Batik khas Jogja merupakan salah satu batik populer di Indonesia yang kerap jadi pilihan. Beragam motif batik khas Jogja memiliki makna dan filosofinya tersendiri. Simak penjelasan berikut ini.
Dikutip dari buku Kebanggaan Indonesia Batik Menjadi Warisan Dunia oleh Dodi Mawardi, batik berasal dari bahasa Jawa 'Ambatik', yaitu amba dan titik. Amba artinya kain yang lebar, sedangkan titik atau matik merupakan kata kerja yang artinya membuat titik. Sehingga, disimpulkan batik adalah titik-titik yang digambar pada kain yang lebar sehingga menghasilkan pola-pola yang indah.
Jogja yang disebut sebagai Kota Budaya juga terkenal akan karya seni batiknya yang memiliki beragam motif khas yang sarat akan makna dan filosofinya. Lalu, apa saja ragam motif dan filosofi batik khas Jogja? Yuk simak 5 motif batik khas Jogja dan filosofinya di bawah ini.
Motif Batik Khas Jogja dan Filosofinya
Motif Batik Ciptoning
Dikutip dari laman resmi Ditjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI, motif batik ciptoning berasal dari kata 'cipta hening' atau 'cipta bening' yang diartikan cipta yang murni tidak tercampur dari nafsu duniawi yang dianggap kotor. Batik ciptoning terdapat gambar wayang Arjuna yang mesu diri, menekung, dan menembah sehingga bisa berhasil dalam mengalahkan hawa nafsu. Tokoh Arjuna ini dimaknai sebagai kebijaksanaan sehingga harapannya batik ciptoning membawa kesan berwibawa, sopan, bijaksana, dan memiliki tata krama bagi para pemakainya.
Cntoh motif batik kawung Foto: istimewa |
Motif Kawung
Mengutip sibakuljogja.jogjaprov.go.id, motif kawung digambarkan dengan empat buah bulatan lonjong yang menyilang yang memiliki makna keadilan dan keperkasaan. Motif ini awalnya hanya diperuntukkan oleh keluarga kerajaan diharapkan melalui motif ini seorang raja dapat menjadi pemimpin sekaligus pelindung bagi rakyatnya. Namun, kini motif tersebut dapat digunakan oleh siapa saja dan memiliki makna tambahan suci dan murni.
Motif Ceplok Kasatrian
Mirip ceplok kasatrian sekilas mirip motif kawung secara penataannya, tetapi yang membedakan adalah motif ceplok kasatrian membentuk sekuntum bunga yang sebagian besar juga menggunakan unsur meru, garuda, dan parang dan memberi makna kegagahan.
Contoh motif batik parang kusuma Foto: Stocklib/Ayolhoiso |
Motif Parang
Motif Parang ini diketahui motif sakral yang hanya digunakan di beberapa acara dan termasuk dalam kategori motif larangan yang hanya boleh digunakan untuk raja dan keturunannya. Dikutip dari lib.ub.ac.id, motif parang diciptakan sejak zaman Keraton Mataram sehingga menjadi motif batik tertua di Indonesia. Berasal dari kata 'pereng' yang artinya lereng menggambarkan motif parang yang membentuk garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal.
Motif Geblek Renteng
Motif geblek renteng ini motif khas dari Kulon Progo yang terdiri dari ikon kabupaten tersebut, yaitu geblek, sebagai motif utamanya. Di antara motif geblek, ditorehkan lambang Binangun yang digambarkan sebagai kuncup bunga yang akan mekar, memiliki makna bahwa Kulon progo merupakan daerah yang sebentar lagi akan mekar menjadi permata indah dari pulau Jawa. Di sampingnya terdapat motif buah manggis yang merupakan flora khas Kulon Progo. Ketiga motif tersebut dibuat dengan pola naik turun sebagai perlambang bahwa alam di Kulon Progo yang sangat bervariasi, mulai dari pegunungan, dataran tinggi, hingga dataran rendah dan pantai.
Nah, itu tadi sejumlah informasi motif batik khas jogja lengkap dengan filosofinya. Semoga menjadi pengetahuan tambahan yang bermanfaat untuk kelestarian seni dan budaya batik, khususnya di Jogja!
Artikel ini ditulis oleh Fiesta Inka Purwoko peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Cantiknya Permainan Seni Video Mapping di Cagar Budaya Jogja"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)
Komentar Terbanyak
Mensos Risma Janjikan Bantuan Usaha ke Eks Napi Terorisme
Menteri Risma Segera Susun Peta Jalur Lahar Dingin Gunung Marapi
Permintaan Maaf Debt Collector Usai Kepung Pemobil di Jogja