Prakiraan Puncak Musim Hujan dari BMKG, Waspada Bencana Hidrometeorologi Basah

Prakiraan Puncak Musim Hujan dari BMKG, Waspada Bencana Hidrometeorologi Basah

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 22 Des 2023 14:00 WIB
Air menggenangi ruas jalan akibat hujan deras selama hampir dua jam di Kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (20/12/2023). (Yurgo Purab/detikBali)
Foto: Air menggenangi ruas jalan akibat hujan deras selama hampir dua jam di Kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (20/12/2023). (Yurgo Purab/detikBali)
Jakarta -

Awal musim hujan di berbagai wilayah di Indonesia telah dimulai sejak November 2023. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan akan terjadi bulan Januari hingga Februari 2024.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan potensi bencana hidrometeorologi basah akan tinggi pada musim hujan 2023/2024. Bencana hidrometeorologi basah contohnya banjir, longsor, dan angin kencang.

Peningkatan Curah Hujan di Indonesia

Berdasarkan prakiraan BMKG pada periode Natal dan tahun baru (nataru), curah hujan di Indonesia akan meningkat pada akhir 2023 dan awal 2024. Ini berpotensi bencana banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dwikorita menyampaikan wilayah-wilayah yang perlu diwaspadai adalah yang berpotensi banjir seperti daerah aliran sungai (DAS), bantaran sungai, dan lereng-lereng bukit.

"Banjir tidak selalu terjadi karena hujan lebat. Hujan biasa saja juga bisa menimbulkan banjir, terutama di wilayah yang memiliki lahan kritis," kata Dwikorita, dikutip dari rilis laman resmi BMKG pada Jumat (22/12/2023).

ADVERTISEMENT

Guna mengantisipasinya, Dwikorita mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan potensi bencana banjir dan tanah longsor. Selain itu, masyarakat diminta selalu update informasi dari BMKG melalui aplikasi ataupun media sosial.

Waspada Cuaca Ekstrem Saat Nataru

Dwikorita sebelumnya juga meminta agar masyarakat waspada cuaca ekstrem saat periode Natal dan tahun baru (nataru). Dia menjelaskan, cuaca ekstrem ini adalah dinamika atmosfer yang disebabkan oleh posisi Indonesia yang diapit dua benua dan dua samudra.

"Waspadai untuk wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk Jawa dan Sumatera bagian selatan itu, setelah Natal hingga sampai setelah tahun baru, awal bulan. Itu potensi hujan lebat bisa sampai ekstrem dapat disertai angin kencang," terangnya usai rapat dengan Menteri Perhubungan Budi Karya dan Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono di Kantor Kemenhub, Jakarta Pusat pada Selasa (19/12/2023), dikutip dari sumber yang sama.

Potensi cuaca ekstrem menurutnya juga perlu diperhatikan sebelum perayaan Natal, khususnya di wilayah utara Indonesia yang berbatasan dengan daerah khatulistiwa.

"Namun, sebelum Natal, perlu kewaspadaan di wilayah Indonesia bagian utara, terutama di Utara khatulistiwa, Sumatera Utara, Aceh, dan Kalimantan," ujarnya.

Dwikorita menyebutkan selama periode Nataru juga ada potensi gelombang tinggi di Samudra Hindia, Pasifik, dan Selat Sunda.



Simak Video "BMKG Wanti-wanti Potensi Cuaca Ekstrem Selama Pancaroba"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia