Sabtu, 4 Mei 2024

Peci Lampung Laris, Kijang Doyok Wagub Jadi Tontonan

- Jumat, 24 Desember 2021 | 15:34 WIB
KONVOI DARI JABAR: Kijang Kotak parkir di halaman Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. (RIMADANI EKA MARETA/RADAR LAMPUNG)
KONVOI DARI JABAR: Kijang Kotak parkir di halaman Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. (RIMADANI EKA MARETA/RADAR LAMPUNG)

Kemeriahan Muktamar Ke-34 NU tak hanya terasa di dalam gedung. Aneka aktivitas di sekitar area muktamar juga memiliki daya tarik tersendiri bagi ribuan muktamirin (peserta muktamar) dan muhibbin (simpatisan).

RIMADANI EKA MARETA, Lampung

---

PELATARAN Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) dipenuhi berbagai kendaraan sejak Rabu (22/12).

Mulai roda dua hingga bus. Dilihat dari pelat nomornya, kendaraan-kendaraan itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Namun, dari pantauan Radar Lampung, ada yang berbeda kemarin (23/12) siang. Sepuluh mobil Toyota Kijang KF20 tampak parkir berderet dengan rapi di halaman UIN RIL. Mobil jadul itu dikenal dengan sebutan Kiko (Kijang Kotak). Ada juga yang menyebutnya Kijang Doyok. Deretan mobil klasik tersebut menjadi tontotan warga.

Ternyata, rombongan mobil keluaran 1983 itu dipimpin Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum. Uu memang dikenal pencinta Kiko. Mobil itu warisan dari kakeknya. ”Baru sekali ini saya melihat ada mobil Kijang Kotak sebanyak ini,” kata Tama, 23, warga asal Bandar Lampung. Dia kagum melihat pelaksanaan Muktamar Ke-34 NU yang dipenuhi orang dari berbagai kalangan.

Selain penampilan Kiko, jujukan muktamirin dan muhibbin adalah Lapangan Saburai Gatam 043 Korem. Sebab, di sana diadakan bazar industri kecil dan menengah (IKM) serta pelaku usaha kreatif. Salah satu yang paling diincar pengunjung adalah peci dengan sulaman tapis yang menjadi khas Lampung. Peci itu memiliki motif identik berwarna cerah. Misalnya, merah dihiasi benang emas.

-
KHAS BERSEJARAH: Peci Lampung yang dicari banyak pengunjung dari luar Lampung. (RIMADANI EKA MARETA/RADAR LAMPUNG)

Desi, penjual peci Lampung, mengaku mendapat rezeki berlimpah selama pelaksanaan muktamar. Omzet pelaku IKM binaan Dekranasda Lampung itu meningkat tajam. ”Iya, banyak yang cari. Dari sarung, peci, tapi yang paling laris itu peci,” sebutnya. ”Omzet pagi ini saja sudah Rp 1,5 juta. Kalau dengan kemarin, ya lebih dari Rp 5 juta. Alhamdulillah ini,” lanjutnya dengan wajah berbinar.

Bazar yang digelar di kampus UIN RIL juga diserbu muhibbin. Di sana pun peci khas Lampung paling laris. ”Sampai sekarang sudah 50 peci yang laku,” ujar Uswatun Hasanah, pedagang. Secara keseluruhan, hingga kemarin (23/12) siang, dia berhasil mendapatkan omzet Rp 10 juta. ”Alhamdulillah,” katanya, lantas tersenyum riang.

Lokasi lain yang dipadati pengunjung adalah pameran manuskrip sejarah Islam di UIN RIL. Manuskrip itu berisi informasi perjalanan NU dan Islam di Indonesia. Ada sekitar 60 manuskrip yang dipamerkan. Sebagian manuskrip boleh disentuh langsung oleh pengunjung. Khusus yang usianya di atas 100 tahun, yang dipamerkan hanya berupa salinan.

-
KHAS BERSEJARAH: Muktamirin mengamati manuskrip tentang sejarah Isam yang dipamerkan di arena muktamar.(RIMADANI EKA MARETA/RADAR LAMPUNG)

Koordinator Nahdlatul Turots Usman Hasan Al Akhyari mengatakan, seluruh manuskrip itu dikumpulkan satu per satu dari berbagai daerah di Indonesia. Bentuknya macam-macam. Ada yang ditulis langsung oleh Syaikhona Kholil Bangkalan, yakni Rotib Syaikhona Kholil Al Bangkalani yang berisi satu halaman. Ada pula naskah Lamiyah Ibnul Wardi yang merupakan koleksi Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Kholil Bangkalan. Ditulis Imam Zainuddin Abi Hafsh Umar Ibn Al Wardi. Syaikhona Kholil Bangkalan menyalin langsung teks tersebut pada 1295 Hijriah (1875 Masehi).

”Di sini ada yang asli, namun ada yang memang sudah kami salin. Ini ada ilmu tajwid dari Kiai Sholeh Darat. Usianya sekitar 138 tahun,” ungkapnya. Hampir seluruh manuskrip tersebut ditulis berdasar huruf Arab gundul. Di dalamnya terdapat informasi mengenai ilmu Islam, baik terkait dengan fikih, tafsir, zikir, maupun doa di Alquran.

Moh. Ichwan D.S., koordinator Pameran Manuskrip dan Jejak Sejarah Ulama Nusantara, menambahkan bahwa pihaknya terus berupaya menambah manuskrip yang belum dapat dikumpulkan dari berbagai daerah lainnya. Termasuk manuskrip dengan aksara Jawa. Namun, perjuangan mengumpulkan manuskrip tidak mudah. Agar menjadi satu kitab saja, bisa dibutuhkan waktu bertahun-tahun.

Ichwan mengatakan, dengan ditampilkannya sejarah itu, masyarakat diharapkan mengetahui sejarah Islam, terutama NU, dalam menyebarkan agama. Dia berharap seluruh manuskrip itu bisa dikumpulkan di satu tempat yang lebih strategis. Dengan begitu, masyarakat lebih mudah mengaksesnya. ”Ke depan, harapan kami bisa berkeliling lagi bawa ini semua, tapi kami juga sudah berkoordinasi dengan ketua Perpustakaan PBNU untuk bisa diakomodasi,” tandasnya.

Editor: Ilham Safutra

Tags

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.

Terkini