Academia.eduAcademia.edu
Nama : WAHYU KUSTININGSIH NIM : 10/306427/PSP/03951 Mata Kuliah : SOSIOLOGI AGAMA PASCA SARJANA SOSIOLOGI UGM “SANG PENCERAH” KOMODITAS KOMERSIAL BERBALUT AGAMA Belum lama ini Muhammadiyah merayakan satu abad eksistensinya dalam masyarakat. Perhelatan akbar pun digelar, yaitu Muktamar Muhammadiyah. Berbagai kegiatan diadakan untuk menyemarakkan ajang Muktamar tersebut. Salah satu hal yang dilakukan ialah dengan memproduksi sebuah film berjudul SANG PENCERAH besutan sutradara kondang Hanung Bramantyo. Gb 1. Poster film Sang Pencerah Film tersebut menceritakan tentang Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam perjuangannya mendirikan Muhammadiyah. Film ini termasuk dalam kategori film terbaik tahun 2010. Film ini juga mampu mendatangkan penonton lebih dari satu juta penonton ke bioskop. 1 Selama ini, bioskop lebih banyak dimonopoli oleh kalangan muda saja. Namun, kesan itu nampak berubah ketika film Sang Pencerah diputar di bioskop. Banyak dijumpai bapakbapak dan ibu-ibu yang mayoritas memang pengikut Muhammadiyah datang ke bioskop untuk menonton film tersebut. Di Yogyakarta sendiri, ada yang mengkoordinir untuk menonton bersama film Sang Pencerah ke bioskop. Koordinasi itu dilakukan oleh beberapa anak cabang Muhammadiyah, misalnya Aisyiyah, Pemuda Muhamamdiyah, dan lain sebagainya. Dari pihak produser film Sang Pencerah ini sangat diuntungkan dengan mengangkat cerita tentang Muhammadiyah. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk promosi karena banyak tokoh besar Muhamamdiyah yang juga tokoh perpolitikan nasional, yang menghimbau warganya untuk menonton film tersebut. Di sisi lain pihak Muhammadiyah pun diuntungkan dengan adanya film ini pula. Selain sebagai ajang sosialisasi karena memang cerita Sang pencerah ialah tentang sejarah Muhammadiyah, dan juga bagi para tokoh Nasional Muhammadiyah melalui film ini mereka bisa gunakan sebagai ajang kampanye. Fenomena yang menarik dari adanya film ini ialah bagaimana agama dijadikan sebagai sebuah alat untuk kepentingan ekonomi atau dalam hal ini mendatangkan penonton, sehingga mampu menciptakan keuntungan bagi produser film tersebut. Menurut filmidonesia.or.id, jumlah sementara penonton film Sang Pencerah berjumlah 1.108.600 penonton. Apabila dikalkulasikan, bagian yang didapatkan oleh pihak produser yaitu sebesar Rp6.000,- x 1.108.600 = Rp6.651.600.000,-. Menurut Hanung Bramantyo selaku Sutradara, produksi Sang Pencerah menelan biaya hingga Rp 13 Milyar, sehingga angka pendapatan diatas dinilai tidak mencukupi untuk menutup biaya produksi. Untuk menutup biaya produksi tersebut, maka dilakukan berbagai strategi. Mulai dari masa tayang yang diperpanjang, hingga mengerahkan pengikut Muhammadiyah yang jumlahnya sangat besar untuk menonton film tersebut. Parahnya, belum usai film ini diputar dibioskop pun, sang Sutradara sudah mendeklarasikan akan ada sekuel film tersebut. Ini sebagai penanda optimis terhadap pangsa pasar untuk film berbalut isu agama ini. Di Indonesia, masyarakatnya masih banyak berpatokan pada para tokoh terlebih tokoh agama. Tokoh agama ini mempunyai fungsi penting dalam masyarakat. Untuk kasus ini, 2 dengan para tokoh Muhammadiyah menyerukan untuk menonton Sang Pencerah, walhasil banyak pengikut Muhammadiyah yang menontonnya bahkan sampai di wilayah-wilayah pelosok. Dari uraian di atas, jelas bahwa agama mempunyai pengaruh yang besar terhadap masyarakat terutama di Indonesia. Agama mengandung nilai-nilai mutlak sehingga masyarakat percaya. Hanya saja, agama sering digunakan oleh pihak tertentu untuk kepentingannya masingmasing. Sehingga agama menjadi komoditas yang mampu mendatangkan profit. ~oOo~ 3