Kaktus Ditemukan Tumbuh di Pegunungan Dingin, Pertanda Apa? Begini Studinya

Kaktus Ditemukan Tumbuh di Pegunungan Dingin, Pertanda Apa? Begini Studinya

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 13 Feb 2023 18:30 WIB
A Palestinian farmer picks prickly pears off cacti during the harvest season at a farm in Gaza City on July 17, 2022.
 (Photo by Majdi Fathi/NurPhoto via Getty Images)
Kaktus pir berduri tumbuh di Pegunungan Alpen yang dikenal bersalju. Pertanda apakah fenomena ini? Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto
Jakarta -

Kaktus pir berduri (Opuntia ficus-indica) ditemukan tumbuh di Pegunungan Alpen Swiss yang dikenal bersalju. Padahal, jenis kaktus ini umumnya tumbuh di wilayah beriklim panas dan kering seperti Grand Canyon.

Dikutip dari Science Alert, kaktus pir berduri menyebar secara signifikan di beberapa daerah Alpen di Swiss dan Italia.

"Di beberapa bagian Valais, kami memperkirakan kaktus ini dapat mendiami sepertiga permukaan tanah yang ada," kata ahli biologi Yann Triponez yang bekerja di layanan perlindungan alam setempat, seperti dikutip dari the Guardian, Senin (13/2/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peringatan Iklim

Keberadaan tumbuhan wilayah iklim panas dan kering ini dinilai sebagai peringatan perubahan iklim yang terus terjadi. Ahli botani Peter Oliver mengatakan, kendati lebih suka hidup di wilayah beriklim panas, kaktus pir berduri dapat hidup di wilayah dengan suhu serendah -15o Celcius.

Namun, cuaca basah tetap bisa membuat kaktus ini tidak bertahan hidup dan membusuk.

ADVERTISEMENT

Oliver menjelaskan, salju yang mencair karena perubahan iklim membuat tutupan salju di Pegunungan Alpen berkurang secara signifikan. Alhasil, kaktus pir berduri yang seharusnya tumbuh di wilayah panas dan kering jadi tumbuh subur di kawasan yang semula dingin dan basah bersalju tersebut.

Berkurangnya Tutupan Salju di Pengunungan Alpen

Tutupan salju di Pegunungan Alpen berkurang drastis karena peningkatan suhu imbas pemanasan global, seperti dilaporkan Marco Carrer dkk di jurnal Nature Climate Change, dipublikasi Minggu (12/2/2023).

Dalam 50 tahun terakhir, salju Pegunungan Alpen menurun 5,6 persen.

Lebih lanjut, antara 1971-2019, kedalaman salju Alpen rata-rata di bulan November-Mei menurun hingga 8,9 persen per dekade. Wilayah ini pun mengalami puncak bersalju kurang dari 1 bulan saja, yang mana belum pernah terjadi selama 6 abad terakhir.

Bahaya Pegunungan Alpen Tanpa Salju

Carrer dkk mengingatkan, ada berbagai konsekuensi jika tutupan salju berkurang. Sebab, manusia dan spesies lain di sekitar wilayah Pegunungan Alpen bergantung pada salju.

Contoh, akibat pemanasan global ini, sumber penghasilan sektor wisata dan rekreasi warga setempat pun jadi terdampak karena pengunjung tidak lagi ke resor ski, bermain olahraga musim dingin atau sekadar menikmati pemandangan dengan ski lift puncak musim ski.

Lebih penting lagi, menurunnya tutupan salju Alpen turut mengurangi pasokan air utama di banyak negara, seperti dikutip dari laman RFI.

Sebab, salju Alpen adalah reservoir air terpenting di Eropa sebagai pemasok sungai-sungai besar yang melintasi Eropa tengah dan selatan. Penurunan cadangan air ini dapat berdampak pada lingkungan lokal dan permintaan untuk keperluan pertanian, industri, dan rumah tangga.

Untuk itu, Carrer dkk mengingatkan bahwa pengembangan strategi adaptasi untuk mengatasi dampak pemanasan global akibat aktivitas manusia perlu segera dilakukan demi membantu kehidupan di sekitarnya.



Simak Video "Aktivis Iklim Demo di Kantor Penyiaran Inggris, Protes Penyangkalan Iklim "
[Gambas:Video 20detik]
(twu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia