Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
The leopard cat Prionailurus bengalensis is one of the smallest cat species found on Borneo and is the most widely distributed wild cat species in Asia. It is listed on The IUCN Red List of Threatened Species as Least Concern. The leopard cat is known to tolerate habitat disturbance and to occur in a range of vegetation types including primary and secondary forests, plantations and orchards. However, the extent to which the leopard cat can tolerate habitat disturbance and utilise non-forest areas is still unknown. In this paper, we collected 373 leopard cat location records across Borneo; of these, 228 records were obtained between 2001 and 2011. We analysed 63 (Balanced Model) and 102 (Spatial Filtering Model) records to model habitat suitability. The models predicted more than two-thirds of Borneo to be suitable habitat for the leopard cat. Almost the entire area of Sabah, Sarawak, Brunei and East Kalimantan were predicted to be suitable. The south of Central Kalimantan and the majority of West Kalimantan were predicted to be marginally suitable whereas half of South Kalimantan was predicted to be unsuitable for this species. Although more intensive surveys in Brunei, West Kalimantan and South Kalimantan would help to understand leopard cat distribution, no conservation actions are needed for this species. Abstrak (Bahasa Indonesia). Kucing Kuwuk Prionailurus bengalensis adalah salah satu jenis kucing liar terkecil yang ditemukan di Borneo dan merupakan jenis kucing liar yang sebarannya paling luas di Asia. Terdaftar sebagai jenis Berisiko Rendah (LC) pada Daftar Jenis Terancam Punah IUCN. Kucing Kuwuk diketahui sebagai jenis yang toleran terhadap habitat yang terganggu dan dapat hidup pada berbagai tipe hutan seperti hutan primer dan hutan sekunder serta lahan pertanian dan perkebunan. Namun sampai saat ini belum diketahui sejauh mana Kucing Kuwuk dapat bertahan terhadap gangguan habitat dan memanfaatkan kawasan bukan hutan. Pada penelitian ini kami mengumpulkan 373 catatatan kehadiran Kucing Kuwuk di Borneo, 228 diantaranya merupakan catatan dari tahun 2001-2011. Kami menganalisis 63 (Model Penyeimbang) dan 102 (Model Spasial Tersaring) catatan untuk membuat pemodelan kesesuaian habitat. Hasil pemodelan memprediksi lebih dari 2/3 dari Pulau Borneo sesuai untuk habitat Kucing Kuwuk. Hampir seluruh wilayah Sabah, Sarawak, Brunei, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur diprediksi sangat sesuai untuk habitat Kucing Kuwuk. Bagian Selatan Kalimantan Tengah dan sebagian besar Kalimantan Barat diprediksi sesuai untuk habitat Kucing Kuwuk, sedangkan sebagian Kalimantan Selatan diprediksi tidak sesuai untuk habitat jenis ini. Survey yang lebih intensif diperlukan untuk lebih memahami sebaran Kucing Kuwuk. Abstrak (Bahasa Malaysia). Kucing Batu Prionailurus bengalensis merupakan antara spesis kucing liar terkecil terdapat di Borneo. Kucing ini juga merupakan spesis kucing yang mempunyai taburan yang paling luas di Asia. Ia disenaraikan di dalam Senarai Merah Spesis Terancam IUCN sebagai Kurang Membimbangkan. Kucing Batu diketahui mampu bertolak ansur dengan gangguan habitat dan dapat dijumpai di pelbagai jenis habitat termasuk hutan primer dan sekunder, kawasan ladang, dan kebun. Walaupun demikian, sejauh mana Kucing Batu ini mampu bertahan dalam habitat yang telah diganggu manusia dan menggunakan kawasan bukan hutan masih tidak diketahui. Dalam kajian ini, kami mengumpulkan 373 rekod lokasi di mana Kucing Batu dijumpai di Borneo. Daripada jumlah ini, 228 rekod diperoleh di antara tahun 2001–2011. Kami menganalisis 63 rekod (Model Seimbang) dan 102 rekod (Model yang ditapis secara spasial) untuk membina model kesesuaian habitat. Model yang dibina meramalkan lebih daripada dua pertiga kawasan Borneo sebagai habitat yang sesuai untuk Kucing Batu. Hampir keseluruhan kawasan Sabah, Sarawak, Brunei dan Kalimantan Timur diramalkan sebagai sesuai untuk Kucing Batu. Bahagian selatan Kalimantan Tengah dan sebahagian besar Kalimantan Barat diramalkan sebagai sederhana sesuai manakala separuh daripada Kalimantan Selatan diramalkan tidak sesuai untuk Kucing Batu. Penyelidikan yang lebih terperinci di Brunei, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan akan membantu untuk memahami taburan Kucing Batu dengan lebih baik. Namun demikian, tiada sebarang tindakan pemuliharaan diperlukan untuk spesis ini.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
DISTRIBUSI UKURAN PANJANG DAN PARAMETER POPULASI LOBSTER LUMPUR (Panulirus polyphagus Herbst, 1793) DI PERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN UTARA (WPPNRI-716)Sumberdaya udang barong lumpur (Panulirus polyphagus Herbst, 1793) atau dalam bahasa lokal dikenal sebagai lobster Pakistan telah dimanfaatkan sebagai salah satu komoditas yang bernilai ekonomis di perairan pulau Sebatik, Kalimantan Utara. Data statistik perikanan menunjukkan produksi udang barong di perairan Timur Kalimantan tahun 2005 – 2015 meningkat pesat dengan kelipatan 10 kalinya. Terkait dengan fenomena tersebut, penelitian tentang aspek biologi populasi telah dilakukan pada bulan Maret sampai dengan November 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan parameter populasi sebagai landasan untuk mengetahui status stok pada tingkat pemanfaatan terkini. Hasil penelitian menunjukkan udang betina tertangkap pada ukuran rata-rata 86,9+ 8,58 mmCL sedangkan udang jantan pada ukuran 81,5 + 9,63 mmCL. Pola pertumbuhan udang jantan dan betina bersifat allometrik negatif (b<3). Estimasi panjang asimtotis (CL) sebesar 124,1 mm dengan laju pertumbuhan (K) 0,598/tahun. Rata-rata uku...
2020 •
Sunu grouper fish belongs to the Seranidae family whose pattern of reproduction is anti hermaphrodite protogyny, which is the gonad as an organ that changes the transition from the female to male phase. The aims of this research is to study the growth pattern of Sunu grouper fish and find out the total of female Sunu grouper or male Sunu grouper that caught a lot. This research was conducted at the Port of Kurau Coastal Fisheries, Central Bangka Regency, Bangka Belitung Province from February to March 2020 using a survey method. The results showed that the catch of tiger grouper fish reached 399,94 kg, consist of 283,44 kg or 581 female fish species and 116,50 kg or 69 fish according to male sex. The total number of fish caught during the study was 650 fish with the growth pattern is allometric positif. The results also showed a coefficient of determination (R2) of female groupers 0.938 and a value of determination (R2) of 0.701 in male groupers. Based on the results of research th...
Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) yang merupakan anggrek endemik pulau kalimantan makin teranca, keberadaannya, terdapat banyak faktor yang menyebabkannya. Pengetahuan akan penyebab ancamannya adalah hal yg penting bagi penemuan cara untuk pelestariannya.
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap
PARAMETER POPULASI LOBSTER BAMBU (Panulirus versicolor) DI PERAIRAN SIMEULUE2018 •
Lobster bambu (Panulirus versicolor) merupakan komoditas perikanan penting yang telah diekspolitasi di perairan Simeulue. Peningkatan permintaan dan pengusahaan lobster menyebabkan tekanan penangkapan terhadap populasi lobster semakin intensif dan tidak terkendali. Untuk itu diperlukan informasi tentang biologi reproduksi dan parameter populasi lobster dalam rangka pengelolaan sumberdaya lobster yang berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai dengan Desember 2015 diperairan Simeulue dengan tujuan untuk mengestimasi parameter populasi lobster bambu. Pengamatan dan pengukuran lobster dilakukan di tempat pengumpul lobster dengan sistem sampling acak (random sampling). Analisis data parameter populasi menggunakan software FiSAT (Stock Assessement Tools). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi lobster bambu jantan dan betina tidak seimbang (1 : 1,5), pola pertumbuhan bersifat alometrik negatif dengan nilai b sebesar 2,924 dan rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) = ...
evolved in fragmentary metapopulations that face a high risk of extinction. The objective of the research described here was to identify and study the metapopulations of the javan leopard in West Java and Banten Provinces. Data of leopard distribution were obtained through GPS surveys. The distribution pattern of the javan leopard was identified and categorised into classic metapopulations, mainland-island metapopulations, non equilibrium metapopulations, and patchy populations. The research results showed that the population of javan leopard in the western part of Java has been fragmented into five mainland-islands metapopulations; nine classic metapopulations; four patchy populations; and seven non equilibrium metapopulations. Big mountains are the cause of the mainland-island metapopulations, which have become the source of colonization for surrounding habitats. Non-equilibrium metapopulations face higher risk of local extinction than do mainland island metapopulations, patchy populations and classic metapopulations due to their small size and isolation. It is predicted that classic metapopulations will survive if there is exchange of individuals between patches which occurs if there are few obstacles and barriers to movement, and if there are adequate connecting corridors. For managing javan leopards in this wide but highly fragmented home range, a landscape scale of management involving all stakeholders is essential. Moreover, coordination and collaboration between conservation area managers and with managers of protection forests, protected forests, plantations and other land users is required. Keywords: leopard, Panthera pardus, metapopulation, local extinction.
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap
DISTRIBUSI UKURAN DAN PARAMETER POPULASI LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) DI PERAIRAN ACEH BARAT2015 •
Penelitian tentang distribusi ukuran dan parameter populasi lobster pasir di perairan Aceh Barat dilakukan pada bulanApril sampai November 2013. Penelitian ini bertujuan untukmengkaji status lobster di perairan Aceh Barat dilihat dari aspek distribusi ukuran dan parameter populasinya. Pengamatan dan pengukuran lobster dilakukan di tempat pengumpul lobster dengan sistem sampling acak. Sebaran frekuensi panjang karapas selanjutnya ditabulasikan dan dianalisa dengan metode kurva logistik. Struktur ukuran lobster yang tertangkap menunjukkan bahwa lobster jantan dominan tertangkap dibawah ukuran nilai tengah 72,5 mm dan sebaliknya diatas ukuran nilai tengah 72,5 mm yang didominasi jenis kelamin betina. Lobster terlebih dahulu tertangkap sebelum mencapai ukuran matang gonad (Lc = 65,8mm< Lm= 76,8 mm). Puncak musim pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Agustus. Panjang asimtosis (CL∞ ) sebesar 119,5 mm dengan laju pertumbuhan (K) 0,39/tahun serta laju kematian total (Z) 1,44/tahun, laju ...
Sambar deer (Cervus unicolor) is the biggest of tropical deer with its distribution in Indonesia limited to Kalimantan and Sumatera islands and neighboring islands near Sumatera. Several countries such as Malaysia and Thailand have been developing their tropical deer farming, whereas in Indonesia they are still in its infancy, as captive breeding. The knowledge on the biology of reproduction from tropical deer is still limited, particularly those under their natural habitat. An evaluation on the reproduction profiles of captive sambar deer were conducted by analyzing log book of the captive breeding in East Kalimantan. The results indicated that conception rates was very low, only 48,8% (SD=16.24; n=10 years) with peak calving time between June and July and mean calving date was on 4 July (SD=10.4 days; n=109 fawns). Calving interval was 388,2 days (SD=82.45; n=33 fawns), with natural nursing lasted for 148 days. Young hind gave birth for the first time at the age of 693.8 days (SD=89.40; n=4 hinds), giving a time estimate of first mating at the age of 453 days.
International Journal for Equity in Health
Sex differences in the management of persons with dementia following a subnational primary care policy intervention2020 •
Information Sciences
AREA: An adaptive reference-set based evolutionary algorithm for multiobjective optimisation2020 •
Neurogastroenterology & Motility
Inhibition of ROCK signaling pathway accelerates enteric neural crest cell‐based therapy after transplantation in a rat hypoganglionic model2020 •
2021 •
Journal of Dental Education
Real‐time measurement for effectiveness of novel educational endeavors during the COVID‐19 pandemic2020 •
2012 •
Journal of Astrophysics and Astronomy
Observations of AR Sco with Chandra and AstroSat soft X-ray telescope2021 •
ინოვაციური ეკონომიკა და მართვა
თურქეთის სამრეწველო პოლიტიკა ევროკავშირთან ინტეგრაციის კონტექტით: წარმატებული გამოცდილება საქართველოსთვისJournal of Information Processing
Cube-Based Analysis for Maintaining XML Data Partition for Holistic Twig Joins2008 •
European Journal of Business and Management Research
The Effect of Service Recovery Strategies on Satisfaction with the Recovery: The Mediating Role of Distributive Justice2021 •
Annales g?ologiques de la Peninsule balkanique
Air-suspended particles of air in the urban zone of Lazarevac town (Serbia): An environmental aspect2019 •
Al-Adl : Jurnal Hukum
Perjanjian Distribusi Dalam Persaingan Usaha Tidak SehatAntimicrobial agents and chemotherapy
Pyrazinoic Acid Inhibits a Bifunctional Enzyme in Mycobacterium tuberculosis2017 •
2006 •
Brain Structure & Function
Presence or absence of a prefrontal sulcus is linked to reasoning performance during child development2022 •
Ingeniare. Revista chilena de ingeniería
Modelo de gestión de mantenimiento parcial a interruptores de potencia mediante inteligencia artificial2018 •