Sejarah Candi Songgoriti Kota Batu yang Berdiri di Tengah Sumber Air Panas

Urban Legend

Sejarah Candi Songgoriti Kota Batu yang Berdiri di Tengah Sumber Air Panas

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Kamis, 18 Jan 2024 20:37 WIB
Candi Songgoriti
Candi Songgoriti di Kota Batu (Foto: M Bagus Ibrahim)
Kota Batu -

Kota Batu selain memiliki beragam destinasi wisata ternyata juga mempunyai tempat-tempat peninggalan bersejarah. Salah satu peninggalan bersejarah paling menarik adalah situs Candi Songgoriti.

CandiSonggoriti terletak di DesaSonggokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu atau berada di lembah yang memisahkan GunungArjuno dengan lereng Gunung Kawi pada ketinggian 1.300DPL.

Diketahui, candi yang terbuat dari batu andesit itu hanya tersisa bagian batur persegi panjang dengan panjang 14,7 meter, lebar 8,25 meter dan tinggi 0,85 meter. Selain batur, kaki dan badan utuh. Sedangkan bagian atap runtuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarawan asal Malang Suwardono mengatakan jika melihat dari arca dan arsitekturnya Candi Songgoriti menyerupai bangunan abad 9-10 masehi. Candi Songgoriti merupakan candi patirthan, dibangun berhubungan dengan sumber air panas yang keluar dari dalam tanah atau artesis.

Candi SonggoritiCandi Songgoriti di Kota Batu (Foto: M Bagus Ibrahim)

"Di situ (lokasi Candi Songgoriti) awalnya ada mata air panas yang tersembur keluar dari sungai bawah tanah yang diduga bersumber dari Gunung Welirang. Semburan itu sama seperti yang keluar di Cangar," ujar Suwardono kepada detikJatim, Kamis (18/1/2024).

ADVERTISEMENT

Masyarakat Hindu yang mengetahui adanya sumber air panas tersebut kemudian mendirikan sebuah bangunan pemujaan yang kini dikenal dengan sebutan Candi Songgoriti. Menariknya, bagian bawah ruang induk Candi Songgoriti merupakan sumber air panas.

"Sumber air panas itu secara teknis dialirkan melalui sela-sela kaki candi yang diberi pipa dan keluar menyatu dan tertampung sebagai kolam air yang diberi pagar dinding-dinding batu mengitari kolam, yang nantinya air dari kolam buatan itu dialirkan lagi melalui pancuran yang ada dinding-dinding sisi kolam," terangnya.

Bangunan Candi Songgoriti juga tidak memiliki pintu masuk. Hal itu menandakan, dalam proses pemujaan masyarakat kala itu tidak perlu naik ke candi, cukup berada di pinggir kolam air. Sehingga Candi Songgoriti berperan sebagai transformator dari air belerang yang dulu dipercaya masyarakat sebagai air suci yang mujarab.

Suwardono sendiri menyebut, terdapat korelasi antara Candi Songgoriti dengan Prasasti Sangguran yang dibuat tahun 928 Masehi. Prasasti yang saat ini berada di Inggris tersebut diketahui pertama kali ditemukan di wilayah Ngandat atau Desa Mojorejo, Kota Batu.

Ia menjelaskan dalam Prasasti Sangguran itu bertanggal 14 paro terang (suklapaksa) bulan Srawana 850 saka atau bila dikonversikan ke penanggalan Masehi adalah 2 Agustus 928 M atas perintah Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa mengutus patihnya, Rakryan Mapatih Pu Sindok Sri Isanawikrama dari kerajaan Mataram kuno, Jawa Tengah, bahwa Desa Sangguran yang masuk wilayah Waharu, dijadikan sima atau Desa perdikan yang penghasilannya diperuntukkan bagi kelangsungan bangunan suci para pandai besi (sima kajurugusalyan) di Mananjung.

"Di dalam prasasti itu membicarakan bahwa sima di Ngandat itu ditanami tanaman yang menghasilkan dan hasilnya diperuntukkan bagi kelangsungan bangunan suci para pandai besi bernama sima kajurugusalyan di Mananjung. Saya menganggap bangunan suci para pandai besi itu mengarah pada Candi Songgoriti," ungkapnya.

Sedangkan untuk lokasi para pandai besi yang disebut mananjung tersebut, dari hasil penelusurannya itu berada di kawasan Belik Tanjung, Kecamatan Batu, Kota Batu. Hal itu, berdasarkan laporan zaman Belanda yang menyebut banyak ditemukan benda-benda bersejarah di Belik Tanjung.

Seperti diketahui, Candi Songgoriti pertama kali ditemukan Van Ijsseldijk pada tahun 1799. Candi Songgoriti dipugar Pemerintah Hindia Belanda dipimpin Jonathan Rigg dan Brumund pada 1849 dan 1863.

Kemudian tahun 1902 J. Knebel melakukan inventarisasi dan dilanjutkan dengan restorasi tahun 1921. Bentuk candi yang ada sekarang merupakan hasil restorasi tahun 1938-1944 Oudheidkundige Dienst Hindia Belanda.



Simak Video "Aturan Hukum yang Berlaku di Kasultanan Ngayogyakarta"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/iwd)