Jump to ratings and reviews
Rate this book

1 Perempuan 14 Laki-Laki

Rate this book
Buku 1 PEREMPUAN 14 LAKI-LAKI adalah Buku Kumpulan Cerpen hasil kolaborasi Djenar Maesa Ayu dengan 14 sahabat dari pelbagai macam profesi: • Agus Noor • Arya Yudistira Syuman • Butet Kartaredjasa • Enrico Soekarno • Indra Herlambang • JRX • Lukman Sardi • Mudji Sutrisno, SJ• Nugroho Suksmanto • Richard Oh • Robertus Robet • Sardono W. Kusumo • Sujiwo Tejo • Totot Indrarto

Perlu 14 laki-laki untuk menulis buku ini dan hanya 1 perempuan untuk mengisahkannya...

"Kita bisa memesan bir, namun kita tak bisa memesan takdir."
Agus Noor

"Onggokan baju-baju kami tengah berpelukan di atas lantai."
Arya Yudistira Syuman

"Sejak Mas Gun menyandang gelar anumerta dalam urusan ranjang, ia selalu gugur sebelum berperang."
Butet Kartaredjasa

"Masih jelas benar mata-mata tanpa bola mata hitam merubuhkan patung. Membakar kampung."
Enrico Soekarno

"Tanpa hilang senyum, ia minta saya berakting di depan kamera untuk sebuah adegan mesum."
Indra Herlambang

"Kadang sunyi. Kadang ramai seperti adegan ranjang yang melibatkan borgol, topeng, dan cemeti."
JRX

"Melongo di depan buku berdebu nostalgia masa lalu kala masih berseragam putih biru. Buat gue it sucks!"
Lukman Sardi

"Sepasang jari bersayap, terbang mengitari seputar celana yang dipakai laki-laki dengan dada telanjang."
Mudji Sutrisno

"Ayu tak segan mengajak kencan duluan. Dan laki-laki tak kuasa menolak seperti kucing disodori ikan."
Nugroho Suksmanto

"Antonio tidak ingin perlahan mati. Tidak tanpa Roselyn, yang ia tahu akan berakhir sunyi."
Richard Oh

"Aku mencintaimu maka aku ada! Aku mencintaimu maka aku membunuhmu!"
Robertus Robet

"Setiap kali kita bertemu, aku menabung rindu."
Sardono W. Kusumo

"Di tangan Raditya, gitar jadi berbicara. Dan saat Raditya memetik putingnya, Prita melambung ke angkasa."
Sujiwo Tejo

"Tubuh saya seakan lumpuh saat tubuhnya menyatu ke tubuh saya seluruh dan penuh."
Totot Indrarto

140 pages, Paperback

First published January 11, 2011

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Djenar Maesa Ayu

27 books299 followers
Djenar Maesa Ayu started her writings on many national newspapers. Her first book "Mereka Bilang Saya Monyet!" has been reprinted more than 8 times and shortlisted on Khatulistiwa Literary Award 2003.

Her short story “Waktu Nayla” awarded the best Short Story by Kompas in 2003, while “Menyusu Ayah” become The Best Short Story by Jurnal Perempuan and translated to English by Richard Oh with title “Suckling Father”.

Her second book "Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)" was launch February 2005 and also received great success. The amazing part is this book reprinted two days after the launching.

Other books by Djenar:
* Nayla
* Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
95 (14%)
4 stars
131 (19%)
3 stars
246 (36%)
2 stars
150 (22%)
1 star
45 (6%)
Displaying 1 - 30 of 74 reviews
Profile Image for Helvy.
Author 66 books945 followers
August 21, 2011

Kolaborasi yang terjadi kok terasa "mentah" ya.
Mendingan ia menulis sendiri.
Karakternya mungkin bisa lebih dapat.
Tak ada rasa yg tersisa usai membacanya kecuali:
ok, masih profan :)

Profile Image for Lantip Sukaswanto.
36 reviews9 followers
May 27, 2018
Tak ada satu cerpen pun yang nikmat dibaca. Lebih banyak yang tidak hamonis. Banyak penyumbatan kelancaraan pembacaan. Atau mungkin ini bukan selera saya.

Buku ini seperti pemuas Djenar yang selalu ingin keluar dari kotak. Bermain stylish di cerpen sendiri mungkin belum ada konsep lagi. Stylish overated.

Bentuk SMS, repetisi stakato, bermain main metafora, barangkali semua butuh pengendapan dan cara yang tepat. Dua buku kumcer Djenar (Jangan Main Main dan Mereka bilang) adalah puncak karyanya. Dan ini adalah anti klimaks yang menyertai banyak seniman. Sayang sekali
Profile Image for Marlangen P..
14 reviews4 followers
February 5, 2012
Cerita dan bahasanya banyak yang membosankan. Seperti membaca kumpulan cerpen dari koran. Kirain dengan 14 laki-laki akan membuat banyak cerita yang jauh lebih menarik *sigh*. Lebih suka tulisan Djenar yang sendiri aja...
3 reviews15 followers
January 25, 2012
Buku ini adalah kumpulan cerpen dimana tiap cerpen merupakan hasil duet dari si perempuan yaitu Djenar Maesa Ayu dengan salah satu dari 14 laki-laki yang namanya tertera pada bagian bawah cover buku ini. Ide tentang pembuatan cerpen dengan cara seperti ini menarik perhatian saya. Rasanya menarik sekali membayangkan bagaimana dua orang saling bergantian menulis kalimat per kalimat sampai akhirnya membentuk sebuah cerita. Bagaikan dua orang petarung yang saling memberi gerakan yang kemudian memancing timbulnya gerakan selanjutnya, hanya saja dalam kasus ini, bukan gerakan pertarungan yang dipertunjukkan tetapi kalimat-kalimat yang saling beradu sehingga tercipta pertarungan kalimat yang indah.

Dari 14 cerpen yang 'dipertunjukkan', tidak semuanya saya senangi. Walaupun semua cerpennya disajikan dalam nuansa seni sastra yang indah (dan saya menyukainya), tetapi ada juga beberapa cerpen yang terlalu 'nyeni', sehingga sulit untuk dipahami maksud cerita tersebut. Tapi bukan salah buku atau pengarangnya saya rasa.... pastilah karena saya yang kurang 'nyeni'. :D

Yah, sebagai buku selingan, boleh lah... =) tapi untuk yang kurang menyukai puisi atau seni sastra, rasanya tidak akan begitu menikmati cerpen2 di dalam buku ini. Saya sendiri merasa kurang cukup mampu untuk mengikuti irama seni cerpen2 dalam buku ini. Akibatnya, saya hanya mampu menikmati beberapa dari 14 cerpen yang disajikan. Mungkin itu karena saya yang kurang berjiwa seni. Mungkin ini berarti saya harus melatih jiwa seni saya dengan membaca lebih banyak lagi karya seni sastra lainnya. Ah, mampukah saya? ^^

Satu hal yang pasti, membaca buku ini membuat saya jadi kepingin merasakan seperti apa rasanya bertarung kalimat. Sepertinya seru dan menyenangkan!

Oh ya, hanya ada 3 cerpen yang benar2 saya suka: Kunang-kunang dalam Bir, Menyeruput Kopi di Wajah Tampan, dan Kupunyakupu. Dan yang paling membuat saya bingung adalah cerpen dengan judul Kulkas. Dari. Langit. Membingungkan... saya tidak mengerti apa yg dimaksud dengan kulkas di cerpen ini.

Buku ini punya tante saya. Saya sendiri belum pernah membeli bukunya Djenar, dan sangat jarang sekali membeli buku2 semacam ini. Di akhir review, saya hanya akan memberi 2 dari 5 bintang, karena saya menghargai keunikan ide pembuatan ceritanya. =)



Profile Image for Fertina NM.
99 reviews21 followers
April 17, 2013
Menarik baca buku satu ini. keempatbelas cerita yang ada seperti menggambarkan ciri penulis prianya, tanpa menghilangkan karakter sang wanita, Djenar. Tema besarnya lebih mengarah pada cinta, kehilangan, kesedihan dan kerelaan. Dua diantaranya yang paling saya suka, Kunang-Kunang dalam Bir dan Menyeruput Kopi di Wajah Tampan.

Kunang-Kunang dalam Bir menceritakan seorang laki-laki yang terjebak dengan pilihan dan penyesalan terhadap pilihannya tersebut. Ia terus menompang semangat dan hidupnya dalam gelas-gelas bir yang ia minum setiap harinya. Pilihan yang egois tapi juga merupakan suatau keputasan yang dipunyai setiap orang. Tetapi keputusan itu lah yang justru membuatnya terpuruk.

Sementara Kopi di Wajah Tampan, menceritakan seorang gadis yang hidup dan terkukung dalam dunianya. Sebuah dunia yang dibuat oleh seorang gadis yang telah keihilangan akal dan jiwanya.

* Kita sering lupa bahwa cakap-cakap manusia dan ngerumpi-ngerumpinya hanya bisa menjadikomunikasi lewat bahasa. Kalau cerpenis, bahasanya kata tertulis. Bila pelukis, bahasanya warna dan imaji. Kalau para buruh-buruh kecil, berbahasa lisan. Sementara generasi sekarang, berbahasa digital dan virtual. Namun karena lubernyakata-kata hampa, lalukita memakai baha diam. Bahasa diam yang makin sulit dipahami kalau tidak mengenal orangnya, akhirnya disampaikanlah dalam tanda. Namun tanda mudah disalahpahami karena tanda adalah awal dasar dari simbol.
* seketika harapan saya hilang. Pesimis. Saya sering begitu. Dan saya tidak tahu kemana harus mengadu.
* "Sebelum kamu menggenggam bola, ia hanyalah imajinasimu. Dan ketika kamu mendapatkannya, ia menjadi obsesimu. Namun keduanya tetap tidak akan menjandi nyata ketika kamu tidak dapat melihatnya karena terhalang oleh karton itu. KArton itu adalah dirimu. Dan diri sendiri adalah musuh terbesar pada setiap manusia. Penghalang kita untuk belajar melepaskan sesuatu yang sebenarnya hanyalah imajinasi dan obsesi saja. Tidak nyata."
* "Kita sering salah menerjemahkan waktu. Kita berpikir bahwa waktu selalu berjalanke depan. Padahal, apa pun yang kta lakukan dulu, amupun saat ini, sangatlah menentukan pada apa yang terjadi pada masa depan."
* Hidup pada akhirnya memang pilihan masing-masing. Kesunyian masing-masing.
Profile Image for Evi Yuniati.
38 reviews19 followers
April 7, 2011
Dari judul menarik ya "1 Perempuan 14 Laki-laki" terus lanjut ke sinopsis di belakang judul, menarik juga. Ya sudah aku memutuskan membeli buku ini. Apalagi ini buku pertama mba Djenar yang ku baca.

Setelah membaca ternyata maksud dari judul buku ini yaitu, duet menulis mba Djenar dengan 14 laki-laki yang bertalenta di dunia tulis menulis. Kebanyakan ceritanya tentang indahnya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang ditulis dengan bahasa yang sedikit vulgar, detail.

Keciri sekali duet mba Djenar dengan Sujiwo Tejo, Butet Kartaredjasa dan Romo Mudji Sutrisno. Kalo dengan Sujiwo Tejo tertanda dengan nama-nama pewayangan secara beliau adalah seorang dalang juga. Dengan Butet Kartaredjasa tertanda dengan bahasa-bahasa jawa yang buatku itu Butet banget. Dengan Romo Mudji tertanda dengan adanya unsur-unsur keagamaan.

Yang ga ada kata-kata vulgar hanya duet mba Djenar dengan Lukman Sardi yang bercerita tentang masa lalu seorang suami dimana ternyata waktu masa SMA dulu pernah menyukai perempuan lain teman sekelasnya tapi, menikahi pacar setianya semasa SMA. Curhat-an si suami diketahui istrinya lewat buku hariannya setelah puluhan tahun berlalu.

Pada bab "Kupunyakupu" ada filosofi tentang bagaimana meraih sebuah impian, begini katanya:
"Sebelum kamu menggenggam bola, ia hanyalah imajinasimu. Dan ketika kamu mendapatkannya, ia menjadi obsesimu. Namun keduanya tetap tidak akan menjadi nyata ketika kamu tidak dapat melihatnya karena terhalang oleh karton itu. Karton itu adalah dirimu. Dan diri sendiri adalah musuh terbesar pada setiap manusia. Penghalang kita untuk belajar melepaskan sesuatu yang sebenarnya hanyalah imajinasi dan obsesi saja. Tidak nyata."


Profile Image for Rifqi Muhammad.
9 reviews2 followers
February 12, 2011
Saya mengetahui kumpulan cerpen ini dari teman kos. Sejenak memerhatikan covernya, sebuah kalimat menyentil menghadang mata kita. “Perlu 14 laki-laki untuk menulis buku ini dan hanya 1 perempuan untuk mengisahkannya,” demikian katanya.

Ternyata buku ini dibuat secara kolbortif oleh Djenar dan 14 rekan lelakinya. Tiga atau empat tahun tidak menulis cerpen, ternyata tak membuat Djenar tercerabut dari gayanya, sebagaimana yang ditampakkna dalam Mereka Bilang Saya Monyet! Demikian pula topik yang selalu seputar tubuh dan diri perempuan. Selengkapnya..
Profile Image for Rifai  Sumaila.
12 reviews4 followers
February 1, 2011
Sejujurnya ini Buku pertama Djenar Maesa Ayu yang saya baca sampai tuntas, buku-buku sebelumnya hanya sekilas saja. Satu-satunya yang menarik dari buku ini, ya kolaborasinya dengan 14 lelaki itu, bagian yang paling saya suka adalah "Kunang-kunang dalam bir", mungkin karena proses pembuatan cerpen ini yang terbilang cukup unik, dimana Djenar dan Agus Noor secara bergantian menulisnya, dan membiarkan imajinasi mereka bermain bebas, hingga menyatu menjadi satu cerita yang utuh. Secara garis besar kisah-kisah dalam buku ini tak jauh bercerita mengenai cinta, seks,dan Bir ...
Profile Image for Ariska Anggraini.
50 reviews3 followers
Read
September 30, 2013
alurnya agak gimana gitu ya,kesan maskulinnya lebih tersa daripada feminisnya. tapi jempol untuk menyeruput kopi di wajah tampan
Profile Image for Panca Erlangga.
114 reviews
August 27, 2017
Ini buku pertamanya yang saya baca. Sayang, kolaborasinya membosankan. Cerpen pertama adalah favorit saya di buku ini. Dan, entahlah, saya akan membaca buku-bukunya yang lain atau tidak.
Profile Image for Dodi Prananda.
Author 17 books40 followers
February 25, 2013
Djenar selalu memukau dengan cerpen-cerpen yang membuat imajinasi pembaca 'ereksi' :)
Profile Image for Puspa.
167 reviews2 followers
August 11, 2020
Biasanya seorang penulis memerah otak untuk membuat kisah secara sendirian dan tak ingin terdistraksi. Bagaimana jika ia mengajak penulis lainnya untuk membuat satu cerita dengan cara bergantian menulisnya?

Tentang berduet umumnya digunakan untuk bernyanyi atau memainkan alat musik. Ada juga melakukan koding dengan berpasangan. Tapi untuk menulis aku sendiri belum pernah mencoba.

Gagasan Djenar Maesa Ayu dan Agus Noor dalam membuat karya sastra dengan teknik duet ini menarik dan layak diapresiasi. Pasalnya hal ini tak mudah. Sangat tak mudah. Menulis itu pribadi dan menulis itu punya ciri unik. Tentunya sulit untuk mengalirkan gagasan kita secara bergantian dan tak ada arahan, mengalir begitu saja. Tapi nyatanya Djenar bisa dan sanggup. Meskipun kadang-kadang tak satu malam ia menyelesaikan karya duet tersebut. Empatbelas pria yang diajaknya berduet tak semuanya berlatar penulis. Ada yang presenter, pemain film, seniman tari, sutradara dan kalangan awam. Ternyata berhasil. Buktinya adalah 14 cerpen dalam satu buku ini.

Meskipun digarap oleh empat belas plus Djenar tapi ada benang merahnya. Unsur Djenar itu kuat. Ia masih suka berenang-renang pada unsur dewasa, wanita dan pria yang bebas. Orang-orang menyebutnya sastra wangi. Aku menyebutnya sastra yang anti tabu.

Ada 14 kisah di dalamnya. Djenar mengajak 14 pria dengan latar belakang berbeda. Ada JRX penulis lagu dan drummer Superman is Dead. Ada Indra Herlambang, Lukman Sardi, Sujiwo Tejo, Richard Oh, Sardono W Kusumo, dan Butet Kartaredjasa. Ia juga mengajak Romo Mudji Sutrisno, Robertus Robert, Enrico Soekarno, Nugroho Suksmanto, Totot Indrarto, dan Arya Yudistira Syuman.

Djenar berduet dengan Agus Noor membuat cerpen berjudul Kunang-Kunang dalam Bir. Ini sebuah cerita sejoli yang memilih tak menikah satu sama lain karena tak yakin bahagia meskipun mereka saling mencintai. Tapi benarkah seperti itu?

Ada kisah tentang balsem lavender yang digarapnya bersama Butet Kartaredjasa. Ini berlatar kampung yang kaum prianya suka pijat dengan balsem lavender. Ceritanya agak kocak.

Bagian cerita yang kusuka adalah RamaRaib hasil duet dengan seniman tari Sardono W. Kusumo. Unsur tarinya kuat sebelum kemudian hanyut dalam buaian kisah khas Djenar.

Unsur Djenar rasanya terlalu kuat sehingga ceritanya agak mirip-mirip. Agak disayangkan karena penulis teman duetnya punya keunikan dari latarnya.

Aku kurang suka dengan cerpen ini. Tapi aku juga mengapresiasi gagasan menulis secara duet dan bergantian.

Ulasan juga tayang di: http://www.keblingerbuku.com/2018/12/...
Profile Image for Beatrice C..
32 reviews23 followers
April 25, 2011
1 Perempuan Bertarung Melawan 14 Laki-Laki

Judul Buku : 1 Perempuan 14 Laki-Laki
Penulis : Djenar Maesa Ayu
Editor : Mirna Yulistianti
Setting : Ryan
Desain Kover : Shutterstock.com
ISBN : 9789792266085
Tebal Buku : 124 halaman
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun Terbit : 2011
Harga : Rp 50.000,00

Pertama kali mulai mengenal sosok penulis perempuan ini saya lakoni melalui majalah Intisari kala saya masih duduk di bangku SMA. Lalu mengenalnya lagi melalui tampilan profil yang dibuat oleh beberapa majalah gaya hidup seiring dengan perjalanan waktu kehidupan. Sosok Djenar bagi saya waktu itu adalah sebuah profil gambaran perempuan yang bebas dan tangguh. Ia tegar dan kuat dalam menghadapi berbagai cercaan yang datang bertubi-tubi mengenai karya-karyanya yang berani, lugas, apa adanya dan vulgar. Belum ada penulis yang seberani dan selugas Djenar yang pada masa itu dalam pandangan pribadi saya berani mengungkapkan tulisannya secara gamblang dan tanpa tendeng aling-aling. Nayla adalah buku Djenar pertama yang saya baca karena menyajikan hal yang berbeda dari semua cerita fiksi yang sedang tren di masa itu. Tak sampai separuh saya baca, saya letakkan lagi Nayla dalam rak buku pribadi saya, membiarkannya berdiri tegak dan berjejeran bersama yang lainnya, menunggu waktu berikutnya yang lebih tepat untuk dibaca kembali. Pada akhirnya Nayla berhasil saya tuntaskan untuk kedua kalinya saat saya sedang menjalani hari – hari yang baru di masa-masa awal saya berada di kota Purwokerto.

Awal mula saya tertarik dengan “1 Perempuan 14 Laki-Laki” ini saat saya sedang menelusuri barisan demi barisan tulisan di akun Twitter milik Djenar yang senantiasa mengumandangkan berita tentang karya terbarunya ini. Disusul beberapa hari kemudian melalui sorot akun Twitter Djenar tentang hari peluncuran "1 Perempuan 14 Laki-Laki" yang dilakukan bertepatan dengan hari ulangtahunnya. Membuat saya teringat pada salah satu karya terbaru Kurnia Effendi, Anak Arloji, sekumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Kef untuk merayakan ulangtahunnya yang ke-50. Ulangtahun menjadi momen yang menarik untuk dijadikan sebagai batu loncatan publikasi karya terbaru. Pertama kali melihat buku ini di gerai Gramedia kota Purwokerto, entah kenapa saya berlaku cuek dan hanya berjalan melintas lewat tanpa menoleh ke arah buku ini sama sekali. Hanya melirik sekilas. Memegang dan menimang sejenak. Membaca sampul belakang sekelebat. Tak ada niat untuk membeli. Sebab pada saat itu ada buku lain yang sedang menjadi incaran saya untuk segera dimiliki. Beberapa hari kemudian, saya tak lagi melihat buku ini bertengger di rak manapun dalam Gramedia Purwokerto. Anehnya saya pun tidak khawatir sama sekali. Saya hanya berpikir jika memang berjodoh dengan buku ini, maka saya akan mendapatkan buku ini tak lama lagi. Dan itulah yang terjadi.

Bungkusan plastik yang menutup erat buku ini segera saya sobek dan bukunya langsung saya baca. Gambar di sampul depannya mengingatkan saya akan dua hal. Yang pertama mengingatkan saya pada sebuah alat yang disebut Tonometri Schiotz, adalah alat yang digunakan untuk pengukuran tekanan bola mata, deteksi adakah glaukoma atau tidak pada bola mata seseorang. Yang kedua membuat imaji saya berputar kepada area intim kewanitaan, Miss V. Teman yang hidup di sebelah kamar saya hanya mengerutkan keningnya saat dia membaca judul di sampul depan. “Tentang pelacuran?” Saya tertegun. Bukan. Kata saya. Ini adalah karya terbaru dari seorang penulis perempuan yang berani melahirkan fenomena dalam dunia seni sastra. Teman saya tak bertanya lebih jauh lagi. Dia kurang menyukai aliran sastra yang sedang saya baca ini. Dia pun tak mengenal Djenar.

Hampir sama dengan waktu saya membaca Nayla dan momen yang sama yang saya rasakan saat saya mencoba untuk menghidupkan imajinasi dalam kepala saya tentang Nayla, menyelami jalan pikiran Djenar dalam pertarungannya melawan 14 laki-laki. Cerpen pertama “Kunang-Kunang Dalam Bir” medan pertempurannya dengan Agus Noor membuat saya bingung untuk mengambil pokok pemikirannya. Terkesan ngalor ngidul dan tak jelas muasal serta ujung akhir jalan ceritanya. Saya baca ulang paragraf pertama hingga tiga kali banyaknya. Mulai terkesan membuang waktu. Saya pun memutuskan dalam hati untuk segera mengambil pilihan, menuntaskan buku ini secepatnya atau tidak usah dibaca lagi sama sekali yakni sudahi saja. Waktu terus berjalan dan pekerjaan yang lain sedang menanti dengan sabar untuk segera dituntaskan. Maka saya pun menekuni kembali dengan perlahan dan pasti pada tulisan-tulisan dalam buku ini, dengan atau tanpa imajinasi sama sekali. Sekali terjang langsung menghantam habis-habisan bagai prajurit maju ke medan perang. Pembacaan dan penelurusan saya pada buku ini sempat terhenti beberapa kali, namun segera saya lanjutkan lagi agar secepatnya tuntas. Hingga di halaman 69, saya memutuskan selesai saja di situ.

Kering dan berhenti di angka 69. Hanya kata itu yang bisa saya sebutkan untuk karya terbaru Djenar bagai balon karet telah membuat saya kesulitan bernafas lantaran hasrat nafsu menggebu yang menciptakan dahaga kelelahan. Kekeringan yang saya rasakan tertoreh melalui kerinduan Djenar yang mendalam terhadap penulisan prosa fiksi yang telah membesarkan namanya tanpa disadari telah menorehkan dahaga yang dalam pada tiap tulisannya dalam tiap cerpen yang ditulisinya bersama dengan 14 lelaki terpilih. Rasa kering oleh dahaga seolah hendak dipuaskan Djenar dengan penjalinan kata bagai gadu perang dengan ke-14 lelaki pilihannya dnegan perpusaran perang kata dan rima fiksi yang semakin terasa hambar saat saya mulai memasuki halaman 69, “Nafas Dalam Balon Karet”. Adegan percintaan dan nafsu yang seperti apa yang hendak ditawarkan lagi. Saya sudah bosan. Bahkan cerpen ketiga yang ditulisinya bersama Indra Herlambang berjudul “Menyeruput Kopi Di Wajah Tampan” yang telah mendapatkan tempat dalam hati saya tak mampu lagi menahan gejolak dahaga kering yang semakin berat saya rasakan hingga saya berteriak. SELESAI.
Profile Image for Meta Morfillah.
452 reviews21 followers
March 14, 2017
Judul: 1 perempuan 14 laki-laki
Penulis: Djenar maesa ayu dan 14 penulis lelaki lainnya
Penerbit: Gramedia
Dimensi: xiv + 124 hlm, cetakan pertama 14 Januari 2011
ISBN: 978 979 22 6608 5

14 cerpen ditulis 14 lelaki berkolaborasi dengan 1 perempuan, Djenar. Seperti yang sudah dikenal, tulisan djenar tak jauh dari 'sastra basah'. Isu perselingkuhan, free sex, dan LGBT.

"Kunang-kunang dalam bir" berkisah tentang lesbian dengan kenangannya. "Cat hitam berjari enam" berkisah tentang pelukis dan trauma masa kecil atas nama agama. "Menyeruput kopi di wajah tampan" berkisah tentang aktris yang menjadi gila.

"Ramaraib" berkisah tentang guru tari yang melecehkan murid lelakinya. "Kupunyakupu" berkisah tentang sepasang homo. "Kulkas.dari.langit" saya membaca berkali dan tidak paham maksud cerita ini. Absurd.

"Matahari di klab malam" berkisah tentang keinginan dasar lelaki memiliki wanitanya namun dia sendiri tak setia. "Rembulan ungu kuru setra" berkisah tentang perselingkuhan. "Napas dalam balon karet" berkisah tentang sepasang kekasih. "Bukumuka" berkisah tentang perselingkuhan yang berawal dari medsos dan berakhir dengan pilihan bunuh diri atau disodomi suami selingkuhan.

"Ra kuadrat" berkisah tentang penemuan diary suami yang ternyata tak mencintai istrinya. "Dijerat saklar" berkisah tentang pembunuhan, tapi saya juga kurang mengerti maksudnya. "Polos" berkisah tentang kilasan ingatan seseorang yang telah mati tertabrak kereta. "Balsem lavender" berkisah tentang pasangan tua yang konyol, dibodohi dengan fungsi lavender.

Secara umum, saya bosan dengan tema dan tak begitu menarik twist cerpennya. Hanya "bukumuka" yang lumayan twistnya. Beberapa cukup puitis kata-katanya tapi entah, mengapa menjadi sedemikian sulit dipahami. Tapi bahkan dari buku sejelek apa pun, kita bisa mengambil pelajaran.

Saya apresiasi 2 dari 5 bintang.

"Tidak ada satu pun teori yang akan menjadi berguna jika tidak dicoba atau dipraktikkan. 'Talk less, do more!', dan teori paling sederhana dalam menulis adalah dengan MENULIS." (H.xii)

Meta morfillah
Profile Image for Anna Valerie.
163 reviews4 followers
April 10, 2021
Seperti biasa, Djenar selalu berhasil menarik minatku untuk membaca karyanya karena judulnya yang menurutku unik. Sebut saja "Jangan Main-Main dengan Kelaminmu" atau "Mereka Bilang Saya Monyet!" Maksudku, aku tidak menemukan karya berjudul demikian setiap saat jadi ya, jujur saja aku selalu punya ekspektasi yang tinggi terhadap karya-karya Djenar.

Untuk karya ini, sejujurnya aku tidak begitu menikmatinya. Tapi anehnya, meskipun tidak begitu suka, aku tetap menuntaskannya karena aku seperti dipicu rasa ingin tahun. "Mungkin setelah cerpen ini, ada cerpen yang bisa membuatku terkejut." Dan pemikiran itu terus berlanjut sampai lembaran terakhir.

Meskipun tidak ada yang betul-betul mengejutkan, "Bukumuka" menurutku agak menghibur dengan sedikit plot twist-nya. Well, I don't really like this one but still, kalau aku menemukan karya Djenar lainnya dengan judul yang unik, pasti akan kubaca.
Profile Image for Yuliana Martha Tresia.
58 reviews19 followers
January 5, 2021
Cerdas, kreatif & eksotis: tapi sekali-kali jangan mengira Djenar Maesa Ayu hanya bicara soal seksualitas semata dalam buku kumpulan cerita pendeknya yang satu ini. Saya kira banyak yang mbatin demikian ketika membaca judulnya.

Menurut saya, sebagaimana dalam cerita pendek berjudul "Polos" yang dituliskannya berduet dengan Mudji Sutrisno, Sj., buku ini mungkin berbicara (lebih jauh sebenarnya) tentang filsafat tubuh, dalam cara uniknya sendiri. Yang tanpa ingin menjadi sopan dan menutup-nutupi.

Mengingat buku-buku Djenar Maesa Ayu sebelumnya, mungkin buku ini lagi-lagi merupakan wujud keberanian dan kebebasan Djenar Maesa Ayu sebagai seorang perempuan, yang masih terus berusaha menulis narasi seputar seksualitas, kali ini dalam kolaborasinya dengan 14 laki-laki.
Profile Image for Laaaaa.
190 reviews5 followers
November 24, 2020
ini adalah novelnya Djenar yang telah saya baca. tentang cinta, realita hidup, dan segala hal yang relate dengan kehidupan kita bahkan sampai masa kini.
seperti buku yang saya pernah baca sebelumnya, dalam kumcer Djenar sebenarnya adalah cerita yang sederhana akan tetapi pemilihan kata ataupun diksinya kadang membuat saya berpikir ini maksudnya apa??? harus baca dua kali agar paham. tapi kayaknya kalau uda sering baca karyanya Djenar ya akan paham sihh apa maksud dalam ceritanya. dalam kumcer ini, selalu ada adegan "plus-plus" nya yang rada vulgar, yang Djenar banget pokoknya....
tapi mantap sihh bisa kolaborasi bareng 14 orang dengan berbagai latar belakang. :)
Profile Image for Btari.
61 reviews3 followers
March 6, 2018
an honest, of course vulgar, collab writing of Ayu and 14 other males, both writers and non-writers. this collection of short stories expresses openly about human's deepest, darkest secret: passion. as in eros. i like how the writers translate abstract thoughts and unknown feelings into a flow of words in 140 pages, to the point that we 'kind of' relate to the thoughts and feelings.
Profile Image for Limya.
93 reviews6 followers
December 19, 2019
Mungkin karena bukan khas Djenar yang blak-blakan melainkan sudah kolaborasi, membaca ini jadi tidak sampai pesannya (rata-rata) karena susah dimengerti. Bacanya jadi sepintas lalu aja, deh.

Banyak simbol, tetapi tidak terlihat itu simbol dari apa.

Mudah sekali dibaca, kalau bentuk fisik, 2 jam beres. Kalau di Ipusnas/digital, bosenin bacanya.
Profile Image for Meg ✿.
93 reviews
December 22, 2021
Ceritanya hampir semua 18+ dan beberapa membingungkan nggak tahu maksudnya, banyak perumpaan, banyak kalimat yang dipaksa "puitis" dan akhirnya bikin inti ceritanya susah dipahami. Mungkin juga karena penulis kolab sama 14 laki-laki yang notabene beberapa bukan penulis, jalan cerita beberapa cerpennya kerasa nggak utuh.
Profile Image for lll.
27 reviews
December 22, 2021
buku ini hasil duet pemikiran Djnear Maesa Ayu dan Agus Noor. berisi 14 cerpen salah satunya Kunang-Kunang dalam Bir dan Balsem Lavender, karakter dan penulisan Djenar ini kuat entah kenapa kurang enjoy waktu baca buku ini padahal aku sudah cukup umur hehe..
yang bikin bertahan baca buku ini karena permainan diksinya.
Profile Image for HA.
18 reviews
November 20, 2021
paling suka menyeruput kopi di wajah tampan. surprisingly, ini ditulis bareng indra herlambang. buku ini lumayan bisa mengatasi reading slumpku sih
Profile Image for Fa..
105 reviews9 followers
August 13, 2019
"...diri sendiri adalah musuh terbesar setiap manusia. Penghalang kita untuk melepaskan sesuatu yang sebenarnya adalah imajinasi dan obsesi saja. Tidak nyata."
.
.
#1Perempuan14Lakilaki // #DjenarMaesaAyu dkk // Gramedia Pustaka Utama // 2011 // 124 halaman
⭐⭐⭐🌟
.
.
hal yang selalu membuat saya tertarik dengan karya Djenar adalah keberanian beliau untuk menggunakan kata-kata yang kalau sama MUI jelas bakal diharamkan dan untung saja MUI tidak berurusan dengan buku-buku. buku kak Djenar bakal jadi inceran MUI hahaha
.
.
ketika banyak sekali buku yang saat ini makin mengada-ngada dengan memunculkan adegan-adegan ranjang tapi menurut saya membuatnya tak berkelas, Djenar dengan gaya selangkangannya justru membuat saya terpana. bertanya-tanya. kok bisa sih jadi sepuitis ini? kok bisa sih jadi tidak menjijikkan? kok bisa sih? kok bisa sih?
.
.
sejujurnya, saat membaca antologi ini saya jatuhnya tidak fokus karena mikir mana yang tulisan Kak Djenar mana yang si laki-laki. seperti yang ditulis di pengantar bahwa cara penulisan novel ini bergantian dari paragraf ke paragraf lain. Kak Djenar dan 1 Laki-laki begitu seterusnya dan jadilah 14 cerpen dari kolaborasi bersama 14 laki-laki. 14 Laki-laki ini awalnya saya kira orang yang memang hidupnya nulis, ternyata tidak eoy! waaah saya sampai kaget ada artis-artis yang juga jago nulis.
.
.
well, saya menyadari sih mana tulisan kak Djenar karena tulisannya selalu khas. beliau suka sekali dengan kalimat pengulangan dan tak lupa kalimat beraninya. dalam 14 cerpen ini yang menjadi favorit saya berjudul "Menyeruput Kopi di Wajah Tampan", cerpen yang dibuat bersama presenter tersohor Indra Herlambang. entah kenapa cerpen itu membuat saya jatuh cinta dan terluka di saat yang sama. ah bukan berarti 13 cerpennya jelek, tentu tidak. tapi di suatu antologi pasti ada yang menjadi favorit, bukan?
.
.
terima kasih kak Djenar, saya masih belum bosan membaca karya-karya Anda.
.
.
"Saya yang membuat keputusan tentang apa yang saya mau. Tidak ada urusan dengan orang-orang lain."
Profile Image for Fadilla Dwianti Putri.
78 reviews61 followers
September 17, 2011
Kalau pergi ke toko buku, biasanya saya gak pernah merencakan akan mau beli buku ini atau itu, sesuai minat dan yang menarik perhatian saja. Nah kebetulan saya menemukan buku ini di salah satu rak fiksi. Dan dari cover dan review di belakang bukunya saya cukup tertarik karena baru pertama kali saya menemukan sebuah buku yang isinya kolaborasi seorang penulis dengan empat belas orang lainnya yang bekerja di bidang yang berbeda-beda. Dan dengan buku setipis ini dengan harga yang cukup di atas rata-rata, saya berharap bahwa buku ini bisa memenuhi ekspektasi saya.

Ini adalah kali pertama saya membaca buku Djenar dan saya sedikit kecewa karena buku ini belum bisa memenuhi ekspektasi saya. Entahlah, mungkin saya memang tidak tertarik dengan buku fiksi dewasa yang berisi kata-kata vulgar dan kehidupan seks dan sebagainya. Dan saya pun tidak tahu bahwa kurang-lebih seluruh cerita yang ada di sini bergenre sama. Saya berharap bahwa cerita dan kata-kata tersebut hanya muncul pada beberapa cerita saja, tidak menjadi main point dari keseluruhan cerita.

Saya sempat berhenti pada halaman di depan dan tidak melanjutkannya sama sekali. Namun saya paling benci kalau sudah membaca sesuatu dan tidak menyelesaikannya. Maka saya tetap bertahan hingga lembar terakhir dan cukup berkata, "Oke."
Profile Image for Eva.
431 reviews6 followers
February 3, 2015
buku pertama djenar yang sy baca^^

Kunang-Kunang Dalam Bir (with Agus Noor)
..kuning..kuning.. cukup menarik, namun terkadang saya kehilangan rima.

Cat Hitam Berjari Enam (with Enrico Soekarno)
..terlalu jelas..

Menyeruput Kopi di Wajah Tampan (with Indra Herlambang)
..??!@##%W$^%..

Ramaraib (with Sardono W. Kusumo)
Saya menyukai tarian.. so I like this one!

Kupunyakupu (with Totot Indrarto)
...hahahaha..

Kulkas. Dari. Langit (with JRX)
setengah ngarti..?

Matahari di Klab Malam (with Arya Yudistira Syuman)
..dasar pria..ckckck..

Rembulan Ungu Kuru Setra (with Sujiwo Tejo)
..menarik.. tapi dijamin saya segera lupa..

Napas Dalam Balon Karet (with Richard Oh)
..hmm.. balon karet yang ditiup tidak akan pernah mengudara yow!

Bukumuka (with Nugroho Suksmanto)
...wkwkwkwk.....

RA Kuadrat (with Lukman Sardi)
pahit man!!

Dijerat Saklar (with Robertus Robet)
menggergaji ulu hati?!

Polos (with Mudji Sutrisno)
sepertinya saya mesti membaca Nayla dkk

Balsem Lavender (with Butet Kartaredjasa)
..hihihi..
2 reviews1 follower
July 4, 2012
Kekuatan Djenar Maesa Ayu di 1 Perempuan 14 Laki-laki menurut saya terletak pada keunikan cara penulisannya. Malam yang gemerlap di sebuah pub adalah waktu yang tepat untuk saling bertukar ide menuliskan sebuah cerpen yang dilakukan oleh dua orang. Bagaimana isi kepala dua orang, yang satu Djenar dan satunya ke 14 laki-laki itu ~dituangkan pada sebuah cerpen. Laptop Djenar yang diserahkan kepada partner di depannya untuk meneruskan baris kalimat dalam paragraf ketika Djenar "tersendat" adalah keunikan itu sendiri. Kenapa 14 laki-laki bukan 17 atau 19? Saya yakin ini dilakukan karena Djenar lahir pada tanggal 14 Januari. Bagaimana teknik menyatukan kata untuk sebuah cerita pendek yang tidak menyimpang dari alur cerita, ini juga kemampuan yang aduhai. Jika dilakukan oleh seorang saja, itu biasa ~tapi sebuah cerpen dikerjakan oleh dua orang secara bersama-sama. Salut buat 1 Perempuan 14 Laki-laki.

Menunggu ide unik Djenar berikutnya.
Profile Image for Dianita Yuanda.
5 reviews3 followers
January 18, 2013
aku tertarik beli buku ini karena ngeliat kalo ini kumpulan cerpenlagi. apalagi covernya cukup tersirat. Perempuan membentuk huruf 'V" dan judulnya 1 perempuan 14 laki laki, wow! hahaha

aku pikir pada awalnya akankah buku ini seberani 'jangan main-main dengan kelaminmu'? karena sepertinya djenar hobby banget menyiratkan seksualitas terpendam di bukunya

Ternyata ini buku kompilasi. aku sadar ketika membuka kalimat pengantarnya. cerita-demi cerita kulahap sampai selesai. Tetapi kemudian aku kecewa. buku ini jauh di bawah ekspektasiku, bahkan ada beberapa cerita yang aku baca, tapi aku tetep nggak ngerti apa maksudnya, mungkin memang otakku ga nyampe kali yah heheh

yah bintang dua saja untuk buku ini. Meski aku tetep salut dengan Djenar, salah satu pengarang perempuan indonesia yang sukses dengan karyanya
Profile Image for Nike Andaru.
1,478 reviews101 followers
January 27, 2011
Cukup baca sampe cerita ke 7 saja.

Awalnya saya bela-belain beli buku ini hanya kepengen tau aja bagaimana tulisan Djenar.
Sebelumnya yang saya dengar dari beberapa temen, Djenar menulis vulgar gitu katanya. Karena saya belom pernah baca satu pun buku-bukunya, saya merasa pengen tau, jadilah saya beli buku ini beberapa hari yang lalu.

Saya berharap buku ini berbeda dengan buku Djenar sebelumnya, karena disini Djenar menulis dengan 14 tokoh pria yang terkenal kayak Indra Herlambang dan juga Lukman Sardi. Tapi ternyataaa...
Saya ngerasa kok semua tulisannya selalu begitu ya dari cerita ke cerita laennya, jadi jengah sendiri nih bacanya.

Entahlah... sepertinya saya ga dulu deh kelarin baca buku ini.
Kalo ada yang mau, boleh nih saya kasih bukunya, atau mau tuker ama buku laen gitu? :D
Displaying 1 - 30 of 74 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.