Academia.eduAcademia.edu
Mohamed et al.: Prionailurus bengalensis on Borneo RAFFLES BULLETIN OF ZOOLOGY Supplement No. 33: 180–185 Date of publication: 30 May 2016 Predicted distribution of the leopard cat Prionailurus bengalensis (Mammalia: Carnivora: Felidae) on Borneo Azlan Mohamed1*†, Joanna Ross2†, Andrew J. Hearn, Susan M. Cheyne, Raymond Alfred, Henry Bernard, Ramesh Boonratana, Hiromitsu Samejima, Matt Heydon, Dave M. Augeri, Jedediah F. Brodie, Anthony Giordano, Gabriella Fredriksson, Jon Hall, Brent Loken, Yoshihiro Nakashima, John D. Pilgrim, Rustam, Gono Semiadi, Tim van Berkel, Jason Hon, Norman T-L. Lim, Andrew J. Marshall, John Mathai, David W. Macdonald, Christine Breitenmoser-Würsten, Stephanie Kramer-Schadt and Andreas Wilting Wilting et al. (2016: Table 2) list all co-authors’ afiliations. Abstract. The leopard cat Prionailurus bengalensis is one of the smallest cat species found on Borneo and is the most widely distributed wild cat species in Asia. It is listed on The IUCN Red List of Threatened Species as Least Concern. The leopard cat is known to tolerate habitat disturbance and to occur in a range of vegetation types including primary and secondary forests, plantations and orchards. However, the extent to which the leopard cat can tolerate habitat disturbance and utilise non-forest areas is still unknown. In this paper, we collected 373 leopard cat location records across Borneo; of these, 228 records were obtained between 2001 and 2011. We analysed 63 (Balanced Model) and 102 (Spatial Filtering Model) records to model habitat suitability. The models predicted more than two-thirds of Borneo to be suitable habitat for the leopard cat. Almost the entire area of Sabah, Sarawak, Brunei and East Kalimantan were predicted to be suitable. The south of Central Kalimantan and the majority of West Kalimantan were predicted to be marginally suitable whereas half of South Kalimantan was predicted to be unsuitable for this species. Although more intensive surveys in Brunei, West Kalimantan and South Kalimantan would help to understand leopard cat distribution, no conservation actions are needed for this species. Key words. Borneo Carnivore Symposium, Brunei, conservation priorities, habitat suitability index, Indonesia, Malaysia, species distribution modelling, survey gaps Abstrak (Bahasa Indonesia). Kucing Kuwuk Prionailurus bengalensis adalah salah satu jenis kucing liar terkecil yang ditemukan di Borneo dan merupakan jenis kucing liar yang sebarannya paling luas di Asia. Terdaftar sebagai jenis Berisiko Rendah (LC) pada Daftar Jenis Terancam Punah IUCN. Kucing Kuwuk diketahui sebagai jenis yang toleran terhadap habitat yang terganggu dan dapat hidup pada berbagai tipe hutan seperti hutan primer dan hutan sekunder serta lahan pertanian dan perkebunan. Namun sampai saat ini belum diketahui sejauh mana Kucing Kuwuk dapat bertahan terhadap gangguan habitat dan memanfaatkan kawasan bukan hutan. Pada penelitian ini kami mengumpulkan 373 catatatan kehadiran Kucing Kuwuk di Borneo, 228 diantaranya merupakan catatan dari tahun 2001- 2011. Kami menganalisis 63 (Model Penyeimbang) dan 102 (Model Spasial Tersaring) catatan untuk membuat pemodelan kesesuaian habitat. Hasil pemodelan memprediksi lebih dari 2/3 dari Pulau Borneo sesuai untuk habitat Kucing Kuwuk. Hampir seluruh wilayah Sabah, Sarawak, Brunei, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur diprediksi sangat sesuai untuk habitat Kucing Kuwuk. Bagian Selatan Kalimantan Tengah dan sebagian besar Kalimantan Barat diprediksi sesuai untuk habitat Kucing Kuwuk, sedangkan sebagian Kalimantan Selatan diprediksi tidak sesuai untuk habitat jenis ini. Survey yang lebih intensif diperlukan untuk lebih memahami sebaran Kucing Kuwuk. Abstrak (Bahasa Malaysia). Kucing Batu Prionailurus bengalensis merupakan antara spesis kucing liar terkecil terdapat di Borneo. Kucing ini juga merupakan spesis kucing yang mempunyai taburan yang paling luas di Asia. Ia disenaraikan di dalam Senarai Merah Spesis Terancam IUCN sebagai Kurang Membimbangkan. Kucing Batu diketahui mampu bertolak ansur dengan gangguan habitat dan dapat dijumpai di pelbagai jenis habitat termasuk hutan primer dan sekunder, kawasan ladang, dan kebun. Walaupun demikian, sejauh mana Kucing Batu ini mampu bertahan dalam habitat yang telah diganggu manusia dan menggunakan kawasan bukan hutan masih tidak diketahui. Dalam kajian ini, kami mengumpulkan 373 rekod lokasi di mana Kucing Batu dijumpai di Borneo. Daripada jumlah ini, 228 rekod diperoleh di antara tahun 2001–2011. Kami menganalisis 63 rekod (Model Seimbang) dan 102 rekod (Model yang ditapis secara spasial) untuk membina model kesesuaian habitat. Model yang dibina meramalkan lebih daripada dua pertiga kawasan Borneo sebagai habitat yang sesuai untuk Kucing Batu. Hampir keseluruhan kawasan Sabah, Sarawak, Brunei dan Kalimantan Timur diramalkan sebagai sesuai untuk Kucing Batu. Bahagian selatan Kalimantan Tengah dan sebahagian besar Kalimantan Barat diramalkan sebagai sederhana sesuai manakala separuh daripada Kalimantan Selatan diramalkan tidak sesuai untuk Kucing Batu. Penyelidikan yang lebih terperinci di Brunei, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan akan membantu untuk memahami taburan Kucing Batu dengan lebih baik. Namun demikian, tiada sebarang tindakan pemuliharaan diperlukan untuk spesis ini. 180