lengan

    Fraktur Lengan

    Lengan bawah terdiri dari dua tulang, yaitu Radius yang lebih kecil dari dua tulang, berjalan sepanjang sisi ibu jari tangan dan Ulna yang lebih besar dari dua tulang, berjalan sepanjang sisi jari kelingking tangan.

    • Penyebab
      1. Jatuh pada saat lengan terulur
      2. Tertimpa benda langsung pada lengan bawah
      3. pukulan langsung ke lengan bawah
      4. Memutar lengan diluar dari jangkauan normal
    • Tanda dan Gejala
      1. Nyeri, sering parah
      2. Terasa lunak, bengkak, dan memar di sekitar luka
      3. Penurunan rentang gerak
      4. Sebuah kelainan benjolan atau terlihat di atas area tulang yang patah
    • Penatalaksanaan
      1. Tempatkan potongan-potongan tulang kembali ke tempatnya, yang mungkin memerlukan anestesi dan/atau pembedahan
      2. Lakukan pembidaian dengan bidai yang meliputi dari ujung jari tangan sampai Bisa dipergunakan bidai kayu atau dengan air splint
    • Waktu penyembuhan

      Ini membutuhkan waktu sekitar 8-10 minggu untuk lengan retak untuk menyembuhkan. Jika fraktur memiliki luka terbuka di atasnya, waktu penyembuhan akan lebih panjang.

  1. Patah Tulang Pinggul
    Patah Tulang Pinggul

    Patah tulang pinggul adalah patahnya tulang paha tepat di bawah sendi pinggul. Sendi pinggul terdiri dari bola di bagian atas tulang paha (femur) dan soket bulat (acetabulum) di panggul. Kebanyakan patah tulang pinggul terjadi pada leher tulang paha 1-2 inci di bawah bagian bola pinggul.

    • Penyebab
      1. Jatuh (penyebab paling sering patah tulang pinggul)
      2. Osteoporosis, kondisi penipisan tulang yang melemahkan semua tulang, termasuk tulang pinggul
      3. Kecelakaan kendaraan bermotor dan jenis-jenis trauma utama
    • Tanda dan Gejala
      1. Nyeri di pinggul
      2. Kesulitan atau ketidakmampuan untuk berdiri, berjalan, atau memindahkan pinggul
      3. Abnormal penampilan kaki patah:
        • Tampak lebih pendek
        • Terputar ke luar

    • Penatalaksanaan
      1. Satukan semua kaki untuk imobilisasi
      2. Memeriksa tanda-tanda vital seperti tekanan darah
      3. Memperlakukan masalah seperti kehilangan darah internal
      4. Nyeri kontrol dengan pembunuh rasa sakit dan obat lain

Luka Bakar

Anatomi Kulit

Di negara kita, luka bakar sangat tinggi tingkat kejadiannya, dengan perumahan yang berdempet- dempet di perkotaan dan tingkat kesadaran penduduk yang masih rendah terhadap keselamatan, meningkatkan kejadian kebakaran.

Pada kejadian sehari-hari di rumah tangga, luka bakar merupakan kasus gawat tidak darurat, tetapi yang bersifat bencana banyak menelan korban, kasus luka bakar umumnya bersifat gawat darurat, morbiditas, mortalitas dan kecacatan/disability tinggi.

Pada saat bencana, penolong juga mengalami keadaan yang sangat bahaya untuk keselamatannya, maka itu perlu koordinasi yang terpadu dengan instansi lain seperti pemadam kebakaran dan tim SAR. Sebaiknya penolong yang berbasis kesehatan, yang tidak mempunyai proteksi khusus tidak masuk ke area bencana, biarkan tim pemadam kebakaran dan tim SAR yang memindahkan pasien ke tempat aman.

Luka bakar merupakan cedera yang dapat merusak seluruh permukaan tubuh mulai dari kulit, otot, dan tulang. Luka bakar juga dapat mengenai mata terjadi kebutaan, saluran pernafasan hingga menyebabkan sumbatan jalan nafas, dan henti nafas. Selain kerusakan fisik penderita juga akan mengalami gangguan emosi dan psikologis pada penderita yang mungkin akan dialami seumur hidup.

  1. Definisi

    Luka bakar ialah semua cedera yang terjadi akibat paparan terhadap suhu yang tinggi.

  2. Anatomi dan Fisiologi

    Kulit adalah organ yang paling luar menutupi seluruh tubuh. Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu:

    • Lapisan epidermis, yaitu lapisan paling atas/kulit ari, yang dapat kita lihat
    • Lapisan dermis, disini terdapat jaringan syaraf, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar minyak, akar rambut, dan jaringan lemak
  1. Kulit mempunyai banyak fungsi, yaitu:

    • Melindungi tubuh dari segala kegiatan dan keadaan di luar tubuh
    • Mencegah masuknya bakteri dan mikroorganisme lainnya ke dalam tubuh
    • Mencegah penguapan yang berlebihan dari tubuh sehingga tidak terjadi dehidrasi, mengatur suhu tubuh, dan merupakan vital sensor untuk lingkungan
  1. Bila jaringan kulit rusak, mengingat pentingnya fungsi kulit dapat menyebabkan tubuh terancam masalah serius.

  2. Patofisiologi

    Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi yang mengakibatkan kerusakkan kulit, pembuluh darah tepi, maupun pembuluh darah besar. Akibat kerusakan pembuluh darah mengakibatkan cairan plasma, sel darah, protein albumin mengalami gangguan fisiologi, terjadilah kehilangan cairan yang masif.

    Terganggunya konsentrasi cairan dan suhu tinggi yang merusak pembuluh darah itu sendiri akan menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Beberapa jam setelah terjadi luka bakar reaksi tersebut diatas bisa mengakibatkan radang sistematik, ataupun kerusakan jaringan lainnya.

  3. Kondisi Pra-Rumah Sakit

    Hal yang harus diperhatikan pada kejadian luka bakar adalah apakah luka bakar terjadi di ruangan tertutup atau terbuka, lokasi kejadian sangat berpengaruh untuk mengetahui cara pengelolaan luka bakar.

    Penyebab luka bakar harus segera teridentifikasi karena masing-masing penyebab akan menyebabkan kerusakan yang berbeda-beda pada tubuh. Bila luka bakar dalam kategori berat dan terkena organ pernafasan ini, harus segera dikirim ke rumah sakit, selama dalam perjalanan dilakukan intubasi untuk menjaga patency jalan nafas dan mulai dilakukan resusitasi cairan karena sudah pasti pasien akan kehilangan cairan yang banyak.

    Segera setelah pasien dievakuasi ke tempat aman yaitu dipilih sesuai hazard yang ada di lokasi kebakaran dan bertolak belakang dengan arah angin, daerah yang sejuk sesuai suhu kamar, dilakukan pemeriksaan cepat, airway, breathing dan sirkulasi penolong lain segera membuka baju korban ganti dengan selimut yang tidak berbulu.

    Setelah diketahui daerah yang terkena luka bakar, dilakukan pendinginan dengan menggunakan cairan steril seperti NaCl 0,9 % atau cairan kemasan seperti aqua, atau air kran yang bersih sesuai suhu kamar lakukan pendinginan terus menerus ± 15-20 menit, sementara team lain melakukan secondary survey dan periksa tanda-tanda vital.

    Bila luka bakar ringan, dapat dilakukan stabilisasi di tempat aman tapi kalau luka bakar sedang dan berat, atau mengenai wajah, seluruh tangan, kaki, kemaluan dan saluran pernafasan harus segera dikirim ke rumah sakit yang menangani luka bakar, secondary survey, pendinginan, monitoring dilakukan sepanjang jalan ke rumah sakit (load and go situation).

  4. Penyebab Luka Bakar
    • Thermal (suhu ˃ 60o C), contohnya api, uap panas, air panas, benda panas
    • Kimia, contohnya asam kuat, basa kuat, soda api
    • Listrik, contohnya listrik rumah tangga, petir, dan kilat
    • Radiasi, contohnya bahan radio aktif, nuklir, sinar matahari ( ultraviolet ), dan sinar lampu
  1. Penyebab luka bakar harus diperiksa dengan tepat cermat jangan membuat asumsi, walau luka bakar jelas terlihat namun pemeriksaan lengkap harus dilakukan untuk mencari cedera serius lainnya yang menyertai luka bakar.

  2. Penggolongan/Derajat Luka BakarDerajat Luka Bakar

    Untuk memudahkan tindakan pertolongan, pengobatan, maka dilakukan pembagian berdasarkan lapisan kulit yang mengalami luka bakar, yaitu:

    • Luka bakar derajat 1 (permukaan)

      Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (kulit ari atau epidermis) ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak daerah yang terkena misal paling sering luka bakar akibat sinar matahari.

      Luka bakar derajat satu akan sembuh dalam waktu singkat paling lambat 1 minggu bila dirawat dengan baik, tidak memerlukan antibiotik, hanya memerlukan analgesik yang tidak menurunkan suhu tubuh seperti mefenamic acid, tramadol, morphin, karena pasien sangat kesakitan, obat penenang jangan diberikan, justru akan meningkatkan ambang rasa sakit.

    • Luka bakar derajat 2
      1. Derajat 2 superfisial (kulit luar)

        Kulit berwarna kemerah-merahan dan timbul bulae (gelembung), terjadi kerusakan epidermis yang lebih dalam, ditandai adanya bulae, rasa nyeri akan sembuh dalam dua minggu segera setelah terjadi kebakaran, dilakukan pendinginan dengan mengompres kulit yang terkena luka bakar dengan kain kassa yang dibasahi dengan cairan NaCl 0,9%, ini dilakukan terus menerus sampai rasa panas dan sakit berkurang dapat diberikan antibiotik dan analgesik oral.

      2. Derajat 2 dalam

        Selain ditemukan kulit yang kemerah-merahan, ditemukan jaringan kulit yang terkelupas, kerusakan dermis dan epidermis. Derajat 2 dalam juga segera dilakukan pengompresan dengan NaCl setelah panas dan nyeri berkurang dapat diberikan obat-obatan topikal, setelah dikeringkan, buang kulit-kulit yang mati lakukan penggantian verban tiap 12 jam berikan antibiotik dan analgesik.

    • Derajat 3

      Pada derajat tiga ditandai dengan seluruh epidermis dan dermis mengalami luka bakar bahkan bisa merusak jaringan lemak ataupun otot walaupun jaringan tersebut tidak mengalami nekrosis, lakukan pendinginan dengan air yang banyak sebaiknya steril atau air kemasan, bersihkan semua jaringan-jaringan yang rusak.

      Pada luka bakar ini kulit tampak kering, pucat atau putih, bagian luar gosong dan hitam, mati rasa karena syaraf sudah rusak yang nyeri hanya pinggiran. Luka derajat 3 jangan diberikan obat-obatan topikal karena sebaiknya di rumah sakit segera dilakukan perawatan skin grafting untuk menghindari kecacatan permanen, pemberian antibiotik dan analgesik diberikan secara oral/parental.

    • Derajat 4

      Jaringan yang rusak lebih dalam lagi yang menimbulkan jaringan nekrotik seperti arang dapat mengenai tulang dan lapisan lainnya yang tidak terbatas. Pada luka bakar ini segera dilakukan pendinginan, pembersihan jaringan yang mati dan mempersiapkan jaringan untuk melakukan bedah plastik.

  3. Luas Luka BakarRule of Nine

    Untuk menentukan luas bagian tubuh yang terkena luka bakar dipergunakan rumus “Rule of Nines” atau hukum sembilan yaitu membagi daerah tubuh yang terbakar dengan presentase 9.

    Misal bila terkena seluruh kepala adalah 9% dari tubuh mengenai seluruh dengan depan belakang, 9% dari tubuh, bila terkena dada dan perut 18% dari tubuh, bila punggung dan panggul, 18% dari tubuh pada alat kelamin dihitung 1%, kaki depan 9% dan kaki belakang 9%.

    Cara lain menghitung luka bakar adalah dengan menggunakan luas telapak tangan penderita sebagai referensi, satu telapak tangan luasnya 1% luas tubuh.

  1. Beratnya Luka Bakar (Severity)
    • Luka bakar ringan
      1. Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan, dan saluran nafas
      2. Luka bakar derajat 3 kurang dari 2% luas tubuh
      3. Luka bakar derajat 2 kurang dari 15% luas tubuh dewasa dan kurang 10% luas tubuh bayi dan anak
      4. Luka bakar derajat satu kurang dari 50% luas tubuh
    • Luka bakar sedang
      1. Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan dan saluran nafas
      2. Luka bakar derajat 3, 2-10% dari luas tubuh
      3. Luka bakar derajat 2, 15-30% luas tubuh dewasa dan 10-20% luas tubuh anak dan bayi
      4. Luka bakar derajat 1 lebih dari 50% luas tubuh
    • Luka bakar berat
      1. Luka bakar pada wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan, dan saluran nafas
      2. Luka bakar derajat 3 lebih dari 10% luas tubuh
      3. Luka bakar derajat 2 lebih dari 30% luas tubuh, luka bakar disertai nyeri, bengkak, dan perubahan bentuk alat gerak
      4. Luka bakar meliputi satu bagian tubuh seperti lengan, tungkai atau dada
      5. Semua luka bakar derajat 3 atau 2 lebih besar 20% pada bayi dan anak
  • Pada orang dewasa, luka bakar derajat dua seluas 20% dapat mengakibatkan syok. Pada anak, derajat 2 dengan 10% luas tubuh menyebabkan syok. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan derajat beratnya luka bakar adalah:

    • Penyebab luka bakar
      1. Listrik, luka tampak kecil tapi dapat menyebabkan kerusakan dalam tubuh cukup luas bahkan dapat mengganggu kerja jantung
      2. Bahan kimia, masing-masing bahan memiliki ciri-ciri tersendiri misalnya basa kuat hanya akan terasa gatal bila tak segera dibersihkan dari kulit, derajat luka bakar akan bertambah kadang-kadang tanpa sadar menjadi derajat 3, bahan kimia akan merembet secara difusi ke dalam jaringan kulit
    • Daerah yang terkena

      Wajah, tangan, kaki, kemaluan, bokong, paha bagian dalam dan sendi. Daerah-daerah tersebut dapat menjadi penyulit dalam proses penyembuhan di kemudian hari.

    • Usia

      Usia kurang dari 5 tahun dan diatas 55 tahun dianggap lebih berat dari perhitungan luas luka bakar karena adanya penyakit penyerta.

  1. Akibat Luka Bakar

    Pada luka bakar selain merusak jaringan kulit dan jaringan setempat juga menyebabkan kehilangan cairan elektrolit dan timbul edema. Terjadi edema sebenarnya berguna bagi tubuh karena sifatnya membasahi luka dengan protein, enzim tripsin, leukosit dan lain-lain.

    Syok pada luka bakar akibat keluarnya cairan elektrolit yang banyak, terjadi kekentalan darah, luka bakar karena panas, terjadi gangguan permeabilitas dinding kapiler sehingga cairan plasma akan keluar berkumpul di sekitar pembuluh darah seperti pada bulae (gelembung).

    Pada luka bakar derajat 2 menimbulkan edema, sedangkan pada derajat 3 jaringan yang elastis sudah rusak, cairan yang keluar plasma mengandung protein, sehingga terjadi penurunan plasma darah. Akibatnya tekanan osmotik pembuluh darah meningkat, bila tidak segera diganti tubuh akan kehilangan cairan, volume darah berkurang, terjadi syok, anoksia dan kematian. Pada tahap lanjut kematian juga akibat infeksi yang bersifat sistemik (sepsis).

  2. Penatalaksanaan Luka Bakar
    • Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong, bila tidak aman (ada hazard) pindahkan ke tempat aman oleh orang yang berwenang (yang bisa masuk daerah bencana dengan proteksi yang lengkap dan benar)
    • Hentikan segera proses luka bakarnya bila ringan dan jika sedang gunakan kompres kain kasa dengan cairan NaCl atau air kemasan
    • Bila luka bakar luas, alirkan air dingin yang bersih (bukan air es) pada bagian yang terkena luka bakar, kalau sebabnya bahan kimia alirkan terus menerus sembari disikat dengan sikat lembut bahan kimianya ± 20 menit
    • Sementara melakukan pendinginan, seorang penolong melakukan pemeriksaan ABC dan tingkat kesadaran pasien dan lakukan pemeriksaan cepat (penilaian dini) bila ada masalah yang mengancam nyawa
    • Lepaskan pakaian dan perhiasan, jika pakaian melekat ketat gunting sekelilingnya jangan memaksa untuk melepas bagian yang melekat tersebut
    • Bila ditemukan pasien masih ada bagian yang terbakar di badan pasien atau pada pakaian pasien, bila masih sadar suruh berguling dan tutup badan pasien dengan selimut atau handuk
    • Buang kotoran-kotoran dan semua sisa-sisa pembakaran yang melekat di badan pasien, jangan digaruk-garuk atau disikat keras-keras. Lakukan pelan-pelan dengan dua jari tengah siram perlahan-lahan
    • Tentukan derajat luka bakarnya, ringan, sedang, ataupun berat
    • Hitung luas permukaan tubuh yang terkena (Rule of Nines) catat lokasi tubuh yang terkena dan cari kemungkinan cedera lain
    • Dapatkan data secondary survey bila memungkinkan
    • Keringkan tubuh pasien segera, naikkan ke tandu, alas tandu dan tutup badan pasien dengan alas atau selimut yang tidak berbulu, jika cukup persediaan kain kassa tutup bagian yang terbakar dengan kain kassa yang lebar sebaiknya jangan diplester
    • Bila yang terkena jari-jari maka masing-masing jari dibalut kain kassa terpisah
    • Segera naikkan ke ambulans, beri oksigen sesuai protokol, pasang infus, bila luka bakar sedang atau berat kalau perlu 2 line dengan jarum besar, bila ada tanda-tanda syok guyur
    • Bila ada tanda-tanda pasien terhisap uap/udara panas segera lakukan intubasi endotrakheal
    • Jaga suhu penderita bila pasien kesakitan dapat diberikan analgesik seperti morphin, pethidin, codein atau tramadol
    • Rujuk segera pasien ke rumah sakit yang dapat menangani luka bakar
    • Waktu dalam perjalanan hubungi rumah sakit yang dituju, laporkan identitas pasien, keadaan umum, luas luka dan derajat beratnya luka bakar dan tindakan yang sudah dilakukan
  1. Penanganan Beberapa Luka Bakar Khusus
    • Luka Bakar Kimia

      Menentukan derajat luka bakar kimia sangat sulit secara umum, sebaiknya anggap semua luka bakar kimia dalam derajat berat.

      1. Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong
      2. Setelah di tempat aman, aliri luka bakar dengan air sebanyak-banyaknya
      3. Jangan menyiram bahan kimia yang bereaksi dengan air semakin kuat, misal soda api, bila bubuk padat sikat dulu dengan sikat halus bahan kimia yang mengenai tubuh, buang pakaian yang terkontaminasi setelah bersih baru aliri pasien dengan air ±20 menit terus menerus
      4. Bila mengenai mata. segera aliri mata dengan air steril atau air kemasan terus menerus, setelah bersih baru buka kontak lens aliri lagi kalau perlu lakukan sepanjang jalan ke rumah sakit. Usahakan saat mengalirkan air jangan sampai aliran air mengenai daerah yang sehat (meminimalkan kontaminasi daerah yang sehat), untuk penolong pasang APD yang lengkap agar tidak ikut terkontaminasi bahan kimia sebaiknya aliri pasien dengan air dari dari jarak yang agak jauh
      5. Amankan bekas pakaian pasien yang terkontaminasi, masukkan dalam plastik biohazard, musnahkan agar tidak mengkontaminasi orang lain
      6. Pasang penutup luka steril pada bagian yang luka setelah dikeringkan
      7. Atasi kelainan-kelainan yang ada
      8. Kirim segera ke rumah sakit yang punya fasilitas pengobatan luka bakar
    • Luka Bakar Listrik

      Pada luka bakar karena listrik, bahaya yang dihadapi adalah kemungkinan terjadinya henti nafas dan henti jantung, kerusakan syaraf dan organ dalam tubuh.

      1. Jejak luka bakar mungkin kecil dari luar, tetapi kerusakan dalam tubuh dapat luas mengingat konduksi listrik cukup kuat dapat merusak jaringan tulang
      2. Penolong harus siap melakukan RJP pada penderita yang tersengat listrik dan harus dilakukan monitoring dengan ketat karena henti nafas dan henti jantung dapat berulang-ulang
    • Tanda dan Gejala Syok Karena Listrik
      1. Perubahan status mental pasien dan penurunan respon
      2. Tampak area masuknya listrik seperti hanya terbakar sedikit, misal dibagian tangan, bila diperiksa dengan teliti terlihat area terbakar lagi di sendi ekstremitas bawah sebagai tempat keluarnya listrik
      3. Pernafasan dangkal, tidak teratur atau tidak ada
      4. Denyut nadi lemah, tidak teratur atau tidak ada
      5. Patah tulang majemuk karena kontraksi otot
    • Penanganan Luka Bakar Listrik
      1. Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong
      2. Bila pasien masih melekat pada sumber listrik jangan mendekati area tempat kejadian, matikan sumber listrik, perhatikan jalan dan tempat penderita apakah masih ada bahaya lain yang mengancam, biarkan orang yang ahli yang mengerti listrik yang melepas pasien dari sengatan listrik
      3. Biasanya pasien akan didorong dengan kayu atau tongkat karet atau didorong oleh penolong yang menggunakan sepatu safety karet
      4. Lakukan penilaian dini
      5. Periksa dan cari luka bakar di daerah listrik masuk dan tempat listrik keluar
      6. Tutup luka dengan penutup luka steril kering kering
      7. Atasi syok bila ada
      8. Bila henti nafas dan henti jantung, lakukan RJP segera
      9. Lakukan monitoring tanda-tanda vital dengan ketat, biasanya henti nafas dan henti jantung dapat terjadi berulang-ulang.
    • Luka Bakar Inhalasi

      Luka bakar yang terjadi karena menghirup udara panas, asap, atau bahan gas racun yang masuk ke saluran nafas. Gejala dan tanda-tanda awal mungkin ringan tapi dalam waktu singkat dapat terjadi gagal nafas/sumbatan jalan nafas.

      1. Keracunan Carbon Monoxide

        Penderita yang menghirup carbon monoxide sukar untuk dideteksi karena gas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa biasa seperti terhisap asap kenalpot mobil. Asap bahan kimia yang terbakar di ruangan tertutup carbon monoxide akan berikatan dengan hemoglobin 257 x lebih besar dari pada oksigen akibatnya segera pasien akan hipoksia.

        Tanda-tanda akan terlihat tergantung berapa besar level carboxy hemoglobin.

        • 20% → sakit kepala, nafas mulai sesak dan pendek
        • 30% → sakit kepala, mulai terganggu susunan syaraf pusat, menyebabkan pasien gampang tersinggung dan marah, pusing dan penglihatan mulai kabur
        • 40-50% → susunan syaraf pusat sudah terganggu hebat, pasien menunjukkan gejala bingung, tidak sadar dan pingsan
        • 60-70% → pasien mulai kejang, tidak sadar/coma, mulai henti nafas yang agak lama kemudian bernafas lagi
        • 80% → fatal, henti nafas/henti jantung
      1. Pada pemeriksaan saturasi oksigen terlihat dengan hasil masih dalam batas normal tapi pasien telah mengalami hipoksia pada carbon monoxide. Bila ditemukan pasien yang terpapar dengan monoxide carbon segera pindahkan ke tempat aman yang berudara segar dan teduh.

      2. Segera cek airway dan breathing, pasang segera oksigen dengan NRM (high flow) bila ada tanda-tanda gagal nafas dan pasien mulai kehilangan kesadaran, segera lakukan intubasi ditempat, karena pasien harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki hyperbaric chamber, karena pasien tidak dapat ditolong kalau hanya dengan oksigen 100%.

      3. Pasien terhisap asap beracun yang berasal dari toksik kimia, toksik kimia menyebabkan kerusakan sel paru. Asap dapat berisi ratusan bahan kimia yang toksik. Asap dari plastik sintetik produk lebih berbahaya dari bahan kimia lainnya.

      4. Kerusakan sel-sel paru pada bronki dan alveoli mungkin akan terjadi beberapa jam, kemudian selama proses terjadi dapat terjadi bronkospasme atau coronary spasme tergantung individu yang terkena. Jadi selama perjalanan pasien memerlukan nebulizer dan oksigen high flow.

      1. Menghirup Udara Panas

        Menghirup udara panas akan mengenai saluran nafas bagian atas, daerah faring dan laring akan terkena udara panas, mukosa saluran nafas dengan segera, akan menyebabkan oedema pada faring, hypopharing dan laring akan terjadi sumbatan jalan nafas, jadi bila ditemukan pasien dengan tanda- tanda sebagai berikut:

        • Luka bakar pada wajah
        • Bulu mata dan bulu hidung hangus terbakar
        • Luka bakar dimulut, butiran arang carbon dalam air ludah dan dahak
        • Bau asap jelaga pada pernafasan
        • Kesukaran bernafas, batuk-batuk
        • Pernafasan berbunyi
        • Suara parau, serak, dan sukar bicara
        • Gerakan dada terbakar kadang-kadang nyeri dada
      1. Penanganan Luka Bakar Inhalasi

        Bila ditemukan pasien terpapar udara panas pada saat kebakaran pada ruangan tertutup, pasien batuk- batuk, suara serak, parau dan sulit bicara, kadang kesadaran mulai menurun, sesak nafas, nyeri dada, segera pindahkan pasien ke tempat aman dengan udara segar dan teduh.

        • Lakukan pemeriksaan dini
        • Cek airway dan breathing
        • Bila pasti tanda-tanda terhisap udara panas, segera berikan oksigen dengan high flow
        • Siapkan intubasi dengan metode Rapid Sequence Intubation atau crash intubation dengan menggunakan obat-obatan muscle relaxan
        • Segera bawa ke rumah sakit yang dapat menangani luka bakar
        • Bila ditemukan dalam keadaan lebih parah, telah terjadi obstruksi jalan nafas berat tidak bisa dilakukan intubasi, segera lakukan needle cricothirotomie menggunakan jarum infus nomor 14, kemudian plastik bisa disambung ke oksigen atau menggunakan alat khusus yaitu translaryngeal jet ventilation
        • Dalam perjalanan, lakukan monitoring tanda-tanda vital dengan ketat setiap 5 menit, hubungi rumah sakit yang dituju, laporkan nama pasien dan kondisi pasien dengan lengkap
    • Udara Panas Berlebihan (Hipertermia)

      Suhu tubuh manusia dipertahankan sekitar 37o C. Dalam udara panas dan lembab seperti di ruangan masak-memasak, bekerja, atau bepergian di daerah beriklim panas, berjalan atau berolahraga di daerah panas merupakan resiko terkena penyakit akibat udara panas. Ada tiga tingkatan penyakit akibat udara panas, yaitu:

      1. Heat exhaustion (lelah panas) terjadi kebanyakan di iklim panas dan lembab, yang sering terkena anak-anak dan orang tua
      2. Heat Cramps (kejang panas) disebabkan tubuh kehilangan Natrium melalui keringat yang banyak
      3. Heat stroke, timbul karena kegagalan pengatur suhu akibat kontak dengan suhu lingkungan yang tinggi, ditambah ventilasi ruangan buruk dan kerja berat.Akibat Udara Panas
      1. Diagnosa

        Sengatan panas adalah suatu kelainan pada tubuh yang disebabkan karena terpaparnya pasien dengan udara panas yang tinggi yang menyebabkan meningkatnya suhu tubuh (hipertermia bisa mencapai 106oF (41,1o C) disertai dengan kelainan fisik dan neurobiologis.

        Penanganan Luka Bakar Karena Udara Panas

      2. Gejala Klinis
        • Heat exhaustion (lelah panas)
          1. Rasa panas, lemah dan kecapaian dengan sakit kepala
          2. Kulit panas, pucat, berkeringat dingin
          3. Haus
          4. Pusing, bila berat pingsan
          5. Lelah
          6. Mual
          7. Pucat
          8. Nafsu makan menurun
          9. Disorientasi, kehilangan koordinasi, kebingungan dan sangat peka
          10. Sukar bernafas
          11. Pernafasan dan nadi cepat
        • Heat cramp (kejang panas)
          1. Tingkat lebih lanjut dari heat exhaustion
          2. Suhu badan naik (sampai 38-39o C)
          3. Kram dan sakit otot ekstremitas dan perut pada waktu istirahat maupun bergerak, terutama kaku tangan dan betis
          4. Mual atau muntah
          5. Lemas, pusing dan lemah
          6. Kulit dingin dan lembab
        • Heat Stroke

          Stadium ketiga dari sengatan panas, merupakan keadaan yang berbahaya (dapat mematikan) dan sering menimbulkan komplikasi ginjal akut, hati dan syok berat namun reversible. Mungkin didahului gejala pendahuluan seperti:

          1. Lemah, pusing, nyeri kepala hebat, mual, nyeri epigastrium (ulu hati)
          2. Pengurangan keringat beberapa jam
          3. Gelisah dan penurunan kesadaran sampai koma
          4. Kulit kering, tidak berkeringat lagi, kulit kemerahan
          5. Suhu tubuh cepat naik 40-41o C
          6. Pernafasan cepat, sulit bernafas
          7. Takikardia (nadi kuat dan cepat)
          8. Tekanan darah meningkat atau menurun
          9. Pupil mula-mula kecil, lama-kelamaan melebar
      1. Penatalaksanaan
        • Periksa keamanan lingkungan, keamanan pasien, dan keamanan penolong (pasang APD)
        • Cek respon pasien
        • Cek airway, breathing dan sirkulasi
        • Pindahkan pasien ke tempat sejuk atau ruangan terbuka yang terlindung dari sinar matahari
        • Longgarkan ikatan-ikatan dan pakaian yang tidak perlu
        • Bila korban sadar, beri minum dingin yang berisi elektrolit
        • Beri kompres es pada ketiak dan pangkal paha
        • Bila heat cramp, kompres es pada otot-otot yang kram
        • Pelan-pelan luruskan otot tersebut tapi jangan diurut
        • Bila heat stroke, semprotkan air dingin melalui semprotan air ke tubuh pasien terus-menerus sampai suhu tubuh dingin
        • Keringkan pasien, pasang infus, berikan cairan yang sudah didinginkan NaCl 0,9% bila dapat memeriksa elektrolit pasien lakukan resusitasi pada elektrolit yang nilainya rendah
        • Monitor suhu badan pasien secara ketat setiap 15 menit, bila masih panas lanjutkan pendinginan dengan handuk basah sampai suhu badan mencapai 101-102o F (38o-38o C)
    • Udara Dingin Berlebihan (Hipotermia)

      Merupakan penurunan suhu tubuh akibat kontak lama dengan suatu lingkungan yang rendah suhunya/dingin, mengakibatkan penurunan kesadaran, kegagalan pernafasan dan sirkulasi, lebih mudah terjadi pada bayi dan orang tua, kelelahan, kelaparan, ketakutan, tubuh basah, angin dingin, hipoksia pada ketinggian dapat menyebabkan kematian.

      1. Tanda dan Gejala
        • Tampak pucat
        • Dingin kaku
        • Suhu tubuh rendah (27-29o C)
        • Pupil miosis
        • Depresi pernafasan, melambat atau berhenti
        • Keram otot-otot, rasa lelah berlebihan
        • Bradicardia, hipotensi
        • Edema seluruh tubuh
        • Penurunan kesadaran
      1. Diagnosis

        Kesadaran somnolen hingga koma yang disertai gangguan haemodinamik, tremor halus, akibat gangguan aklimatisasi yang mengenai aliran pembuluh darah kecil akibatnya Oklusi Agentinasi dan Trombi.

      2. Penatalaksanaan
        • Periksa keamanan lingkungan pasien dan penolong
        • Cek airway, breathing dan sirkulasi (ABC)
        • Pindahkan korban ke tempat hangat
        • Longgarkan ikatan-ikatan pada tubuh, lepaskan cincin, gelang dan ikat kepala
        • Tempatkan pasien di antara 2 selimut kain yang hangat sehingga suhu dapat naik bertahap
        • Bila pasien sadar, beri minum air hangat (tidak beralkohol)
        • Bila ada emergency blanket (alumunium foil) atau sleeping bag, selimuti pasien dengan alat tersebut
        • Bawa pasien ke rumah sakit bila tidak ada perbaikan atau kondisi pasien semakin parah
      • Sengatan Dingin / Sengatan Salju / Frostbite

        Sengatan dingin merupakan kerusakan kulit dan jaringan tubuh lainnya yang disebabkan terpapar udara dingin dalam waktu yang lama. Sengatan dingin mempengaruhi intra sel dan ekstra sel dan mempengaruhi fungsi jaringan dan sirkulasi sehingga dapat terbentuk kristal es dalam jaringan mengakibatkan kematian jaringan, dalam kasus ringan sengatan dingin bisa pulih sepenuhnya dengan perawatan dini.

        Dalam kasus berat, sengatan dingin dapat menyebabkan infeksi atau gangren karena terjadi kematian jaringan akibat kekurangan suplai darah ke bagian tubuh tersebut.

        1. Klasifikasi
          • Cedera Derajat 1

            Cedera derajat 1 adalah pendinginan dangkal tanpa kerusakan jaringan seluler, pembekuan pada permukaan kulit disebut Frostnip.

            Frostnip dimulai dengan gejala gatal-gatal dan nyeri, kulit memucat dan akhirnya daerah tersebut menjadi baal atau mati Frostnip umumnya tidak menyebabkan kerusakan permanen karena hanya lapisan kulit yang terlibat namun dapat menyebabkan sensitivitas jangka panjang untuk sensasi panas dan dingin.

          • Cedera Derajat 2

            Jika pembekuan terus berlangsung, kulit bisa jadi beku dan keras, bisa timbul luka lepuh sedangkan jaringan yang lebih dalam masih tetap lembut dan normal, luka melepuh 1-2 hari setelah kulit membeku, lepuh dapat jadi keras dan menghitam.

            Bila dilakukan tindakan dini dan sebagian besar dapat menyembuhkan cedera selama 3-4 minggu, walau sudah sembuh bagian yang cedera tetap secara permanen sensitif terhadap panas dan dingin.

          • Cedera Derajat 3 dan 4

            Jika jaringan yang membeku terus berlanjut, terjadi radang dingin yang dalam, mengenai semua otot, tendon, pembuluh darah dan membekukan saraf, daerah yang terkena terlihat ungu atau merah dengan lepuh yang biasanya penuh dengan darah, jenis frostbite/radang dingin yang parah dapat menyebabkan hilangnya jari tangan dan kaki, karena kerusakan jari permanen.

            Butuh beberapa bulan untuk menentukan berapa banyak kerusakan yang terjadi selama proses pembekuan, karena alasan itu operasi untuk menghilangkan jaringan yang rusak sering tertunda.

        2. Penyebab Frostbite

          Frostbite terjadi karena mekanisme pertahanan tubuh terhadap dingin. Bila tubuh terpapar dengan udara dingin yang berkepanjangan, terjadi vasokonstriksi di daerah perifer (daerah yang jauh dari jantung), misal tangan dan kaki, akibat vasokonstriksi darah yang mengalir ke daerah tersebut jadi berkurang dan lambat, darah lebih banyak dialirkan ke organ-organ vital.

          Bila tubuh terpapar udara dingin berkepanjangan tubuh berada dalam bahaya hiportemia, vasokonstruksi terjadi permanen akan menyebabkan kerusakan jaringan. Bagian tubuh yang sering terkena antara lain hidung, pipi, telinga, jari tangan dan jari kaki (ekstremitas).

        3. Penatalaksanaan FrostbiteFrostbite
          • Bila ditemukan korban dengan tanda-tanda frostbite segera pindahkan ke tempat hangat
          • Lakukan re-warm (menghangatkan) bagian yang terkena frostbite sesegera mungkin. Ada dua cara melakukan re-warm, yaitu:
            1. Pasif re-warming: menggunakan panas tubuh atau suhu kamar untuk membantu seseorang dalam re-warming tubuh itu sendiri, misal membungkus tubuh dengan selimut meletakkan jari-jari yang membeku di ketiak atau dilipat paha atau dipindahkan ke lingkungan yang hangat.
            2. Active re-warming: memberikan tambahan panas pada seseorang yaitu usaha untuk menghangatkan jaringan yang terkena secepat mungkin tanpa menyebabkan luka bakar, tujuan untuk mencairkan jaringan yang membeku sehingga kerusakan jaringan dapat diminimalkan.
          • Cara terbaik untuk menghangatkan bagian beku adalah dengan memasukkan ke dalam bak air hangat dengan suhu 104-108o F (40-42o C) pastikan mengukur suhu dengan termometer atau dengan tangan yang tidak membeku, rendam daerah yang membeku dalam suhu konstan tersebut selama satu jam atau lebih.
          • Pemanasan di atas api atau di samping pemanas harus dihindari, metode ini, memiliki resiko tinggi luka bakar dan jaringan luka cenderung kering, sehingga menyebabkan kerusakan lebih dalam atau lebih parah.
          • Proses re-warming sangat menyakitkan, pasien butuh analgesik, selesai re-warming bila ada luka dan kulit yang rusak tutup dengan kassa steril . Bungkus dengan pakaian hangat, kirim segera pasien ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
          • Jangan menggosok atau memijat tubuh yang terkena akan merusak jaringan kulit dan meningkatkan risiko infeksi selama proses penyembuhan sebaiknya hindari merokok, mengunyah tembakau, karena nikotin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dapat mengganggu proses penyembuhan.
      1. Pencegahan

        Sebelum pergi keluar pada suhu yang dingin, ada beberapa hal yang diperhatikan, yaitu gunakan pelembab kulit pada wajah, tangan, dan bagian tubuh lainnya yang mungkin terkena dingin, gunakan baju hangat, pakaian kering dan hindari angin.

        Gunakan tutup wajah untuk pelindung ekstra, topi untuk menutup kepala, telinga dan leher dan sarung tangan yang tebal. Bila melakukan aktifitas pada temperatur di bawah titik beku, pakai pakaian berlapis-lapis, pakaian terdalam harus non absorbent dan tenunan longgar.

Daftar Pustaka

Anderson, J, Adams, C, Antman, E, et al. ACC/AHA. 2007. Guidelines For the Management of Patients With Unstable Angina/non-ST-Elevation Myocardial Infarction. American Heart Association.

Chuchum, Sumiarty. 2010. Cara Baca EKG Praktis Untuk Perawat. Jakarta.

Emergency Cardiovascular Care Program. 1997-1999. Advanced Cardiac Life Support. American Heart Association.

Ganong F. William. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Cetakan I.  Jakarta: EGC.

Kate Johnson and Karen Rawlings. 2009. Oxford Handbook Cardiac Nursing. London.

Kevin Brown. 2003. Emergency Dysritmias ECG Injury Pattern. United States.

Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume I. Jakarta: EGC.

Rihard Hatchett and David R Thomson. 2002. Cardiac Nursing A Comprehensive Guide.

Sheehys. 2010. Emergency Nursing Principles and Practice 6th ed. ENA Mosby: Elsevier.

Smeltzer Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth, Edisi 8. Jakarta: EGC.

Woods, Susan L et al. 2005. Cardiac Nursing, Seventh Edition.

error: