Jenis Kapal Perang RI yang Hadir di Laut Natuna Hadapi China

CNN Indonesia
Selasa, 07 Jan 2020 15:38 WIB
TNI menerjunkan 8 kapal perang, salah satunya jenis Fregat untuk amankan Perairan Natuna dari ancaman kehadiran kapal China di laut RI.
Operasi siaga tempur TNI di perairan Natuna hadapi China. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tentara Nasional Republik Indonesia (TNI) menerjunkan delapan Kapal Republik Indonesia (KRI) untuk mengamankan Perairan Natuna, Kepuluan Riau dari ancaman kehadiran kapal nelayan China yang masuk ke wilayah Indonesia.

Kepala Dinas Penerangan Koarmada I Letkol Laut (P) Fajar Tri Rohadi mengatakan TNI mengerahkan beberapa jenis kapal, diantaranya kapal Korvet dan Fregat ke wilayah Natura Utara tersebut.

"Kita turunkan KRI jenis Korvet dan Fregat," kata Fajar kepada CNNIndonesia.com, Selasa (7/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa kapal jenis Korvet yang dimaksud Fajar adalah KRI Tjiptadi 381 dan KRI Teuku Umar 385, KRI John Lie 358, KRI Sutendi Senoputra 378, dan KRI Usman-Harun 359.

KRI jenis Korvet diketahui diperuntukkan untuk menghadapi kapal perang dan kapal selam karena dibekali dengan tabung peluncur torpedo.

ADVERTISEMENT


Adapun untuk KRI jenis Fregat, TNI menurunkan kapal KRI Ahmad Yani 351, KRI Karel Satsuit Tubun 356. Kapal jenis fregat merupakan kapal perang kelas perusak kawal berpeluru kendali. Kapal ini disebut memiliki rudal, meriam, senapan mesin, dan torpedo.

Tak hanya itu, pihaknya juga mempersiapkan kapal jenis tanker yakni KRI Tarakan 905, dan kapal jenis angkut tank, KRI Teluk Sibolga 536. Jenis kapal ini diketahui berfungsi sebagai armada pendarat pasukan TNI dan kapal pengangkut logistik.

"Jadi kita persiapkan ada sekitar 8 kapal, bukan berarti dikeluarin semua. Tapi misalnya ada tiga kapal yang masuk, 5 keluar. Karena tidak mungkin semua di laut Natuna terus," kata Fajar.

[Gambas:Video CNN]

Tak hanya itu, Fajar juga menjabarkan pihaknya menerjukan pesawat intai maritim. Selain itu, pihaknya juga menerjunkan pesawat Boeing 737 'Camar Emas' dari Skadron Udara 5.

Pesawat pengintai ini dibekali radar double yang mampu mendeteksi sasaran di permukaan dan udara sejauh 256 mil laut (Nm).

"Tapi yang perlu digarisbawahi, kita terjunkan kapal dan pesawat bukan untuk perang. Tapi untuk menunjukkan akan kehadiran Indonesia di laut Natuna," kata Fajar.

Sebelumnya, TNI bereaksi atas gelagat China yang mengklaim berdaulat di perairan Natuna sehingga kapal-kapalnya bebas berlayar. Globalfirepower.com mencatat kekuatan militer Indonesia berada di peringkat 16 dunia. Persis di bawah Pakistan dan di atas Israel.


Mengenai armada laut, total ada 221 kapal yang dimiliki Indonesia per 2019 lalu. Jumlah itu terdiri dari 8 kapal fregat, 24 kapal korvet, 5 kapal selam, 139 kapal patroli dan 11 pangkalan perang laut.

Indonesia, masih merujuk catatan globalfirepower.com, tidak memiliki kapal perusak dan kapal induk yang mampu mengangkut pesawat tempur.

Indonesia memiliki personel militer sekitar 800 ribu orang. Terdiri dari 400 ribu personel aktif dan 400 ribu personel cadangan. Namun demikian, ada 108 juta penduduk yang siap perang jika keadaan mengharuskan.

Memiliki 315 tank perang, 141 artileri otomatis, 356 artileri manual, 36 proyektor misil dan 1.300 kendaraan lapis baja.


Di udara, Indonesia memiliki 41 pesawat tempur, 192 helikopter, 8 helikopter perang, serta 65 pesawat pembom dan meriam antiudara. Jika ditotal, Indonesia bakal ditunjang oleh 451 armada untuk perang udara.

Operasi militer tentu membutuhkan logistik dan bahan bakar. Mengenai hal itu, Indonesia memiliki sumber daya minyak bumi 1,66 juta barel per hari. Cadangan minyak bumi mencapai 3,23 miliar barel.

Indonesia memiliki 14 pelabuhan utama dan 673 bandara. Semua itu bisa dipakai untuk kepentingan operasi militer jika diperlukan.

(dal/DAL)
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER