Rubbin terpaksa menutup Warjadul karena sepi pembeli. Namun, kecintaannya pada barang-barang lawas tak pernah luntur. Kini, pria 39 tahun itu menjalani bisnis baru sebagai kolektor sekaligus penjual barang-barang antik.
WAHYU ZANUAR BUSTOMI, Surabaya
DI gudang seluas 50 x 50 meter yang berlokasi di Kebonsari itu, Rubbin Nanda menyimpan seluruh harta karunnya. Isinya bermacam-macam barang antik. Mulai lemari, meja vanderpool, lampu lawas, hingga barang-barang elektronik yang sudah tidak diproduksi lagi di pasaran.
Tak hanya di Kebonsari, Rubbin juga punya gudang penyimpanan barang antik di Pasuruan. Itu khusus untuk menyimpan barang antik dari kayu. Misalnya, kusen dan pintu, hasil dia berburu di sejumlah kota.
Baca Juga: Bayar Lebih Cepat Dari Ketentuan, BPJS Kesehatan Gelontorkan Klaim Rp 113,47 Triliun Sepanjang 2022
Kecintaan Rubbin terhadap barang antik bermula pada 2009. Saat itu, dia iseng-iseng mengumpulkan benda-benda lawas. Awalnya hanya sebagai kolektor. Untuk dikoleksi sendiri. Namun, makin lama, dia kecanduan berburu barang-barang antik.
Pada 2014 dia membuka kafe bertema barang antik di Jambangan. Namanya Warjadul, akronim dari Warung Jadul. Sayangnya, usahanya itu tidak berlangsung lama. Selang setahun, usaha tersebut gulung tikar. ”Saya tidak kecewa. Dari situ, saya mendapatkan berkah,” papar Rubbin.
Saat senggang, Rubbin iseng-iseng membuat postingan di Instagram (IG). Dia menjual barang antik yang dipajang di kafenya. Ternyata banyak yang berminat membeli benda-benda itu. ”Sejak saat itu saya semakin serius mencari barang antik,” ujarnya.
Untuk mencari barang antik, Rubbin melakukan beragam cara. Dia rajin bertanya ke teman-temannya yang punya hobi senada. Selain itu, Rubbin bergabung dengan banyak komunitas pencinta barang lawas.
Baca Juga: Belum Usai Kasus Penistaan Agama, Panji Gumilang Dilaporkan atas Dugaan Penyelewengan Zakat
Barang antik yang dia dapatkan tidak langsung dijual. Benda-benda tersebut dibuatkan videonya. Setelah itu, baru dipasarkan secara online. Lewat cara itu, Rubbin meraup untung besar. ”Ada juga artis yang berminat membeli barang-barang saya,” ujarnya.
Kini Rubbin sudah memiliki tim khusus. Tim itu bertugas mencari dan membeli barang-barang antik. Mereka berburu barang hingga luar kota. ”Saya bagi tim berdasar keahlian. Ada yang khusus furnitur, kusen, pintu, alat elektronik, hingga perintilan lainnya seperti lampu hias,” terang pria 39 tahun tersebut.
Kadang pencarian tidak berjalan mulus. Bahkan, dia pernah kena tipu. Untung, nominalnya tidak besar. ”Saya beli spare part vespa. Sudah transfer. Namun, barang tak kunjung datang,” ujarnya.
Rubbin pernah mendapatkan sepeda motor Zundapp. Oleh pemiliknya, motor klasik buatan Jerman itu digantungkan di atap rumah. Setelah tawar-menawar, motor tersebut dia beli seharga Rp 5 juta. Ada satu koleksi yang kini masih dia jaga. Yaitu, Vespa Kongo. ”Kalau ada yang beli Rp 350 juta, saya lepas,” ucapnya.
Artikel Terkait
Lebih Dekat dengan Theresia Alica Corona, Puteri Remaja Batik Jatim
Kelompok KB Pria Gatotkaca Rela Divasektomi karena Tak Mau Istri Mengeluh Sakit Tiap Hari
Adaptasi Pelabuhan Tanjung Emas terhadap Pasang Laut dan Rob, Bakal Kembangkan Alat Sensor Ketinggian Laut
Festival Remo Yosakoi Tandai 26 Tahun Kerja Sama Surabaya-Kochi
Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi Sempat Diperiksa Semalaman dan Jalani Serangkaian Tes di Istanbul