Senin, 03 Juni 2024 | 09:16
LIFESTYLE

Gus Raden Jaja: Bunga Misterius Kembang Wijayakusuma, Jalan Pintas Pencari Kekayaan

Gus Raden Jaja: Bunga Misterius Kembang Wijayakusuma, Jalan Pintas Pencari Kekayaan
Gus Raden Muhamad Jaja Munandar

ASKARA -  Masyarakat di wilayah selatan percaya, kekuatan laut selatan yang cukup besar. Bahkan, ada beberapa tempat yang wajib didatangi untuk bertapa guna menggenapkan syarat mencapai tujuan yang diinginkan.

Demikian dijelaskan oleh Tokoh Spiritualis Of Metafisika, Gus Raden Muhamad Jaja Munandar, di kediamannya Kampung Pulo Panjang Desa Sukalaksana Cikarang, kemarin.

Gus Raden Jaja buka praktek melakukan penyembuhan berbagai macam penyakit nonmedis. Bagi masyarakat disekitar sudah paham akan kebaikannya, memberikan penyembuhan dan pengobatan tanpa meminta minta imbalan kepada warga yang membutuhkan.

“Kepercayaan masyarakat di wilayah selatan Pulau Jawa terhadap penguasa laut selatan memiliki korelasi yang erat dengan kepercayaan ilmu gaib yang selama ini berkembang di masyarakat,” ujar Gus Raden Jaja.

Setiap kali mendengar bunga wijayakusuma yang kerap terlintas, terangnya, adalah sebuah bunga yang misterius dan bunga yang mekar hanya di malam hari. “Ya, malam dan misterius inilah yang kemudian membuat bunga yang satu ini menjadi terkenal bahkan sarat dengan mitos,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, pantai Karangbolong di Gombong Kebumen Jawa Tengah juga menjadi tempat yang dikunjungi untuk menjalani lelaku mencari kekayaan bagi yang mempercayainya, beberapa daerah di pantai selatan Jawa Tengah bagian barat yang kerap dikunjungi sebagai tempat pencari berkah, seperti Gunung Srandil, Gunung Selok dan pantai di daerah Nusawungu di Cilacap Jawa Tengah.

“Itu kalau ada yang menggunakan jalan pintas mendapat kekayaan, tapi tetap ada tumbalnya yakni anggota keluarganya. Selain itu, setiap yang ingin melakukan ritual di sana harus memperhatikan juga keselamatan dirinya, karena mereka harus masuk gua dan cepat-cepat bergerak sebelum ombak datang. Kalau tidak bisa jadi orangnya akan terseret ombak,” tuturnya.

Berbeda pula dengan cerita tentang bunga Wijayakusuma yang menjadi simbol bagi masyarakat Cilacap Jawa Tengah. Dari legenda yang di ceritakan Gus Raden Jaja tentang bunga Wijayakusuma, menurutnya merupakan bunga gaib yang berasal dari legenda mistis.

Gus Raden Jaja mengatakan, bunga ini secara fisik memang ada, tetapi banyak orang yang mencari bunga Wijayakusuma yang 'asli' dari alam gaib, Legenda ini bercerita tentang adanya seorang perempuan dari sebuah kerajaan yang lari mengasingkan diri ke pantai selatan.

Sang putri lari karena tidak ingin dinikahkan. Pengasingan diri yang dilakukannya ini, kemudian membuatnya melakukan tapa dan meminta ketentraman kemudian menyeburkan diri ke laut.

Menurut cerita mitos si putri ini mengandung dalam alam gaib dan anak yang dilahirkan cacat dan sosok anak ini digambarkan sebagai bunga wijayakusuma yang sewaktu-waktu berubah menjadi orang cacat, Hingga saat ini, ia mempercayai banyaknya orang yang hilang atau tenggelam di pantai selatan karena banyak yang 'sembarangan' tidak menghormati penguasa gaibnya.

Menurut Gus Raden Jaja, sebenarnya ada syarat yang tidak banyak diketahui orang saat mandi di pantai daerah selatan seperti di Pantai Nusawungu. Di sana ada tempat air tawar yang menjadi syarat sebelum mandi di pantai. Banyak orang yang hilang karena tidak melakukan syarat tersebut.

Kalau bunga Wijayakusuma memiliki berkah bagi orang jawa. Bahkan dalam kisah pewayangan bunga ini disebut sebagai pusaka milik Bathara Kresna, titisan dewa Wisnu sang pemelihara alam semesta.

Dalam budaya keraton, calon raja diharuskan memetik bunga Wijayakusuma yang mekar sebelum naik tahta. Raja yang berhasil memetik bunga ini yang sedang mekar menurut mitos diyakini akan membawa kejayaan bagi kerajaan yang dipimpinnya kelak.

Ada kepercayaan yang tak lekang oleh waktu, bahwa raja Mataram yang baru dinobatkan tidak akan sah diakui dunia kasar dan halus, kalau belum berhasil memetik bunga Widjojokoesoemo sebagai pusaka keraton. Mengapa harus memetik bunga itu,

“Tradisi memetik bunga itu didasarkan atas kepercayaan, bahwa pohon yang menghasilkan bunga itu jelmaan pusaka keraton Batara Kresna. Batara titisan Wisnu ini kebetulan menjadi Raja Dwarawati. Letaknya di dunia pewayangan sana,” jelasnya.

Menurut kisah spiritual yang diteruskan dari mulut ke telinga, dan dari mulut ke telinga yang lain, pusaka keraton itu dilabuh (dihanyutkan) ke Laut Kidul oleh Kresna, sebelum beliau mangkat ke Swargaloka, di kawasan Nirwana.

Raja Mataram yang baru dinobatkan juga wajib hukumnya untuk mengambil bunga pusaka yang keramat itu. konon kembang itu dibuat sebagai rujak dan disantap raja yang hendak dinobatkan, dengan Wijayakusuma Kembang Raja-Raja Tanah Jawa , setelah bertahun-tahun menimbulkan kepercayaan bagi raja-raja Nusantara.

“Untuk memetiknya jelas sulit sekali. Tidak hanya karena tempatnya yang terpencil, tetapi juga karena pulau itu angker dijaga ketat oleh garnisun tentara siluman. Diperlukan seorang paranormal atau spiritualis agar dapat berhasil,” pungkas Guru Besar Padepokan Ilmu Laduni Karomah Cakra Wali itu.

 

Komentar