8 Keunikan Rumah Adat Tongkonan dari Toraja, Bisa Bertahan Ratusan Tahun

8 Keunikan Rumah Adat Tongkonan dari Toraja, Bisa Bertahan Ratusan Tahun

Elmy Tasya Khairally - detikSulsel
Minggu, 03 Mar 2024 06:07 WIB
Rumah Adat Toraja, Rumah Tongkonan
Foto: Rumah adat Tongkonan (Getty Images/Indra Woody)
Jakarta -

Indonesia kaya dengan keragaman budayanya. Setiap daerah di Indonesia memiliki pesona budaya yang berbeda-beda, mulai dari pakaian tradisional, tarian adat hingga rumah adatnya.

Salah satu rumah adat yang memiliki ciri khas unik adalah rumah Tongkonan dari Toraja. Berkat jenis kayunya, rumah ini mampu bertahan hingga ratusan tahun!

Mengenal Rumah Adat Tongkonan

Menurut repository UKI, nama Tongkonan berasal dari bahasa Toraja yang berarti duduk, bertemu, dan bermusyawarah untuk membahas masalah-masalah penting. Mengutip laman Balai Bahasa Sulsel Kemdikbud, konon, istilah ini muncul karena memang fungsi utama rumah tongkonan sebagai tempat masyarakat desa duduk berkumpul dan bermusyawarah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tongkonan terbentuk karena adanya hubungan kekerabatan atau keturunan dari sebuah keluarga yang membangun rumah itu bersama-sama. Jadi, Tongkonan tidak bisa dimiliki secara individu, namun diwariskan turun-temurun oleh marga Suku Toraja.

Tongkonan merupakan pusat kepemimpinan di bidang kemasyarakatan dan keagamaan. Pemimpinnya adalah pemangku atau penanggung jawab aluk/pamali. Dia juga merupakan pengawal ukuran tata kehidupan. Sehingga, seorang pemimpin tongkonan wajib menjamin berlakunya ketentuan-ketentuan aluk dan adat.

ADVERTISEMENT

Keunikan Rumah Adat Tongkonan

Rumah adat Tongkonan berupa bangunan panggung persegi panjang. Tongkonan dikenal dengan atapnya yang berbentuk perahu dengan buritan. Mengutip buku Tongkonan, Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja dari Kemdikbud oleh Weni Rahayu, berikut keunikan dari rumah adat ini.

1. Kayunya Mampu Bertahan Ratusan Tahun

Berbentuk panggung, bahan dasar utama rumah adat Tongkonan adalah kayu. Adapun jenis kayu yang digunakan adalah kayu Uru yang tidak dipernis. Hal ini membuat rumah mampu bertahan hingga ratusan tahun

2. Atap Rumah Menyerupai Perahu

Sekilas, atap rumah Tongkonan mirip dengan rumah adat bolon dari Sumatera Utara. Bentuknya melengkung seperti perahu dengan kedua ujung menjulang.

Bahan atapnya dibuat dari tumpukan bilah bambu yang bagian atasnya dilapisi rumbia, alang-alang, jung atau seng. Ada juga tongkonan tua yang atapnya berbahan dasar batu.

3. Ada Rangkaian Tanduk Kerbau

Pada tiang utamanya, di bagian depan terdapat rangkaian tanduk kerbau di tiang utama yang disusun dari atas ke bawah. Jumlah tanduk kerbau ini didapat dari upacara pengorbanan saat penguburan anggota keluarga.

Selain itu, jumlah tanduk kerbau juga melambangkan kemampuan ekonomi pemilik rumah serta menunjukkan tingginya derajat keluarga yang mendiami rumah tersebut. Sehingga, semakin banyaknya tanduk, semakin tinggi status sosial keluarga pemilik rumah.

4. Patung Kepala Kerbau di Depan Rumah

Pada bagian depan atas rumah, terdapat patung kepala kerbau, Ada yang berwarna hitam, putih, dan belang. Bagi pemilik rumah yang dituakan, tada tambahan patung naga atau kepala ayam.

5. Rahang Kerbau dan Babi di Bagian Kiri dan Kanan Rumah

Jika di bagian depan atas rumah ada kepala kerbau, di bagian kiri yang menghadap ke barat terpasang rahang kerbau yang pernah disembelih. Sementara di bagian kanan yang menghadap ke timur terpasang rahang babi.

6. Berpasangan dengan Alang Sura

Rangkaian bangunan rumah Tongkonan terdiri dari banua sura (rumah utama/rumah yang diukir) dan alang sura (lumbung yang diukir). Keduanya dianggap sebagai suami istri.

Terkadang, rumah dilengkapi dengan lumbung tidak berukir dan rumah panggung dengan ruangan yang lebih luas. Banua melambangkan seorang ibu yang melindungi anak-anaknya, sedangkan alang sura melambangkan peran ayah sebagai tulang punggung keluarga.

Keduanya berperan sebagai pengganti orang tua. Letak deretan banua dan alang saling berhadapan.

Di antara banua dan alang, terdapat ulu ba'ba, yaitu halaman memanjang. Biasanya, halaman ini digunakan untuk tempat bekerja, melumuri padi, bermain anak-anak dan menjadi 'ruang pengikat' dan penyatu dalam komplek. Halaman tersebut juga merupakan tempat bagi kegiatan ritual dalam upacara kematian atau pemakaman jenazah.

7. Menghadap ke Utara

Rumah Tongkonan selalu menghadap ke utara. Hal tersebut dihubungkan dengan sang pencipta yang diyakini masyarakat sekitar, yaitu Puang Matua.

Arah selatan dihubungkan dengan nenek moyang dan dunia kemudian, sedangkan arah barat dikenal sebagai nenek moyang yang didewakan. Semenara itu, arah timur dihubungkan dengan kedewaan.

8. Ornamen Ukiran

Tongkonan memiliki dinding dari kayu yang dihiasi ukiran. Motifnya bermacam-macam, mulai dari tumbuhan, hewan, bentuk geometri, benda di langit, cerita rakyat dan lain-lain.

Ukiran-ukirannya mengandung makna dan nilai-nilai kehidupan yang berkaitan erat dengan falsafah hidup orang Toraja. Beberapa di antaranya yaitu nasihat agar menjalani hidup dengan baik dan benar, selalu bekerja keras, saling menghargai, selalu menjaga persatuan dan kekeluargaan, serta ketakwaan kepada Tuhan.

Itulah penjelasan mengenai Rumah Tongkonan dan 8 keunikannya. Selain Tongkonan, Toraja juga memiliki rumah adat bernama barung-barung. Rumah inilah yang menjadi tempat tinggal pribadi setiap orang Toraja.



Simak Video "Kepala Otorita IKN Bantah Ada Penggusuran Rumah Warga Adat"
[Gambas:Video 20detik]
(elk/row)