Batik Cirebon

Khoirul Hudah

Batik Cirebon merupakan sentra dari batik yang tertua dan memberikan pengaruh terhadap ragam pola-pola batik yang ada di sentra-sentra industri batik lainnya di provinsi Jawa Barat. Dalam sejarahnya batik yang berada di wilayah Cirebon memiliki kaitannya dengan kesultanan-kesultanan yang ada di wilayah tersebut yaitu kesultanan Kasepuhan dan kesultanan Kanoman. 

Pada dasarnya pola penyebaran batik Cirebon sama dengan batik yang ada di wilayah Yogyakarta dan Solo yang pertama-tama muncul atau ada di wilayah keraton kemudian dilakukan penyebaran diluar lingkungan keraton oleh para abdi dalem yang berada di luar keraton.

Menurut kisah pada zaman kerajaan dahulu, munculnya kegiatan pembuatan batik di Cirebon karena peran Ki Gede Trusmi. Dia merupakan salah satu pengikut setia dari Sunan Gunung Jati. Pada saat itu Sunan Gunung Jati dalam proses menyebarkan agama Islam dimulai dengan melalui kegiatan membatik.

Sisi lain berada pada pelabuhan Muara Jati yang menjadi titik awal perkembangan batik. Disanalah menjadi tempat persinggahan para pedagang dari berbagai bangsa yaitu negara Tiongkok, Arab, Persia, Malaka, Tumasik, Pasai, Jawa Timur Madura dan Palembang.

Dahulu kegiatan membatik juga dilakukan oleh anggota tarekat yang mengabdi di keraton Cirebon dan anggota tersebut berada di desa Trusmi. Sedangkan pusat dari Gerakan tarekat ini ada di daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Disitulah perkembangan batik Cirebon dikaitkan erat mempunyai keterkaitan dengan perkembangan tarekat tersebut.

Jenis dan Makna Batik Cirebon

Batik Cirebon memiliki motif yang cukup unik dan khas yang digolongkan ke dalam motif kelompok batik pesisiran. Tetapi ada juga beberapa motif batik Cirebon yang digolongkan kelompok batik Keraton, Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Sehingga pembeda tersebut juga memiliki kesakralan dalam filosofinya. Untuk itu berikut ulasan beberapa jenis motif batik Cirebon, diantaranya ;

  1. Batik Megamendung

Motif batik Megamendung dijadikan menjadi ikon khas kota Cirebon. Motif batik Mega Mendung memiliki ciri khas yang identik, sehingga berbeda dengan daerah-daerah yang lainnya. Ciri khas unik dari motif batik Mega Mendung ini terletak di motifnya yang berupa gambar-gambar dengan menyerupai bentuk awan dengan warna-warna yang tegas dan cerah.

Filosofi yang terkandung dalam motif batik Megamendung ini sangat berkaitan erat dengan sejarah lahirnya batik Cirebon secara keseluruhan. Motif awan ini dipengaruhi dengan budaya Tionghoa. Lapisan awan tersebut terdiri dari object lima sampai tujuh warna yang monokromatis. Maknanya adalah diibaratkan dengan rukun Islam yang ada lima dan tujuh lapis langin yang telah dilalui Nabi Muhammad SAW saat melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj. 

  1. Batik Paksi Naga Liman

Motif batik Paksi Naga Liman memiliki pola ornamen seperti kereta kencana Paksi Naga Liman Cirebon. Paksi Naga Liman adalah sebagai perwujudan gabungan antara binatang paksi (garuda), naga (ular) dan liman (gajah), Paksi Naga Liman adalah simbol kekuatan kerajaan Cirebon yakni udara (paksi), laut (naga dan darat (liman). Batik Paksi Naga Liman ini biasanya dipesan oleh turis dari Jepang untuk dijadikan bahan kimono.

Filosofi dari batik Paksi Naga Liman yaitu mengandung sebuah arti sifat bijaksana yang ditampilkan dalam nuansa keIslaman. Bentuk atau ornamen yang ada dalam motif batik Paksi Naga Liman, seperti burung garuda, naga dan gajah diartikan sebagai perpaduan antara kekuatan fisik dan sikap yang melindungi dan didasari sifat kebijaksanaan. Sehingga motif batik Paksi Naga Liman menjadi simbol tentang kekuatan kerajaan dimana pada saat itu adalah keraton Cirebon dalam mencapai kemakmuran.

  1. Batik Kereta Singa Barong

Arti motif batik Kereta Singa Barong berdasarkan nama dan sejarahnya, Singa Barong merupakan salah satu jenis hewan mitologi atau magis, karena dalam budaya Jawa dan Bali kata “barong” memiliki arti magis. Kita bisa melihat kesaktian bentuk singa dari berbagai unsur yang merupakan gabungan dari singa atau macan (badan, kaki, mata), garuda (sayap), gajah (badan) dan naga (lidah menjulur dari mulut yang tertawa). Istilah yang berasal dari kata Barong itu sendiri, banyak digunakan dalam seni Jawa dan Bali dan berarti “sihir” di mana hewan yang tidak nyata ditemukan dalam realitas kehidupan.

Dalam konteks lain, filosofi Batik Singa Barong Cirebon adalah bentuk simbolisme spiritual. Sebagian besar tokoh di Keraton Kasepuhan, seperti Burak atau Buraq, mengartikan elang bersayap sebagai simbol Islam, sedangkan gajah sebagai simbol agama Hindu (Hindu padat di India, Asia Timur dan Asia Tenggara) dan naga sebagai simbol agama Buddha. (atau Kebudayaan Budhana). Cina), dan yang terakhir adalah singa sebagai simbol agama Protestan (atau budaya Eropa Barat).

Itulah penjelasan singkat mengenai batik Cirebon dengan jenis dan maknanya. Semoga menjadi pengetahuan baru bagi kalian dan dapat mencintai batik sebagai warisan budaya yang terus harus dilestarikan. Semoga sehat selalu dan ditambahkan rezekinya. Amin.

Artikel Lainnya

Bagikan:

Khoirul Hudah

Seorang profesional dengan keahlian di bidang Hubungan Masyarakat, Penulisan Konten, Komunikasi Pemasaran, dan Spesialis Media Sosial.

Leave a Comment