20 Contoh Puisi Berbagai Tema untuk Rayakan Hari Puisi Nasional

20 Contoh Puisi Berbagai Tema untuk Rayakan Hari Puisi Nasional

Allysa Salsabillah Dwi Gayatri - detikJatim
Sabtu, 27 Apr 2024 20:00 WIB
Hari Puisi Sedunia 2023 diperingati pada 21 Maret. Tujuan peringatannya adalah merayakan bentuk ekspresi, identitas budaya, dan bahasa manusia dalam bentuk karya sastra puisi.
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/ultramarinfoto)
Surabaya -

Tanggal 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Penetapan tanggal tersebut berdasarkan tanggal wafat sang penyair legendaris yaitu Chairil Anwar.

Peringatan ini ditujukan untuk mengenang wafatnya Chairil Anwar.

Puisi adalah salah satu karya sastra yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Umumnya puisi seringkali mencerminkan perasaan dan pengarangnya yang terikat oleh kebahasaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Puisi Berbagai Tema

Dihimpun dari berbagai sumber, berikut contoh puisi:


1. Mati Muda - Soe Hok Gie

Ada orang yang menghabiskan waktunya ke Mekkah

ADVERTISEMENT

Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Mirasa

Tapi aku ingin menghabiskan waktuku di sisimu sayangku

Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu


Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mandalawangi

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danau

Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biapra

Tapi aku ingin mati di sisimu

Manis ku


Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya

Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu

Mari sini sayang ku

Kalian yang pernah mesra

Yang simpati dan pernah baik pada ku


Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung

Kita tak pernah menanamkan apa-apa

Kita tak kan pernah kehilangan apa-apa


Nasib terbaik adalah tak pernah dilahirkan

Yang kedua, dilahirkan tapi mati muda

Dan yang tersial adalah berumur tua

Berbahagialah mereka yang mati muda


Mahluk kecil

Kembalilah dari tiada ke tiada

Berbahagialah dalam ketiadaanmu

2. Tak Sepadan - Chairil Anwar

Aku kira:

Beginilah nanti jadinya

Kau kawin, beranak dan berbahagia

Sedang aku mengembara serupa Ahasvéros.


Dikutuk sumpahi Eros

Aku merangkaki dinding buta

Tak satu juga pintu terbuka.


Jadi baik juga kita padami

Unggunan api ini

Karena kau tidak 'kan apa apa

Aku terpanggang tinggal rangka.


3. Januari - Taufiq Ismail

Butiran logam membunuh saudara

Dirabanya pinggangnya

Ketika dia rubuh


Sejemput dendam meluluh hatiku

Di mana kuburnya Semakin Jauh

Semakin jauh


Luka-lukamu

Luka bumi kita

Luka langit yang rapuh


Rumpun-rumpun bambu

Dan lereng akasia

Tempatmu berteduh


Mataya trembesi

Ngembara di padang lalang

Direnggutkan ke bumi

Dengan tujuh letusan


4. Istirahatlah Kata-Kata - Wiji Tukul

Istirahatlah kata-kata

jangan menyembur-nyembur

orang-orang bisu

kembalilah ke dalam rahim


Segala tangis dan kebusukan

dalam sunyi yang meringis

tempat orang-orang mengingkari

menahan ucapannya sendiri


tidurlah, kata-kata

kita bangkit nanti

menghimpun tuntutan-tuntutan

yang miskin papa dan dihancurkan


nanti kita akan mengucapkan

bersama tindakan

bikin perhitungan

tak bisa lagi ditahan-tahan


5. Kekasih - WS Rendra

Kekasihku seperti burung murai.

Suaranya merdu.

Matanya kaca.

Hatinya biru.


Kekasihku seperti burung murai.

Bersarang indah di dalam hati.

Muraiku,

hati kita berdua adalah pelangi selusin warna.


6. Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu


Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu,


Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu


7. Dengan Puisi, Aku - Taufiq Ismail

Dengan puisi, aku bernyanyi

Sampai senja umurku nanti


Dengan puisi, aku bercinta

Berbatas cakrawala


Dengan puisi, aku mengenang

Keabadian yang akan datang


Dengan puisi, aku menangis

Jarum waktu bila kejam mengiris


Dengan puisi, aku mengutuk

Nafas zaman yang busuk


Dengan puisi, aku berdoa

Perkenankanlah kiranya


8. Surat Cinta - Goenawan Mohamad

Bukankah surat cinta ini ditulis

ditulis ke arah siapa saja

Seperti hujan yang jatuh ritmis

menyentuh arah siapa saja


Bukankah surat cinta ini berkisah

berkisah melintas lembar bumi yang fana

Seperti misalnya gurun yang lelah

dilepas embun dan cahaya.


9. Doa Seorang Pesolek - Joko Pinurbo

Tuhan yang cantik,

temani aku yang sedang menyepi

di rimba kosmetik.


Nyalakan lanskap

pada alisku yang gelap.


Ceburkan bulan

ke lubuk mataku yang dalam.


Taburkan hitam

pada rambutku yang suram.


Hangatkan merah

pada bibirku yang resah.


Semoga kecantikanku tak lekas usai

dan cepat luntur seperti pupur.


Semoga masih bisa kunikmati hasrat

yang merambat pelan menghangatkanku

sebelum jari-jari waktu

yang lembut dan nakal

merobek-robek bajuku.

Sebelum Kau Senyapkan warna.


Sebelum Kau Oleskan lipstik terbaik

ke bibirku yang mati kata.


10. Selamat Tinggal - Chairil Anwar

Perempuan


Aku berkaca

Bukan buat ke pesta


Ini muka penuh luka

Siapa punya?


Kudengar seru-menderu

dalam hatiku?

Apa hanya angin lalu?


Lalu lain pula

Menggelepar tengah malam buta


Ah...!!!


Segala menebal, segala mengental

Segala tak kukenal....


Selamat tinggal...!!!


11. Kutukan Diri - Pramoedya Ananta Toer

Kemudian datang jua

Ini diri hampir kaku dalam rangkulan

Kemampuan jiwa

Sedang deram genderang tinggal terdengar sayup

Hampir lenyap ditelan peternakan tubuh

Berderet-deret.


Ini pengembara bantingan egoisme Hawa

Berteriak sepanjang lorong mengemis pelepasan

Dan pelepasan peretas perderetan ini peternakan

Setan ! - dia telampau besar

Dimahalkan hilangnya kebiasaan menimang anak tubuhnya.


Pengecut ! Pengecut ! ini diri belum berani

Dibiarkan juga genderang menyekarat

Di lereng-lereng lembah belum diolah

Dan matahari tambah condong

Memburu tiap diri cari selimut sembunyian.


12. Cinta yang Agung - Kahlil Gibran

Cinta yang Agung - Kahlil Gibran

Adalah ketika kamu menitikkan air mata

dan masih peduli terhadapnya..


Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu

dan kamu masih menunggunya dengan setia..


Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain

dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata

"Aku turut berbahagia untukmu"


Apabila cinta tidak berhasil

Bebaskan dirimu


Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya

dan terbang ke alam bebas lagi..


Ingatlah, bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya..


Tapi ketika cinta itu mati

kamu tidak perlu mati bersamanya


Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang

Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh


13. Aku Ingin - Sapardi Djoko Samono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


14. Padamu Jua - Amir Hamzah

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku padamu

Seperti dahulu


Kaulah kandil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap

Melambai pulang perlahan

Sabar, setia selalu


Satu kekasihku

Aku manusia

Rindu rasa

Rindu rupa


Di mana engkau

Rupa tiada

Suara sayup

Hanya kata merangkai hati


Engkau cemburu

Engkau ganas

Mangsa aku dalam cakarmu

Bertukar tangkap dengan lepas


Nanar aku gila, gila sasar

Sayang berulang padamu jua

Engkau pelik menarik ingin

Serupa dara di balik tirai


Kasihmu sunyi

Menunggu seorang diri

Lalu waktu bukan giliranku

Mati hari - bukan kawanku


15. Hilang (Ketemu) - Sutardji Calzoum Bachri

Batu kehilangan diam

jam kehilangan waktu

pisau kehilangan tikam

mulut kehilangan lagu

langit kehilangan jarak

tanah kehilangan tunggu

santo kehilangan berak


Kau kehilangan aku


Batu kehilangan diam

jam kehilangan waktu

pisau kehilangan tikam

mulut kehilangan lagu

langit kehilangan jarak

tanah kehilangan tunggu

santo kehilangan berak


Kau ketemu aku


16. Kepada Uang - Joko Pinurbo

Uang, berilah aku rumah yang murah saja,

yang cukup nyaman buat berteduh

senja-senjaku, yang jendelanya

hijau menganga seperti jendela mataku.


Sabar ya, aku harus menabung dulu.

Menabung laparmu, menabung mimpimu.

Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.


Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,

yang cukup hangat buat merawat

encok-encokku, yang kakinya

lentur dan liat seperti kaki masa kecilku

17. Rumah - Sitor Situmorang

Laut dan darat tak dapat lagi didiami

Benahilah kamar di hatimu

Atau - mari diam dalam rumahku,

Bumi yang tak berumah satu


Atau - tahanlah sendiri

(Lama sudah)

Di rumah-rumah sepi

Tiada laki


Lampu setia

Yang menunggui diri

Serta kursi-kursi

Dan jam di malam tua.

18. Lagu Kerinduan - Ajip Rosidi

Wajahmu antara batang kelapa langsing

Menebar senyum dan matamu menjadikan daku burung piaraan

Semua hanya bayangan kerinduan: kau yang nun entah di mana

Mengikuti setiap langkahku, biarpun ke mana


Kujalani kelengangan hari

Sepanjang pagar bayangan: wajahmu menanti

Langkah kuhentikan dan kulihat

Hanya senyummu memenuhi jagat


19. Aku Akan Tugur - Goenawan Mohamad

Aku akan tugur sepanjang malam

di Puri Tua itu, Dulcinea.

Menjaga mimpimu,

meski kau tak pernah ada.


Jalan putih, bulan putih,

fajar jauh, aku sendiri

seperti tonggak

sebelum gempa.


Kutulis sajak yang lelah,

mungkin

di pelana dingin

seperti somnabulis terakhir.


yang menempuh pasir, sepanjang malam

dari tingkap itu, Dulcinea,

dengan kasut sedih

kata-kata.


20. Janganlah Jauh - W.S Rendra

Janganlah jauh

bagai bulan

hanya bisa dipandang.


Jadilah angin

membelai rambutku.


Dan kita nanti

akan selalu berjamahan.


Artikel ini ditulis oleh Allysa Salsabillah Dwi Gayatri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom



Simak Video "Mengenang Sosok Chairil Anwar di Balik Hari Puisi Nasional 28 April"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/fat)