Home Gaya Hidup UNY Teliti Manusia Kerdil dari Bengkulu: Kerap Dicemooh, tapi Setia Kawan

UNY Teliti Manusia Kerdil dari Bengkulu: Kerap Dicemooh, tapi Setia Kawan

Sleman, Gatra.com- Tiga mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berupaya mengubah stigma negatif terkait kehidupan sosial manusia kerdil atau cebol (dwarfisme) di Kecamatan Kedurang dan Padang Guci, Bengkulu Selatan.
 
"Populasi terbesar manusia kerdil ada di Desa. Di sini stigma negatif mengenai dwarfisme masih sangat tinggi sehingga tak jarang masyarakat memarginalkan mereka atas dasar fisik mereka yang berbeda," kata salah satu peneliti Arif Hidayat, Jumat (8/10).
 
Arif dari prodi Ilmu Komunikasi, bersama Giovani Eka Meilia dari prodi Pendidikan Luar Biasa dan Muhammad Agusti Saputra, prodi Psikologi, melakukan penelitian lapangan soal manusia kerdil.
 
Keberadaan manusia kerdil dengan ketinggian badan antara 90-120 cm di Desa Palak berjumlah 6-15 orang, sedangkan di Desa Kedurang mencapai 30 orang.
 
Arif memaparkan, mereka tertarik meneliti tentang dwarfisme karena di Desa Palak Siring manusia kerdil memiliki berbagai keunikan seperti mutasi gen dari pihak perempuan yang menyebabkan kondisi tubuh kerdil, serta tidak ada manusia kerdil yang bergender perempuan.
 
"Kami ingin menulis buku monograf dan video dokumenter terkait penerimaan diri, eksistensi, dan komunikasi manusia kerdil di desa ini," kata Arif.
 
Giovani Eka Meilia menambahkan, mereka menggunakan beberapa variabel dalam penelitian ini di antaranya sumber referensi digital, wawancara, angket tertutup, dan angket komunikasi interpersonal sebagai alat untuk melihat dan mengetahui kemampuan komunikasi antar-pribadi.
 
"Pertimbangan atau kriteria dalam pemilihan subjek yaitu cara berkomunikasi, pola kehidupan, dan bentuk interaksi di Desa Palak Siring yang menginterpretasikan akan dirinya dengan kondisi yang kerdil serta didukung pola pikir, usia, dan pendidikan," katanya.
 
Muhammad Agusti Saputra menjelaskan, hasil penelitian mereka menunjukkan masyarakat di Desa Palak Siring menerima kondisi manusia kerdil walaupun masih ada beberapa masyarakat luar yang memberikan cemooh.
 
"Manusia kerdil di Desa Palak Siring memiliki tekad yang tinggi dalam menempuh pendidikan dan juga mampu berinteraksi dengan masyarakat lainnya dengan baik," paparnya.
 
Penelitian juga menunjukka  fakta bahwa manusia kerdil akan selalu mendukung dan membela teman dalam kesulitan apapun, apalagi ketika ada orang yang mencemooh kondisi mereka yang kerdil.
 
Selaku orang tua, menurut penelitian, mereka punya kebanggaan tersendiri pada anaknya. Dengan kondisi kerdil, mereka bisa beradaptasi dengan masyarakat, bahkan ketika mendapat cemoohan mereka hanya diam dan bersabar karena kondisi kerdil adalah pemberian dari Tuhan.
 
Peneliti sepakat bahwa penelitian ini berupaya mengubah stigma manusia kerdil dengan meneliti keseharian mereka dan agar pemerintah Bengkulu Selatan memberi perhatian.
 
Penelitian ini berhasil meraih dana Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang riset sosial humaniora. Riset ini juga lolos seleksi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang dilaksanakan akhir Oktober secara daring.
5264