Katanya El Nino, Kenapa Jabodetabek Hujan Terus?

CNN Indonesia
Jumat, 07 Jul 2023 15:40 WIB
Banyak wilayah RI, termasuk Jabodetabek, masih rutin dilanda hujan usai pengumuman resmi kehadiran El Nino. Ada apa sebenarnya?
Ilustrasi. Dua hari terakhir Jabodetabek dilanda hujan deras sore. (NurPhoto via Getty Images/NurPhoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hujan lebat yang mengguyur banyak wilayah RI, termasuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), terkait belum kuatnya fenomena El Nino serta masih aktifnya sejumlah fenomena atmosfer.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap fenomena iklim yang memicu penurunan curah hujan global, El Nino, sudah mulai bergeliat.

Awalnya, fenomena La Niña, yang memicu kemarau basah dalam tiga tahun terakhir, good bye pada Februari 2023. Kondisi anomali suhu di Pasifik, El Niño-Southern Oscillation (ENSO), pun ada pada fase netral, Maret–April 2023.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mulai Juni, ENSO Netral beralih menuju fase El Nino. BMKG pun mewanti-wanti musim kemarau kering lantaran El Nino berduet dengan fenomena pemanasan laut di Samudera Hindia, Indian Ocean Dipole (IOD).

ADVERTISEMENT

Selamat datang kekeringan? Belum.

Faktanya, terutama dalam dua hari terakhir, Jabodetabek masih rutin dilanda hujan cukup lebat terutama pada sore hari.

Dalam 'Ikhtisar Cuaca Harian Kamis 6 Juli 2023', BMKG mengungkapkan deret enam besar wilayah yang jadi 'juara' hujan lebat itu berdasarkan pengukuran di beberapa titik pengamatan.

Di antaranya, secara berurutan, adalah titik pantau di Kebun Raya Bogor (curah hujan 97 mm), AWS IPB Bogor (55,2 mm), Katulampa, Jabar, (45 mm), Pompa Ancol, Jakarta Utara (35 mm), Halim, Jakarta Timur (30 mm), Pompa Arcadia, Jaksel, (18 mm).

Apa sebabnya?

El Nino tak signifikan

BMKG menuturkan salah satu penyebab utamanya adalah El Nino dan fenomena iklim global lainnya belum signifikan.  

"Hasil analisis kondisi iklim global menunjukkan potensi terjadinya El Nino dengan nilai NINO 3.4 sebesar +0.94."

"Meskipun demikian, nilai SOI (Southern Oscillation Index) terpantau sebesar +2.0 dan DMI (Dipole Mode Index yang terkait IOD) sebesar -0.21 yang menunjukkan kondisi netral," tutur lembaga.

Madden Jullian Oscillation (MJO)

Fenomena atmosfer ini sebenarnya terpantau ada di kuadran 2 (Samudera Hindia, Netral) dan tidak berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Namun, gangguan fenomena MJO secara spasial terpantau aktif di wilayah Samudra Hindia barat Sumatra, sebagian besar pulau Sumatra, Selat Karimata.

Selain itu, Laut Jawa, Selat Sunda, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, pulau Kalimantan, pulau Sulawesi, Maluku Utara, Maluku dan sebagian Papua Barat, "yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut."

Gelombang ekuator

Gelombang atmosfer di sekitar khatulistiwa ini terlacak signifikan memengaruhi kondisi hujan.

Fenomena gelombang ekuator yang aktif antara lain Gelombang Rossby Ekuator, Gelombang Kelvin, Gelombang dengan Low Frequency yang cenderung persisten.

"Analisis OLR (Outgoing longwave radiation), MJO, dan aktivitas gelombang ekuator menunjukkan kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif di Sumatera bagian Selatan, Pesisir Selatan P. Jawa, Bali, NTB, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat."

Daerah konvergensi

BMKG mendeteksi pusat pertemuan angin di RI alias daerah konvergensi yang cenderung memicu hujan.

"Pantauan daerah konvergensi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan pertumbuhan awan hujan di Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat dan Papua."

Suhu muka laut

Kenaikan suhu permukaan laut disebut berkontribusi terhadap curah hujan, termasuk di sekitar Laut Jawa.

:Dengan anomali +0.5⁰C- +2.5⁰C yang dapat meningkatkan potensi penguapan (penambahan massa uap air) berada di Slt. Malaka, L. Jawa, Slt. Madura, L. Bali, Slt. Makassar, Tlk. Bone, Tlk. Tomini, L. Maluku, L. Banda, L. Flores, L. Arafuru bag timur, L. Seram, L. Halmahera, Tlk. Cendrawasih."

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER