Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) telah merumuskan target baru penjualan sepeda motor selama 2023 dengan proyeksi kenaikan tipis menjadi 5,4 juta unit hingga 5,6 juta unit. Angka itu dipahami hanya bergerak sedikit dari target maksimal AISI periode tahun ini.
Pada 2022, AISI menetapkan target penjualan motor lima anggotanya yakni TVS, Suzuki, Yamaha, Honda, dan Kawasaki berkisar di antara 5,1 juta unit hingga 5,4 juta unit.
Sedangkan realisasi penjualan tahun ini diperkirakan hanya mencapai target minimal AISI yakni 5,1 juta unit hingga 5,2 juta unit.
Realisasi dan target ini juga dipahami masih jauh dari capaian penjualan motor anggota AISI sebelum pandemi yakni berada pada level 6 jutaan unit.
"Untuk tahun depan memang belum diputuskan. Tapi ancar-ancarnya ini diperkirakan 5,4 juta unit- 5,6 juta unit," kata Sigit Kumala, Ketua Bidang Komersial AISI saat dihubungi, Selasa (6/11).
Menurut Sigit perkiraan target tahun depan ini telah mempertimbangkan sejumlah aspek, terutama kondisi perekonomian.
"Iya jadi semua sudah menjadi pertimbangan dari kami sebagai asosiasi," ucap dia.
Sigit berharap tak ada kendala berarti yang akan terjadi sehingga dapat mempengaruhi aktivitas bisnis industri motor.
Kendati begitu, Sigit belum bisa memastikan apakah gelombang krisis chip semikonduktor bakal kembali terjadi di Indonesia atau tidak. Bagi Sigit kondisi tersebut masih sulit ditebak.
Krisis chip semikonduktor memang sejak awal tahun telah menjadi masalah tersendiri bagi industri otomotif, termasuk motor.
Banyak produsen mengeluh kelangkaan chip sehingga tidak bisa memproduksi kendaraan pesanan konsumen. Kondisi ini lantas membuat konsumen mengalami inden atau masa tunggu yang bahkan mengular sampai tiga atau empat bulan.
Krisis chip diklaim berakhir pada Agustus 2022 yang ditandai naiknya angka wholesales atau distribusi dari pabrik ke dealer ke level 500 ribuan unit. Angka tersebut diklaim sudah mencapai batas normal.
"Ini sulit ditebak. Karena pengaruhnya banyak. Karena pertama suplai kan dari beberapa negara. Terus kalau salah satu negara lockdown. Makanya kami sulit menebak," kata Sigit.