Sejarah Sai

Sejarah Sa’i Antara Bukit Shofa dan Marwah

“Sesungguhnya Shofa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitulloh atau berumroh, maka tiada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah:158)

Salah satu rukun Haji dan Umroh adalah Sa’i. Yaitu berjalan/ berlari-lari kecil dari bukit Shofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Jarak antara bukit Shofa dengan bukit Marwah adalah 450 meter. Jadi kita berjalan sejauh 3,15 km saat melakukan Sya’ie.

Baca Juga: Cara Mendaftar Kuliah di UIM (Universitas Islam Madinah)

Bagaimana sejarah Sa’i ini?

Zaman dahulu, Nabi Ibrahim as diperintahkan Allah untuk meninggalkan istrinya Siti Hajar dengan anaknya Ismail yang saat itu masih bayi di sebuah gurun yang tandus. Tidak ada makanan atau pun air di situ. Namun dari sinilah akhirnya berdirinya kota Mekkah yang sekarang ramai dikunjungi oleh puluhan juta orang setiap tahun. Jadi perintah Allah itu tidak sembarangan.

Ibrahim a.s. lalu berangkat. Siti hajar dengan menggendong Ismail mengikuti suaminya, lalu berkata: “Kemanakah Anda hendak pergi dan mengapa Anda meninggalkan kita di lembah ini, tanpa ada seorangpun sebagai kawan dan tidak ada sesuatu apapun?” Hajar berkata demikian itu berulang kali, tetapi Ibrahim a.s. sama sekali tidak menoleh kepadanya.

Kemudian Siti Hajar berkata: “Adakah Allah yang memerintahkan Anda berbuat semacam ini?” Ibrahim a.s. menjawab: “Ya.” Hajar berkata: “Kalau demikian, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan nasib kita.”

Siti Hajar  lalu kembali ke tempatnya semula. Ibrahim a.s. berangkatlah, sehingga sewaktu beliau itu datang di Tsaniyah, di sesuatu tempat yang tidak terlihat oleh Hajar dan anaknya, kemudian menghadap kiblat dengan wajahnya yakni ke Baitullah. Nabi Ibrahim berdoa:

”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS Ibrahim ayat 37).

Nabi Ibrahim memberi bekal makanan dan minuman untuk istri dan anaknya. Siti Hajar menyusui Ismail dan minum dari air yang ditinggalkan itu, sehingga setelah habislah air yang ada di tempat air dan iapun haus bersama Ismail.

Baca Juga: Mengapa Doaku Tak Kunjung Dikabulkan

Kemudian Siti Hajar melihat anaknya bergulung-gulung di tanah sambil memukul-mukulkan kakinya di atas tanah itu. Karena tidak tahan melihat keadaan anaknya, Siti Hajar melihat sekelilingnya dan tampaklah olehnya bahwa Shafa adalah bukit terdekat yang ada di samping dirinya. Iapun pergi ke puncak bukit Shofa dan melihat kalau-kalau ada orang yang lewat.

Selanjutnya ia turun dari bukit Shofa, sehingga setelah ia sampai di lembah lagi, iapun mengangkat gamisnya, terus berlari-lari kecil sehingga lembah itu dilampauinya, kemudian mendatangi bukit Marwah, berdiri di atas puncak Marwah ini, menengok ke lembah, kalau-kalau ada orang yang lewat. Tetapi tidak ada, sehingga Hajar mengerjakan sedemikian itu sebanyak 7 kali, yakni pergi bolak-balik antara Shafa dan Marwah.”

Oleh sebab itu para manusia dalam mengerjakan ibadah haji meneladani kelakuan Siti Hajar tersebut, bersa’i yakni berlari-lari kecil 7 kali antara Shafa dan Marwah.”

Siti Hajar tidak berani meninggalkan Ismail terlalu jauh, sehingga akhirnya beliau bolak-balik ke bukit Shofa dan Marwah hingga 7 kali. Saat Ismail menangis, beliau hampiri. Di dekat Ismail, ada malaikat yang menjejakkan kakinya ke bumi melalui kaki ismail yang sedang merengek menangis karena kehausan. Dari situlah keluar air segar yang kita kenal sekarang dengan mata air Zam Zam. Siti Hajar pun kemudian menciduk air Zam Zam tersebut dengan kedua tangannya dan ditaruh ke tempat air sehingga Ismail bisa minum air tersebut dan berhenti menangis.

Baca Juga: RESMI !!! Pemerintah Tak Memberangkatkan Jamaah Haji 1442 H

Dengan keluarnya air Zam Zam daerah itu menjadi subur. Kabilah Arab yang lewat dari suku Jurhum akhirnya minta izin kepada Siti Hajar untuk tinggal di situ. Sejak itu, daerah yang asal mulanya tandus itu terus berkembang sehingga menjadi kota Mekkah yang kita kenal sekarang. Kota Mekkah ini dikunjungi puluhan juta orang setiap tahunnya untuk berhaji dan umroh.

Air Zamzam pun tetap mengalir dan tidak habis meski ratusan juga bahkan milyaran orang sudah meminumnya selama ribuan tahun.

Kisah keimanan yang terjadi dengan Siti Hajar di antara bukit Shafa dan Marwah tidak lain untuk menarik perhatian kita agar menyadari bahwa Allah adalah Pencipta sebab akibat, namun kekuasaan Allah di atas segala sebab akibat.

× Daftar Sekarang