Bukit Shafa dan Marwah, Saksi Bisu Perjuangan Seorang Ibu

- Kamis, 18 Februari 2016 | 14:14 WIB
HAJIUMRAHNEWS - “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah: 158). Bukit Shafa dan Marwah adalah dua buah bukit yang terletak dekat dengan Kabah. Kedua bukit ini memiliki sejarah yang sangat penting dalamdunia Islam, khususnya dalam pelaksanaanibadah haji dan umrah.Bukit Shafa dan Marwah yang berjarak sekitar 450 meter itu, menjadi salah satu saksi bisu perjuangan anak manusia. Dan ritual berjalan antara Shafa ke Marwah yang di sebut sa’i itu menjadi rukun haji dan umrah. Shafa dan Marwah merupakan anak bukit yang terletak di jantung kota Mekah. Di sekelilingnya terdapat pemukiman penduduk, di antaranya Darul Arqam, Dar As-Saib bin Abu As-Saib Al-Aidzi, Dar Al-Khuld, dan lain-lain.Shafa masih dalam satu rangkaian dengan Jabal Abu Qubais. SedangkanMarwahmasuk dalam rangkaian Jabal Qa’aiqa’an. Kedua pegunungan itu begitu terkenal di Mekah. Kedua bukit ini tak bisa dipisahkan dengan kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan putranya Ismail. Semasa itu, Mekah masih berupa lembah pasir, bukit-bukit tandus dan belum didiami manusia. Nabi Ibrahim dan istrinya tinggal di tempat ini. Siti Hajar sang istri, merasa sedih saat ditinggalkan di tempat yang tidak berpenghuni dan kering kerontang. Lalu ia bertanya kepada Ibrahim, “Hendak ke manakah engkau Ibrahim?Sampai hatikah engkau meninggalkan kami berdua di tempat yang sunyi dan tandus ini?”Pertanyaan ini diutarakan berulang kali, tapi Nabi Ibrahim tidak menjawab sepatah kata pun juga. Akhirnya, Siti Hajar bertanya lagi, “Adakah ini memang perintah dari Allah?”Nabi Ibrahim menjawab, “ya.” Mendengar jawaban tersebut, Siti Hajar gembira dan hatinya pun menjadi tenang. Karena, ia percaya hidupnya tentu terjamin walaupun di tempat yang sunyi, tidak ada manusia dan tidak ada segala kemudahan. Padahal, waktu itu, Ismail masih menyusu. Namun karena kecintaan kepada Allah, Siti Hajar pun memasrahkan segalanya kepada Allah. “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” Itulah doa Nabi Ibrahim yang tertuang dalam al-Quran Surat Ibrahim ayat 37. Suati ketika, Ismail dan ibunya kehabisan air minum.Di lembah pasir dan bukit tandus itu Siti Hajar mencari air pulang pergi dari bukit Shafa ke bukit Marwahhingga tujuh kali. Nah, saat kali ketujuh itulah, ketika sampai di Marwah, Siti Hajar mendengar suara yang mengejutkan. Ia pun menuju ke arah suara itu. Alangkah kagetnya, ternyata suara itu tak lain adalah suara air yang memancar dari dalam tanah dengan derasnya di bawah telapak kaki Ismail. Itulah sumber mata air yang kemudian airnya disebut air zam-zam. Air yang mempunyai keistimewaan dan keberkahan. Diantaranya bisa menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga, serta mengenyangkan perut yang lapar. Dan itu hanya ada di antara Shafa dan Marwah. Dan lokasi itu pula, Siti Hajar mendengar suara malaikat Jibril yang berkata, “Jangan khawatir, di sini Baitullah (rumah Allah) dan anak ini (Ismail) serta ayahnya akan mendirikan rumah itu nanti. Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.” Antara Shafa dan Marwah Perjalanan antara bukit Shafa dan Marwah biasa dikenal dengan sa’i. Ritual ini merupakan pengamalan yang merujuk pada semasa Nabi Ibrahim.Kegiatan ini merupakan rangkaian ritual wajib dilakukan para jamaah haji maupun umrah usai melakukan thawaf di Kabah. Kegiatan sa’i dilakukan dengan cara berlari-lari kecil sebanyak tujuh kali antara Shafa menuju Marwah. Aktivitas ini menjadi semacam napak tilas bagi para jamaah. Dimana Siti Hajar yang berusaha mencari air demi anaknya Ismail yang kehausan. Saat melakukan ritual sa’i, ketika melintasi Bathnul Waadi, (saat ini ditandai dengan lampu neon berwarna hijau), para jamaah pria disunahkan untuk berlari-lari kecil, sedangkan untuk jamaah wanita berjalan cepat. Biasanya, bagi jamaah yang mengalami kehausan bisa meminum air zam-zam yang tersedia di sepanjang jalur. Bagi jamaah yang melakukan sa’i di lantai bawah, maka bisa melihat sisa peninggalan Shafa dan Marwah. Jadi jauh sebelum perintah ibadah haji dilaksanakan, bukit Shafa dan Marwah telah menjadi saksi sejarah perjuangan seorang ibu dalam menyelamatkan anaknya dari kehausan. Di sisi lain, jauh sebelum masa Nabi Ibrahim, penamaan bukit Shafa, lantaran dulu Nabi Adam pernah berdiri di atasnya. Sementara Hawa berdiri di atas bukit yang satunya lagi yakni Marwah. Dalam ritual sa’i antara Shafa dan Marwah, jamaah dianjurkan berhenti sejenak untuk mengenang Adam dan Hawa yang pernah berdiri di atasnya. (Firman Aulia)

Editor: Haji Umrah News

Tags

Rekomendasi

Terkini

Thariq ibn Ziyad dan Kejayaan Islam di Spanyol

Senin, 14 November 2022 | 06:15 WIB

Negara Terlama Dijajah, Bukan Hanya Indonesia

Selasa, 4 Oktober 2022 | 11:00 WIB

Pamor Islam di Negeri Matador, Sungguh Memukau

Kamis, 8 September 2022 | 12:51 WIB

Gelar Haji di Indonesia Ternyata Warisan Kolonial?

Selasa, 30 Agustus 2022 | 10:29 WIB

Terpopuler

X