Sejarah Seni Lukis Bali dan Penjelasan Gaya Sanur, Batuan, Ubud

Sejarah Seni Lukis Bali dan Penjelasan Gaya Sanur, Batuan, Ubud

Bayu Ardi Isnanto - detikBali
Senin, 26 Des 2022 19:16 WIB
Contoh seni lukis Bali.
Foto: Buku Perjalanan Seni Lukis Indonesia: Koleksi Bentara Budaya
-

Kesenian Bali memiliki ciri khas yang kental, seperti pada seni tari, seni musik, seni pahat hingga seni lukis. Di sini kita akan fokus mengulas mengenai seni lukis Bali yang memiliki sejarah panjang. Selain sejarahnya, kita juga akan mengulas satu per satu gaya seni lukis yang ada di Bali.

Sejarah Seni Lukis Bali

Seni lukis Bali memiliki perjalanan panjang hingga berevolusi menjadi karya seni seperti yang sekarang kita nikmati. Sejarahnya bisa kita tengok sejak zaman prasejarah, zaman penjajahan dan berlanjut hingga era modern.

Berikut ini sejarah seni lukis Bali yang dirangkum dari Journal of Urban Society's Art Volume 3 No. 1 April 2016 dan penelitian di FPRD Universitas Pendidikan Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Masa Prasejarah

Nenek moyang orang Bali yang disebut orang Bali Aga dan Bali Mula sudah tinggal di Bali sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Masyarakat saat itu mengenal kesenian yang kebanyakan berfungsi untuk ritual kepercayaan mereka.

Mereka membuat banyak karya seperti punden berundak, sarkofagus, dolmen. Di masa ini, seni lukis juga mulai berkembang.

ADVERTISEMENT

2. Masa Sebelum Penjajahan

Masa sebelum penjajahan yang dimaksud ialah sebelum masuknya kerajaan-kerajaan Jawa yang menguasai Bali. Pada era ini, seni lukis juga digunakan untuk kepentingan keagamaan, yaitu agama Hindu.

Lukisan digunakan untuk kepentingan menghias pura atau rumah-rumah golongan masyarakat dari kasta atas di Bali. Karya-karya seni ini diwujudkan dalam bentuk tokoh dewa, pahlawan-pahlawan, wiracarita, dan figur-figur legendaris.

Seni lukis waktu itu dominan menggunakan warna merah, putih, hitam dan kuning keemasan, yang merupakan simbol kepercayaan. Warna merah melambangkan Dewa Brahma, warna putih melambangkan Dewa Wisnu, warna hitam melambangkan Dewa Siwa.

Selain itu, sudah muncul pula motif poleng, yakni motif kotak-kotak hitam putih yang saat ini masih sering kita lihat jika berada di Bali. Motif ini melambangkan empat arah mata angin yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan alam.

3. Masa Penjajahan-Masa Klasik

Bali dahulunya merupakan daerah jajahan kerajaan-kerajaan Jawa, antara lain Kerajaan Mataram Hindu saat dipimpin Raja Sanjaya (732 M). Saat itu ialah masa ketika Jawa sedang mengalami masa kesenian klasik (7-9 M), sehingga kesenian Jawa banyak mempengaruhi kesenian Bali.

Kemunduran Wangsa Syailendra membuat Bali dipimpin oleh kerajaan-kerajaan kecil asli Bali. Namun Bali kembali dikuasai oleh kerajaan Jawa Timur, yakni pimpinan putra Kerajaan Udayana, Airlangga (1014-1047). Pada masa ini, muncul karya seni arsitektur seperti Candi Gunung Kawi, Goa Gajah, dan Bukit Darma.

Bali kembali menjadi daerah mandiri setelah Airlangga meninggal dunia. Namun pada 1222-1292, Bali dikuasai Kerajaan Majapahit sampai keruntuhannya karena masuknya kerajaan Islam. Masyarakat Majapahit dari berbagai lapisan pun menjadikan Bali sebagai tempat pelarian.

Mereka juga membawa keseniannya menuju Bali sehingga kebudayaan Jawa Hindu berkembang kuat di Bali. Meski demikian, masyarakat Bali tidak menerima mentah-mentah budaya tersebut. Ada upaya mereka mempertahankan ciri khas Bali, sehingga kesenian Bali semakin kaya.

Perkembangan seni lukis pun terus berlangsung sesuai kebudayaan yang dibawa penguasa. Pada masa kejayaan Kerajaan Klungkung, kerajaan mendorong tercapainya kemahiran melukis dalam berbagai aspek.

Puncak seni lukis masa klasik terjadi pada masa pemerintahan Dalem Watu Renggong pada abad ke-17 hingga 18, terutama dengan kemunculan seniman pelopor seni lukis wayang gaya Kamasan yang bernama I Gede Mersadi dan bergelar Sangging Modara.

4. Masa Modern

Kesenian Bali mencapai masa modern seiring kedatangan Belanda di Indonesia. Kebudayaan Barat yang dibawa bangsa Eropa pun diterima orang Bali, sehingga memberikan warna baru pada kesenian Bali.

Beberapa seniman Belanda datang ke Bali antara lain Rudolf Bonnet, Walter Spies, Le Mayeur, W.G. Hofker, Romualdo Locatelli, dan beberapa pendatang lainnya. Pada tahun 1932, muncul kelompok seni Eropa-Bali bernama Pita Maha yang didirikan oleh Rudolf Bonnet, Walter Spies, Cokorda Gede Agung Sukawati, Cokorda Gede Raka Sukawati, Cokorda Gede Rai Sukawati, dan I Gusti Nyoman Lempad. Awalnya, anggota Pita Maha sebanyak sekitar 150 orang.

Tujuan keberadaan Pita Maha awalnya untuk merangsang seni dan untuk memberikan minat dalam kemudahan bahan kepada para anggotanya. Karya-karya seni mereka diseleksi oleh para ahli seni dan diperjualbelikan. Pita Maha hanya mengambil sedikit dari keuntungan untuk menutup biaya operasional.

Gaya Seni Lukis Bali

Semenjak munculnya Pita Maha yang membawa seni lukis ke masa modern, karya-karya mereka menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya. Terutama karya Spies dan Bonnet memunculkan gaya seni lukis Bali, yaitu gaya Ubud, Batuan dan Sanur.

1. Gaya Ubud

Contoh seni lukis Bali.Foto: Buku Perjalanan Seni Lukis Indonesia: Koleksi Bentara Budaya

Pengaruh Spies dan Bonnet mempengaruhi gaya Ubud dengan pengolahan komposisinya yang lebih dinamis, penggarapan perspektif dan pemilihan warna. Gaya ini juga memperkenalkan penggunaan bahan dan peralatan lukis dari Barat, seperti cat air, cat minyak dan tempera. Pengaruh mereka juga tampak pada gradasi gelap terang.

2. Gaya Batuan

Contoh seni lukis Bali.Foto: Buku Perjalanan Seni Lukis Indonesia: Koleksi Bentara Budaya

Gaya Batuan memiliki ciri khas suasana malam hari yang seram dengan menampilkan hantu berbentuk yang aneh, monster binatang, penyihir wanita, dan mayat penghisap darah. Gaya pewayangan tidak tidak terlihat pada gaya ini. Objek berupa figur manusia digambar secara frontal. Objek lain seperti gunung, pohon, daun sering muncul untuk melukiskan perspektif.

3. Gaya Sanur

Contoh seni lukis Bali.Foto: Buku Perjalanan Seni Lukis Indonesia: Koleksi Bentara Budaya

Gaya lukisan Sanur terinspirasi oleh laut dan kehidupan sehari-hari. Banyak seniman yang menggambarkan kehidupan laut, makhluk-makhluk laut, kura-kura, kepiting, dan adegan-adegan mandi. Seniman yang menekuni Gaya Sanur antara lain adalah Ida Bagus Nyoman Rai, I Ketut Regig.

Demikian tadi penjelasan mengenai sejarah seni lukis Bali mulai dari masa prasejarah, masa penjajahan Kerajaan Hindu Jawa, masa klasik hingga modern yang berkembang hingga memunculkan gaya Ubud, Batuan dan Sanur.



Simak Video "Pesona Wisata Sumenep: Pantai, Sejarah, dan Tradisi"
[Gambas:Video 20detik]
(bai/fds)