Sepenggal Kisah Kawah Putih: Eksplorasi Junghuhn dan Sosok Domba Lukutan

Sepenggal Kisah Kawah Putih: Eksplorasi Junghuhn dan Sosok Domba Lukutan

Yuga Hassani - detikJabar
Jumat, 06 Mei 2022 07:00 WIB
Kawasan wisata Kawah Putih.
Kawah Putih(Foto: Yuga Hassani)
Bandung -

Objek wisata Kawah Putih Ciwidey memiliki keindahan alam yang sangat luar biasa. Apalagi adanya air danau berwarna putih kehijauan, sangat kontras dengan batu kapur yang mengelilingi Danau Kawah Putih.

Keindahan objek wisata Kawah Putih Ciwidey menyimpan sejarah yang cukup menarik. Cerita sejarah tersebut berkaitan dengan Gunung Patuha yang menaungi Kawah Putih, apalagi Gunung Patuha terkenal sangat angker pada zamannya.

Nama Gunung Patuha sendiri berasal dari kata Pak Tua. Artinya, gunung itu adalah yang tertua di Pulau Jawa. Dengan itu, keangkeran pada zamannya telah menyebar mulut ke mulut masyarakat sekitar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada zamannya dahulu, tidak ada satu pun orang yang berani mendekati gunung tersebut. Bahkan sejumlah burung pun tidak berani terbang melintasi wilayah tersebut.

Eksplorasi Junghuhn Pecahkan Misteri Patuha

Kabar keangkeran tersebut sampai di telinga seorang ilmuan tanaman kelahiran Jerman, yakni Franz Wilhelm Junghuhn. Dengan itu, Junghun tak mempedulikan asal usul cerita dan langsung melakukan penelitian di Gunung Patuha pada tahun 1837.

ADVERTISEMENT

Dalam penelitiannya, Junghun menembus belantara hutan Gunung Patuha dengan berniat memecahkan misteri di gunung tersebut. Perjalanan Junghuhn pun membuahkan hasil dengan menemukan sesuatu pada puncak tersebut.

Kawasan wisata Kawah Putih.Kawasan wisata Kawah Putih. Foto: Yuga Hassani

Junghuhn malah melihat pemandangan luar biasa, yakni sebuah danau kawah yang indah. Kawah tersebut menyengatkan bau belerang yang sangat tinggi kandungannya. Hal tersebut lah yang membuat burung-burung enggan terbang melewati gunung tersebut.

Pada masa kolonial Belanda, gunung setinggi 2.436 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut langsung dibangun pabrik belerang bernama Zwavel Ontgining Kawah Putih. Namun pada saat Indonesia dijajah Jepang, pabrik tersebut berganti nama menjadi Kawah Putih Kenzaka Gokoya Ciwidey.

Sosok Domba Lukutan

Selain itu, beredar juga keyakinan masyarakat setempat bahwa di puncak gunung yang bernama Puncak Kapuk adalah tempat bertemunya para leluhur.

Selain itu, di puncak tersebut juga terdapat 7 juga makam leluhur yang namanya berawalan Eyang, diantaranya Eyang Jaga Satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barabak, Eyang Baskom, dan Eyang Jambrong. Kemudian para leluhur tersebut dipimpin oleh Eyang Jaga Satru.

Di puncak keramat tersebut, banyak masyarakat setempat meyakini terdapat adanya Domba Lukutan. Domba Lukutan tersebut dipercayai sebagai jelmaan para leluhur.

"Domba lukutan itu memang mungkin salah satu mitos kalau menurut saya. Jadi ada kepercayaan yang menyebar di masyarakat sekitar, bahwa di area puncak Kawah Putih itu ada yang namanya Puncak Kapuk. Memang di jam-jam tertentu semacam ada kumpulan kabut atau awan. Sehingga berkumpul kaya kapuk. Nah di situ lah dipercaya titik berkumpulnya para leluhur. Di situ ada tujuh eyang berdasarkan kepercayaan masyarakat, diantaranya ada Eyang Jagasatru, sebagai pemimpin dari para sesepuh itu," ujar Dudung Pengelola Kawah Putih saat ditemui detikJabar.

Patung domba lukutan yang menjadi ikon Kawah PutihPatung domba lukutan yang menjadi ikon Kawah Putih Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Dudung menjelaskan di suatu waktu para leluhur tersebut berubah wujud menjadi Domba Lukutan tersebut.

"Nah di suatu kala mereka berubah wujud menjadi domba-domba itu, karena mereka ada di area hutan, itu kadang tidak terlihat seperti lumut. Maka disebutlah domba lukutan, lumut itu dalam bahasa sunda adalah lukut," jelasnya.

Pihaknya mengungkapkan saat ini pengelola telah membuat patung Domba dikarenakan dengan adanya cerita masyarakat mengenai hal tersebut yang kuat.

"Makanya di sana kita buat patung Domba sebagai salah satu wujud dari yang beredar di masyarakat, dan cukup kuat. Di sisi lain kan sudah ditetapkan juga oleh pemerintah, kita punya situs Sunan Ibu di atas itu, yang jadi sekarang spot untuk Sunrise. Nah itu mengarah di Sunan Ibu," ucapnya.

Wisata Edukasi

Hingga saat ini masyarakat sekitar tetap menjaga tradisi ruwatan yang menjadi tradisi tahunan. Hal tersebut dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Sang Maha Pencipta.

"Kemudian banyak juga terutama di malam Jumat atau di hari-hari tertentu biasanya mereka banyak yang berdoa, berziarah," katanya.

Dudung menambahkan cerita-cerita sejarah Gunung Patuha hingga Domba Lukutan tersebut saat ini telah dijadikan sebagai wisata edukasi bagi pengunjung. Bahkan, kata dia, sata ini telah dibangun patung Domba sebagai simbol mengenai cerita-cerita tersebut.

"Sementara ini Domba ini ya menarik juga, makanya kemarin banyak pertanyaan mengapa ada patung Domba, ya kita sampaikan ceritanya, sejarahnya, seperti itu, jadi terkait dengan perkembangan syiar agama juga. Jadi ada wisata edukasinya, selain wisata menikmati pemandangan alam," ucap Dudung.



Simak Video "Aniaya Anak 4 Tahun hingga Tewas di Angkot, Ayah Tiri Ditangkap"
[Gambas:Video 20detik]
(bbn/yum)