16 Faktor Penyebab Korupsi dari Aspek Individu hingga Organisasi

16 Faktor Penyebab Korupsi dari Aspek Individu hingga Organisasi

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 09 Mar 2022 13:45 WIB
Poster
Faktor penyebab korupsi internal dan eksternal. Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Faktor penyebab korupsi dapat muncul aspek internal individu maupun dari lingkungan yang memungkinkan praktiknya. Psikolog dari Universitas Indonesia Sarlito W. Sarwono mengatakan, ada dua dorongan tindak korupsi.

Menurut Sarlito, dorongan pertama berasal dari dalam diri dan dorongan kedua berasal dari luar diri. Dorongan dari luar juga mencakup teman, kesempatan, kurang kontrol, dan lain. lain, seperti dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan oleh Ani Sri Rahayu.

Berikut faktor penyebab korupsi selengkapnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

A. Faktor Penyebab Korupsi dari Aspek Internal

1. Sifat selalu merasa kurang

Tindak pidana korupsi dapat terjadi karena adanya wewenang. Wewenang umumnya disertai dengan hak pemegang wewenang. Namun bila seseorang memiliki sifat selalu merasa kurang, maka dapat muncul rasa rakus atau serakah, seperti dikutip dari Suara Generasi tentang Budaya Antikorupsi oleh Umi Fitriani, dkk.

ADVERTISEMENT

Rasa ingin lebih inilah yang dituruti pelaku korupsi sehingga menuntaskannya dengan cara korupsi, merugikan hak banyak pihak demi kepentingan pribadi. Sifat selalu merasa kurang merupakan faktor internal penyebab korupsi.

2. Moral lemah

Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan dan tekanan ini dapat muncul dari atasan, teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberikan celah korupsi, seperti dikutip dari Etika Administrasi Publik oleh Rudiyansyah, S.Sos, M.AP. dan Dahlan, S.Pd., M.Pd., M.Si.

3. Penghasilan kurang mencukupi

Penghasilan seorang pegawai dari sebuah pekerjaan seharusnya memenuhi atau sejalan dengan kebutuhan hidup yang wajar. Jika tidak, maka seseorang cenderung berusaha memenuhinya dengan berbagai cara. Ketika tidak ada peluang, maka seseorang bisa jadi memanfaatkan celah korupsi, baik korupsi waktu, tenaga, maupun pikiran untuk hal-hal di luar pekerjaan yang seharusnya.

4. Kebutuhan hidup yang mendesak

Pada situasi terdesak terkait ekonomi, dapat terbuka ruang bagi seseorang untuk menempuh jalan pintas baik maupun buruk. Salah satu jalan pintas yang buruk yaitu korupsi.

5. Gaya hidup konsumtif

Kehidupan di kota besar kerap mendorong gaya hidup seseorang berperilaku konsumtif. Perilaku konsumtif berisiko membuka celah korupsi demi memenuhi kebutuhan hidup jika tidak diimbangi dengan pendapatan memadai.

6. Malas atau tidak mau bekerja

Sejumlah orang ingin mendapat hasil dari suatu pekerjaan tanpa berusaha. Sifat malas ini berisiko memicu seseorang melakukan cara yang mudah dan cepat demi mencapai tujuan. Salah satu cara tersebut adalah korupsi.

B. Faktor Penyebab Korupsi dari Aspek Organisasi

1. Kurangnya sikap keteladanan pimpinan

Posisi pimpinan dalam lembaga formal maupun informal berpengaruh penting bagi anggotanya. Jika pemimpin melakukan korupsi, terbuka kemungkinnan bagi anggotanya untuk mengambil risiko yang sama.

2. Tidak ada kultur organisasi yang benar

Kultur organisasi berpengaruh pada anggotanya. Jika tidak dikelola dengan baik, maka sebuah kultur organisasi dapat memicu situasi yang tidak kondusif dan perbuatan negatif di lingkungan kehidupan organisasi. Salah satu perbuatan negatif tersebut di antaranya korupsi.

3. Kurangnya sistem akuntabilitas yang benar

Sistem akuntabilitas yang tidak memadai, visi-misi serta tujuan dan sasaran yang berlu ditetapkan dengan jelas, serta kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki berisiko memicu situasi organisasi kondusif untuk praktif korupsi.

4. Kelemahan sistem pengendalian manajemen

Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar atau lemah pengendalian manajemen di sebuah organisasi, maka semakin terbuka peluang perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawainya.

5. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi

Umumnya, jajaran manajemen menutupi tindakan korupsi yang dilakukan segelintir oknum dalam organisasinya. Akibat sifat tidak transparan tersebut, pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk.

C. Faktor Penyebab Korupsi dari Aspek Tempat

1. Nilai di masyarakat memungkinkan korupsi

Nilai di masyarakat berisiko memicu langgengnya korupsi. Korupsi dapat timbul dari budaya masyarakat seperti menghargai seseorang berdasarkan kekayaan. Kondisi ini dapat memicu seseorang tidak kritis, seperti dari mana kekayaan tersebut didapat.

2. Masyarakat kurang sadar dirinya korban korupsi

Anggapan umum di masyarakat adalah yang rugi karena korupsi adalah negara. Padahal jika negara rugi, yang rugi adalah masyarakat karena proses anggaran pembangunan dipangkas para pelaku korupsi.

3. Masyarakat kurang sadar dirinya terlibat korupsi

Terbiasa pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara terbuka berisiko membuat masyarakat tidak kritis pada aktivitas korupsi yang dilakukannya. Contoh, di sebuah daerah kerap terlihat pegawai pulang atau ke pusat perbelanjaan jauh sebelum waktu kerja usai sehingga jamak ditiru pekerja yang lebih muda.

4. Masyarakat kurang sadar korupsi bisa dicegah dan diberantas

Pandangan umum yang kerap berlaku di tengah masyarakat yaitu mencegah dan menindak korupsi merupakan tanggung jawab pemerintah. Padahal, pencegahan dan pemberantasan korupsi di lingkungan pribadi dan profesional merupakan tanggung jawab semua masyarakat.

5. Aspek peraturan perundang-undangan

Korupsi juga berisiko timbuh karena adanya kelemahan dalam peraturan perundang-undangan. Peraturan tersebut dapat berisi poin yang hanya menguntungkan penguasa, tidak berkualitas, kurang disosialisasikan, sanksi terlalu ringan, penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu, serta lemah di bidang evaluasi dan revisi.

Faktor penyebab korupsi di atas menyebabkan berkurangnya kepercayaan atas pelaku, mendistorsi pengambilan keputusan yang baik untuk semua pihak, meniadakan sistem promosi dan hukuman yang objektif berdasar kinerja, hingga menghasilkan pembangunan dan fasilitas umum bermutu rendah dan tidak berkelanjutan. Yuk, hindari praktik korupsi.



Simak Video "Hal Memberatkan-Meringankan 10 Pegawai ESDM Mark Up Tukin"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia