CNBC Indonesia Research

Prabowo Didukung Demokrat, Awas Koalisi Gemuk Bisa Tumbang!

Research - Tim RIset, CNBC Indonesia
23 September 2023 07:15
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo menggelar pertemuan tertutup. (Instagram @prabowo) Foto: Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo menggelar pertemuan tertutup. (Instagram @prabowo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Partai Demokrat secara resmi mengumumkan keberpihakannya pada bakal calon presiden Prabowo Subianto dengan bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju.

Keputusan ini membawa angin segar bagi Prabowo. Pasalnya, bergabungnya Partai Demokrat menjadikan Prabowo memperoleh dukungan dari empat partai parlemen, atau koalisi terbesar dalam persaingan menuju Pilpres 2024.

Namun, sejarah telah mengajarkan, dukungan dalam bentuk koalisi 'gemuk' tidak selalu menjamin kemenangan dalam Pemilihan Presiden, seperti yang terjadi pada Pilpres 2014. Pada waktu itu, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, yang didukung oleh Koalisi Indonesia Hebat yang terdiri dari empat partai parlemen dan satu partai non-parlemen, berhasil memenangkan pilpres.

Sementara itu, koalisi pendukung Prabowo pada Pilpres 2014, yang dikenal dengan sebutan Koalisi Merah Putih, terdiri dari lima partai parlemen dan satu partai non-parlemen. Meskipun memiliki lebih banyak partai pendukung, Prabowo Subianto tidak mampu mengalahkan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam pemilihan tersebut.

Penting untuk dicatat bahwa pada Pilpres 2014, Prabowo Subianto tidak hanya didukung oleh lebih banyak partai, tetapi juga memperoleh perolehan suara yang lebih besar daripada Joko Widodo.

Data KPU menunjukkan bahwa koalisi Prabowo memenangkan Pemilu Legislatif 2014 dengan memperoleh sekitar 61,1 juta suara, sementara koalisi Jokowi hanya memenangkan 51,1 juta suara.

Kemenangan tersebut menjadikan kubu Prabowo unggul dengan 292 kursi dibandingkan dengan 207 kursi milik koalisi Jokowi.

Kendati memenangkan kursi parlemen, Prabowo Subianto tidak berhasil memenangkan Pilpres 2014. Ini menunjukkan bahwa kekuatan koalisi di belakang seorang calon presiden tidak selalu menjamin kemenangan.

Hasil suara sah menunjukkan Prabowo hanya memperoleh 62,5 juta suara (46,85%), sedangkan Jokowi memperoleh 70,99 juta suara (53,15%).

Apakah fenomena yang sama akan terulang dalam Pilpres 2024?

Saat ini, Prabowo kembali mendapat dukungan dari sejumlah besar partai dalam Koalisi Indonesia Maju, termasuk Partai Demokrat. Dengan empat partai parlemen dan dua partai non-parlemen yang mendukungnya, Prabowo memiliki dukungan partai terbanyak dibandingkan dua calon presiden lainnya.

Ganjar Pranowo didukung oleh empat partai, termasuk dua partai non-parlemen. Sementara, Anies Baswedan hanya memiliki dukungan dari tiga partai. Koalisi Prabowo juga memiliki suara terbesar jika kita mengacu pada hasil Pemilu Legislatif 2019, dengan hanya menghitung partai yang berhasil masuk parlemen.

Namun, perlu diingat bahwa pemilih dan pendukung partai tertentu belum tentu akan memilih calon presiden yang diusung oleh partai mereka. Selain itu, keputusan akhir pemilih dan kemungkinan perpindahan koalisi partai juga dapat mempengaruhi hasil Pilpres 2024.

Dengan melihat dukungan partai yang masuk pada Pilpres 2019, Prabowo Subianto mungkin akan unggul secara signifikan. Namun, hasil Pilpres masih belum dapat dipastikan, dan pengalaman Pilpres 2014 menunjukkan bahwa kekuatan koalisi tidak selalu menentukan kemenangan seorang calon presiden.

Akhirnya, hasil pemilu akan bergantung pada preferensi pemilih yang akan memutuskan masa depan kepemimpinan negara ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(mza/mza)

[Gambas:Video CNBC]