Sejarah Kelam Lumpur Lapindo Sidoarjo yang Menyembur 17 Tahun Silam

Sejarah Kelam Lumpur Lapindo Sidoarjo yang Menyembur 17 Tahun Silam

Nanda Syafira - detikJatim
Senin, 29 Mei 2023 14:35 WIB
Luas lahan yang ditenggelamkan lumpur mencapai 640 hektar. Ribuan rumah dan persawahan sirna sejak lumpur menyembur 26 Mei 2006. Bagaimana keganasan lumpur yang mengusir penduduk dari 4 desa dan 3 kecamatan di Sidoarjo itu .Semburan lumpur lapindo belum juga berhenti meski sudah menginjak tahun ke 9. Sejak menyembur pada 29 Mei 2006, luapan lumpur ini telah menenggelamkan sejumlah desa di tiga kecamatan di Sidoarjo. Seluas 640 hektar lahan kini berubah menjadi kolam penampungan lumpur. Ini penampakan ganasnya lumpur lapindo yang direkam pada tahun 2006 dan 2007. budi Sugiarto/file/detikfoto
Lumpur Lapindo Sidoarjo waktu itu/Foto: Budi Sugiharto
Sidoarjo -

Hari ini, 29 Mei 2023, tepat 17 tahun semburan lumpur Lapindo, yang kini disebut lumpur Sidoarjo. Berikut ulasannya.

Lumpur Lapindo merupakan bencana yang terjadi di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Pada 18 Mei 2006, PT Lapindo Brantas melakukan pengeboran mencapai 8.500 kaki. Sebelum pengeboran dilakukan, pihak perusahaan sempat diingatkan terkait pemasangan pipa selubung. Itu harus dilakukan sebelum pengeboran.

Namun semburan lumpur panas mulai terjadi pada 29 Mei 2006 pukul 05.30 WIB. Titik semburan berjarak 150 meter dari permukiman. Warga pun mencium bau gas yang menyengat dari semburan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semburan lumpur itu diketahui berasal dari sumur Banjarpanji 1, Porong, Sidoarjo. Atau bagian dari kegiatan pengeboran eksplorasi gas Blok Brantas milik PT Lapindo Brantas.

Terlepas dari adanya pengeboran, dua hari sebelum semburan lumpur Sidoarjo terjadi, gempa mengguncang Yogyakarta. Meski begitu, belum diketahui apakah ada pembuktian ilmiah mengenai keterkaitan antara gempa bumi dengan semburan lumpur yang terjadi, seperti dikutip detikFinance.

ADVERTISEMENT

Yang pasti, semburan lumpur panas itu tak dapat dikendalikan hingga meluber ke mana-mana. Lumpur menggenangi ruas jalan Tol Surabaya-Gempol hingga ditutup.

Sebagai upaya untuk menanggulangi bencana itu, didirikan tanggul untuk menahan lumpur agar tak masuk ke permukiman warga. Namun pada 10 Agustus 2006, sejumlah tanggul jebol hingga membanjiri permukiman warga.

Pada 18 April 2007, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden RI kala itu mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007, tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Selain itu, dibentuk pula Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo.

Hingga tahun 2008, semburan lumpur tak kunjung berhenti. Bahkan semakin meluas. Per harinya, lumpur menyembur hingga sekitar 100 meter kubik.

Semburan lumpur itu menyebabkan 25 ribu jiwa dari 8 desa di 3 kecamatan harus mengungsi. Mereka kehilangan lahan dan rumahnya, yang tenggelam dalam lumpur.

Lumpur itu juga memakan korban jiwa. Pada 7 September 2010 sekitar pukul 22.30 WIB, gas metana yang keluar menyebabkan tiga rumah terbakar beserta penghuni di dalamnya. Peristiwa itu terjadi di RT 3, RW 2, Siring, Porong.

Hingga saat ini, semburan lumpur masih bisa disaksikan dari atas tanggul di titik 21 yang berada di Kelurahan Siring, Porong. Dari situ, tampak jelas asap hitam pekat yang membumbung tinggi serta lumpur panas masih juga menyembur.

Ada opsi yang menjadi solusi jangka pendek untuk mengurangi debit lumpur yang terus mengalir. Salah satunya dengan mengalirkan aliran lumpur ke sungai Porong, yang dilakukan sejak 2010.

Kemudian sebagai bentuk tanggung jawab atas kerugian warga, pemerintah meminjamkan dana sebesar Rp 773,38 miliar kepada Grup Bakrie yang dialokasikan untuk ganti rugi dan pembelian tanah milik warga yag terdampak.

Bencana ini mengakibatkan 10.426 rumah warga dan 77 rumah ibadah terendam lumpur. Hingga saat ini, persoalan mengenai kerugian yang dialami korban baik dari warga maupun perusahaan, masih belum sepenuhnya selesai.

Beberapa tahun lalu, Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Amien Widodo, mengungkapkan semburan lumpur Sidoarjo mengandung 'harta karun'. Kandungan dalam lumpur ini disebut langka.

Temuan itu berdasarkan riset soal potensi lumpur Sidoarjo yang dilakukan tim terpadu riset mandiri (TTRM) ITS. Hasil riset tersebut menemukan kandungan lithium dalam lumpur Sidoarjo.

Dalam hasil kajian Badan Geologi Kementerian ESDM, disebutkan bahwa semburan lumpur panas di Porong Sidoarjo memiliki kandungan logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth, yang dapat dimanfaatkan untuk sejumlah industri. Mulai industri telekomunikasi, industri komputer, bahan pembuatan baterai kendaraan listrik dan nuklir.



Simak Video "Penampakan Serangan Ulat Bulu Bikin Gatal Warga di Lumajang"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/dte)