Riwayat Panjang Melawan Penjajah dalam Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat

- Senin, 12 Juli 2021 | 16:00 WIB
Petugas keamanan berpatroli di area Monumen Perjuangan Rakyat, Dipatiukur, Kota Bandung.
Petugas keamanan berpatroli di area Monumen Perjuangan Rakyat, Dipatiukur, Kota Bandung.

LENGKONG, AYOBANDUNG.COM — Dalam perjalanan sejarahnya, Kota Bandung mewariskan sejumlah bangunan yang bernilai sejarah, sebagai salah satu bukti dari eksistensi dan kejayaan kota pada masa lampau.

Bangunan-bangunan bersejarah merupakan arsip arsitektur banguan tua yang bernilai estetis tinggi. Monumen juga merupakan salah satu bangunan yang memiliki arti penting bagi sejarah kota Bandung.

Salah satunya adalah Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, yang populer disebut Monju. Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat merupakan bukti sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945-1949.

Dibangunya Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat ini sebagai bentuk penghargaan terhadap para pahlawan dan pejuang yang rela bertaruh nyawa demi memerdekakan rakyat Jawa Barat pada masa penjajahan Jepang dan Hindia Belanda. Selain itu, didirikannya Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat adalah bentuk pewarisan nilai-nilai sejarah para pejuang untuk generasi sekarang.

Monju Jawa Barat terletak di jalan Dipatiukur nomer 48 Bandung. Area ini terbentang sepanjang 7,9 hektare. Terbagi dalam area plaza sepanjang 2,5 hektar dan taman 5,4 hektar.

Monju Jawa Barat sejajar dengan Gedung sate di jalan Dioponegoro. Lalu dipisahkan dari jalan Adipati, jalan Surapati, alun-alun Gasibu, dan taman jalan Dioponegoro. Penampakan Gedung sate akan terlihat jika berada di Monju Jawa Barat.

Monju Jawa Barat dirancang oleh arsitek asal Bandung yaitu, Slamet Wirasonjaya dan seorang seniman bernama Sunaryo. dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat, Raden Nana Nuriana pada 23 Agustus 1995. Proses pembangunan monumen dan sekitarnya mamakan waktu 5 sampai 6 bulan. Sejak April 2010, monument dikelola oleh Arkeologi, Sejarawan, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat (BPKSNT).

Tampilan depan Monju Jawa Barat terdapat serumpun yang menyerupai bambu yang terdiri dari 5 pilar berjejer vertikal dan melengkung. Pilar tertinggi 17 menandakan tanggal kemerdekan Republik Indonesia. Bambu itu merupakan bentuk simbolis dari senjata tradisonal.

Di samping tugu terdapat relief yang menceritakan tentang perjuangan penduduk jawa barat. Perjuangan digambarkan dari masa kerajaan, pergerakan, dan kemerdekaan. Di bagian dinding yang lain terdapat prasasti berbahasa Sunda yang diukir oleh Saini Km, seorang seniman kelahiran Sumedang.

Di bawah Monju Jawa Barat terdapat sebuah museum yang memiliki 7 koleksi diorama. Ketujuh diorama adalah bentuk dari potret sejarah selama periode perjuangan Rakyat Jawa Barat pada masa itu. Ada juga catatan pertempuran penting yang terjadi di Jawa Barat. lalu koleksikan dan dipajang dalam museum

Diorama terdiri dari, perjuangan Sultan Agung Tirtayasa Bersama rakyat menentang colonial Belanda tahun 1658, partisipasi rakyat dalam pembangunan jalan di Sumedang, perundingan Linggarjati 1946, Bandung Lautan Api 24 Maret 1946, long march Siliwangi Januari 1949, konfrensi Asia Afrika di Bandung 1955, terakhir operasi Pagar Betis 1962.

Selain diorama, ada juga ruang pameran yang menampilkan koleksi-koleksi benda berkaitan dengan sejarah perjuang rakyat Jawa Barat. Terdapat pajangan pucuk pistol VOC abad 16, tombak hasil rampasan di zaman kolonial Jepang dan samurai milik perwira Jepang. Dan beragam artefak bersejarah lainya.

Kemudian ada ruang informasi yang berfungsi sebagai tempat menginformasikan mengenai tokoh, tempat pariwisata, dan beberapa kisah sejarah. Terdapat pula ruang perkantoran dan perpustakaan.

Di tahun 2021, area taman Monju Jawa barat di revitalisasi ulang oleh pemerintah Kota Bandung. Yang bertujuan untuk memberikan wajah baru bagi Monju Jawa Barat. Dan diharapkan menjadi ikon baru Jawa Barat yang mudah dikenali masyarakat Indonesia.

Halaman:

Editor: Aris Abdulsalam

Tags

Rekomendasi

Terkini

Makam Tionghoa di Bandung Tahun 1896-1929

Minggu, 18 Februari 2024 | 11:58 WIB

Gunung Tilu, Gunung yang Terlihat Berpucuk Tiga

Jumat, 26 Januari 2024 | 05:41 WIB

Gunung Dago, Pusakabumi Gunungapi Monogenetik

Kamis, 28 Desember 2023 | 12:03 WIB

Karya Sastra Itu Angin Musim Penjelajahan

Jumat, 1 Desember 2023 | 14:06 WIB

Masyarakat Jangan Terima Jadi Nama Rupabumi yang Baru

Jumat, 3 November 2023 | 10:56 WIB
X