Ketua Viking Bicara soal Kerusuhan Antar Suporter di Liga 1

Ketua Viking Bicara soal Kerusuhan Antar Suporter di Liga 1

Sudirman Wamad - detikJabar
Kamis, 07 Sep 2023 19:46 WIB
Ketua Viking Persib Club, Tobias Ginanjar.
Ketua Viking Persib Club Tobias (Foto: Istimewa/Instagram Tobias Ginanjar).
Bandung -

Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang seakan tak menjadi pembelajaran. Faktanya, kerusuhan antar suporter di Indonesia masih terjadi.

Dua kejadian yang paling disorot dalam beberapa pekan terakhir adalah kerusuhan antara suporter PSIS Semarang dan Persib Bandung. Pada pekan kesembilan Liga 1 2023/2024, PSIS menjamu Persib di Stadion Jatidiri, 20 Agustus 2023. Persib menang 2-1 atas PSIS pada laga tersebut.

Usai pertandingan, terjadi kurusuhan antar suporter PSIS dan Persib. Bobotoh hadir di Stadion Jatidiri. Padahal, PSSI telah menerbitkan larangan agar suporter tak menyaksikan laga tandang secara langsung di stadion.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Viking Persib Club Tobias Ginanjar juga mendapatkan sanksi dari Komdis PSSI. Tobias hadir pada laga tersebut. PSSI memberikan sanksi unik terhadap Tobias, yakni mewajibkan Tobias untuk mengimbau agar suporter tak menonton laga tandang di stadion. Imbauan itu wajib dilakukan di media sosial Tobias.

Setelah kerusuhan di Semarang, kerusuhan juga kembali terjadi usai laga Persija Jakarta lawan Persib di Stadion Patriot, Bekasi, Sabtu (2/9/2023). Bobotoh asal Bogor Wawan Ridwan menjadi korban tindakan kekerasan. Wawan pun menjalani perawatan di rumah sakit.

ADVERTISEMENT

Tobias membantah jika suporter dianggap tak belajar dari tragedi Kanjuruhan. Tragedi yang masih diperjuangkan oleh sejumlah kelompok suporter dan keluarga korban untuk mendapatkan keadilan.

"Sebenarnya bukan tidak belajar, semua suporter saya rasa dengan tragedi Kanjuruhan, semuanya berpikir bukan hanya suporter. Tapi, semuanya terpukul dan semuanya tidak ingin hal itu terjadi," ucap Tobias.

Tobias mengatakan, sejatinya ada momentum agar suporter untuk saling damai setelah tragedi Kanjuruhan. "Nah, seharusnya momentum ini dimanfaatkan untuk suporter itu melanjutkan silaturahmi, saling mengunjungi dan lain sebagainya," ucap Tobias.

Dia menjelaskan momentum untuk saling bersilaturahmi antar suporter itu terbatasi dengan regulasi pelarangan datang ke laga tandang. Tobias menyebut aturan tersebut menghambat proses silahturahmi antar suporter.

"Saya rasa itu membatasi atau akan menghambat momentum tersebut. Bukannya gimana-gimana, yang punya kapasitas dan punya sumber daya untuk, setiap pertandingan, tentunya punya potensi risiko rusuh dan sebagainya, cuma yang berhak menilai itu seharusnya kepolisian," papar Tobias.

Ia menjelaskan, kepolisian punya perangkat dalam memitigasi kerusuhan. Sehingga, kepolisian pun berhak untuk merekomendasikan apakah laga di Liga 1 bisa disaksikan suporter tamu, atau tidak. Sebab, lanjut dia, setiap laga punya risiko kerusuhan yang berbeda.

"Jadi bukan disamaratakan di setiap pertandingan. Tapi ini sudah menjadi aturan. Mudah-mudahan ketika sudah ada aturan ini, PSSI memanfaatkan momentum untuk menyusun tata cara dan lain sebagainya agar ke depannya ketika larangan away ini dicabut, mereka sudah punya semacam guidence," kata Tobias.

"Jadi, ketika semua suporter saling mengunjungi itu bisa aman semuanya," katanya.

(sud/mso)