Ini yang Terjadi Jika Kulit Manusia Bisa Berfotosintesis, Bisa Lebih Kuat?

Ini yang Terjadi Jika Kulit Manusia Bisa Berfotosintesis, Bisa Lebih Kuat?

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 13 Apr 2023 07:00 WIB
Baby girl finger pointing to itchy hand skin after mosquito bites on white towel background. Point of view shot. Closeup. Top down view.
Foto: Getty Images/iStockphoto/FotoDuets/kulit manusia
Jakarta -

Fotosintesis adalah reaksi kimia yang terjadi pada tumbuhan dengan zat klorofil hijau dengan bantuan sinar matahari. Ketika proses fotosintesis berjalan, tumbuhan dapat membuat makanannya sendiri.

Tapi, apa hanya tumbuhan yang memanfaatkan proses fotosintesis? Ternyata tidak loh!

Dikutip dari laman Live Science, disebutkan bila beberapa hewan menggunakan sinar matahari untuk bertahan hidup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contohnya kutu daun dapat menghasilkan sebuah pigmen yang dapat diproses menjadi sebuah senyawa bernama adenosin trifosfat (ATP) dengan bantuan cahaya. Senyawa itu digunakan kutu daun untuk menggerakkan reaksi dengan sel.

Hewan lain memanfaatkan proses fotosintesis tumbuhan di sekitarnya dan mencuri zat hijau daun milik tumbuhan tersebut. Ia adalah siput laut Elysia.

ADVERTISEMENT

Dengan mencuri zat kloroplas mereka jadi memiliki makanan dan bisa hidup dengan cara berfotosintesis selama berbulan-bulan.

Lalu bagaimana dengan manusia?

Rekayasa Fotosintesis di Manusia

Menurut Lindsay Turnbull, seorang ahli ekologi tumbuhan di Universitas Oxford di Inggris, pada dasarnya tumbuhan dapat hidup dari proses fotosintesis karena memiliki daun yang lebar dan rata. Dengan demikian, mereka bisa memanen cahaya sebanyak mungkin.

Selain itu, mereka juga membutuhkan lebih sedikit energi karena tidak beraktivitas aktif seperti hewan maupun manusia.

Jika manusia ingin bisa berfotosintesis seperti daun, kita harus memiliki permukaan yang mampu menampung kebutuhan energi harian agar bisa bertahan hidup.

Lindsay menjelaskan manusia setidaknya harus memiliki kulit dengan klorofil seluas lapangan tenis bila ingin melakukan proses fotosintesis.

Fotosintesis juga membutuhkan karbon dioksida dalam prosesnya. Diketahui tumbuhan memiliki pori-pori yang disebut dengan stomata.

Stomata berguna untuk memasok gas karbondioksida. Sayangnya hal itu tak dimiliki manusia, karena pori-pori kulit manusia mungkin akan membiarkan unsur lain bocor seperti kelembaban. Hal itu terbukti merugikan tubuh manusia.

Dampak Kulit Fotosintesis pada Manusia

Bila berandai lebih jauh, apa yang akan terjadi bila manusia benar-benar memiliki kulit hijau yang mampu berfotosintesis?

Menjawabnya, penulis fiksi ilmiah pemenang penghargaan John Scalzi memberikan gambaran dalam novelnya berjudul "Old Man's War".

Tokoh utama dalam novel tersebut adalah tentara yang dilengkapi dengan tubuh penuh rekayasa genetik. Tentara itu memiliki otak cybernetic implant yang mampu membuatnya kuat, cepat, tangkas dan memiliki kulit hijau dengan kekuatan fotosintetik.

Di dalam novel disebutkan kekuatan fotosintetik yang dimiliki tentara adalah untuk menambah sebuah energi ekstra. Sehingga setiap waktu ia bisa merasa lebih segar dan mampu melakukan berbagai tugas.

John menyatakan bila manusia memiliki kulit fotosintesis, setidaknya kita untung hingga 3-5%. Karena menurutnya proses fotosintesis sama seperti manusia yang meminum kopi dengan kafein tinggi.

Jadi, bila memiliki kulit fotosintesis kita akan merasa segar seperti disuntikkan kafein secara gratis. Energi tambahan yang didapat dalam proses fotosintesis tentu saja akan diambil oleh otak.

Dengan demikian ketika kemampuan otak berkembang, manusia mungkin saja sudah mencapai titik revolusi industri pada tahun 10.000 SM bukannya 1800 Masehi.

Selanjutnya orang mungkin akan bertanya-tanya apakah manusia yang memiliki kulit fotosintesis akan lebih suka tinggal di daerah beriklim cerah? Jawabannya mungkin saja.

"Jika mereka pindah ke daerah gurun kehidupan akan lebih baik namun mereka mungkin memiliki masalah sumber daya lain yang harus dihadapi, seperti kekurangan air. Akan selalu ada dua sisi," ujar John Scalzi.

Ketika ditanya apakah John ingin menginginkan kulit fotosintesis, jawabannya mengejutkan. Karena menurutnya kulit fotosintesis bukan hal yang terlalu penting bahkan ada di prioritas menengah ke bawah.

"Tidak ada salahnya, tetapi saya tidak melihat manfaat darinya (kulit fotosintesis) begitu besar sehingga saya akan sepenuhnya mengubah cara agar bisa mendapat manfaat lainnya," tutup John.



Simak Video "Potret Buku Bersampul Kulit Manusia, Segini Harganya"
[Gambas:Video 20detik]
(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia