Artikel,  Karya Tulis

Refleksi : Stres Yang Penuh Makna

Kita sering mendengar kata “stres”, bahkan sebagian besar dari kita sudah pernah mengalaminya. Sayangnya, konotasi awam tentang “stres” cenderung negatif bahkan tak jarang dikaitkan dengan gangguan psikologis. Nyatanya, stres merupakan suatu respons yang wajar dalam suatu situasi yang berpotensi memunculkan tuntutan tertentu. Contoh konkretnya adalah pada situasi pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini. Kondisi pandemi ini membuat kita dituntut untuk memperhatikan berbagai macam kebijakan dan perubahan yang terjadi di lingkungan. Diri kita akan merespons segala bentuk tuntutan tersebut, yang sering disebut dengan stres.

Stres dapat bersifat konstruktif dan destruktif sehingga tidak semua stres merupakan keadaan yang membahayakan diri kita. Stres dapat bersifat konstruktif jika tuntutan lingkungan membuat kita tertekan dan kemudian kita memiliki suatu keinginan untuk melakukan suatu tindakan. Contohnya, dalam masa pandemi ini kita tidak diperbolehkan pulang kampung dan keadaan ini membuat kita stres karena tidak dapat bertemu sanak saudara. Dalam menyikapi keadaan tersebut, kita tetap berusaha terhubung dengan saudara dengan berkomunikasi secara daring sehingga rasa rindu dapat terobati. Sebaliknya, stres yang bersifat destruktif terjadi jika respons terhadap tuntutan mengarah pada ketidakberdayaan dan merasa kehilangan energi untuk melakukan sesuatu. Keadaan ini akan memperparah kondisi diri sendiri. Jelas bahwa, stres yang konstruktif perlu diupayakan oleh setiap orang karena stres tidak mungkin dihindari tetapi bisa dihadapi dengan langkah strategis sehingga tercipta perilaku produktif dan pemaknaan.

Langkah strategis dalam menghadapi stres adalah pengelolaan stres. Stres perlu dikelola oleh diri sendiri sehingga suatu sikap yang tepat dapat muncul sebagai respons atas kondisi. Terciptanya suatu sikap yang tepat akan terjadi jika kita bersikap reflektif terhadap situasi. Sikap reflektif yang dimaksud adalah sikap menyadari situasi dan kemampuan diri kemudian menarik kesimpulan atasnya sebagai “modal” untuk pengembangan diri kedepannya. Sikap reflektif akan sangat berguna bagi diri sendiri karena menciptakan suatu makna yang mendalam atas suatu peristiwa. Pemaknaan ini akan menjadi wawasan dan pengetahuan baru yang akan berguna dalam menghadapi situasi sejenis di masa depan. Dengan kata lain, sikap reflektif terhadap stres akan membuat kita menjadi lebih dewasa atas suatu situasi.

Sikap reflektif terhadap kondisi stres adalah menyadari diri seutuhnya. Kita memiliki pikiran, emosi, dan keinginan. Ketiga hal itu tidak dapat dipisahkan dan dinamikanya dalam diri kita tak jarang berperan dalam respons terhadap situasi yang penuh tekanan. Pikiran negatif dan berlebihan akan membuat kita merespons situasi secara pesimis. Hal ini berdampak pada munculnya emosi negatif seperti marah atau takut. Emosi ini dapat berujung pada perilaku destruktif sehingga dapat memunculkan respons yang maladaptif terhadap situasi. Sikap reflektif diperlukan untuk menyadari keberadaan pikiran dan emosi negatif sebelum dua aspek itu membentuk perilaku yang merugikan bagi diri sendiri dan orang lain.

Bersikap reflektif terhadap situasi yang penuh tekanan memang tidak mudah. respons intuitif seringkali muncul mendahului respons reflektif yang penuh dengan pemikiran sadar atas situasi. Namun kemunculan responss reflektif dapat dilatih sebagai upaya dalam pengelolaan stres. Namun, proses refleksi tidak terlepas dari bagaimana kita menyadari perasaan, pikiran, dan keinginan yang ada dalam diri kita sendiri. Mindfulness didefinisikan sebagai kesadaran yang timbul akibat kesengajaan untuk menyajikan dan menghadirkan pengalaman saat ini dengan cara tidak menghakimi namun menerima setiap perasaan, pikiran dan keinginan yang muncul. Untuk itu, proses mindfulness dianggap mampu meningkatkan kesadaran individu dalam menangani stres. Tentu saja melakukan mindfulness membantu kita dalam melakukan langkah-langkah dalam proses reflektif. Dengan proses ini, individu semakin menyadari setiap hal yang terjadi saat ini. Pengetahuan yang baik mengenai perasaan, pikiran dan keinginan diri, membuat individu lebih mampu mengungkapkan setiap hal yang terjadi. Hal ini yang membuat proses mindfulness ini baik digunakan sebagai awal dalam melakukan proses reflektif.

Proses mindfulness membuat individu mulai menyadari dan juga menerima setiap hal yang terjadi dalam dirinya. Hal ini akan memudahkan individu dalam melakukan proses reflektif. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam proses reflektif :

1). Menenangkan diri dan menyadari kondisi diri dan lingkungan. Hal ini sering disebut dengan body scan, kita dapat melakukannya dengan menarik nafas panjang sambil menutup mata,

2). Menceritakan kejadian yang dialami beserta dampak bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar,

3). Mengungkapkan apa yang dipikirkan, diinginkan dan dirasakan baik secara verbal maupun tulisan. Proses pengungkapan ini dapat dijadikan sebagai jalan keluar pikiran, perasaan dan keinginan yang terpendam akibat kondisi stres yang dialami,

4). Mengungkapkan insight yang diperoleh dari keadaan tersebut,

5). Menyusun langkah konkret untuk mengimplementasikan insight dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah tersebut dapat kita lakukan untuk memunculkan responss reflektif dalam mengatasi stres yang terjadi pada diri kita.

 

Daftar Pustaka

Arbi, D, K., & Ambarini, T, K. (2018). Terapi Brief Mindfulness-Based Body Scan untuk         menurunkan stres atlet bola basket wanita profesional. Insan Jurnal Psikologi dan        Kesehatan Mental, 3(1).

Dishon, N., Oldmeadow, J, A., & Kaufman, J. (2017). The Effect of Trait Self-Awareness,          Self-Reflection, and Perceptions of Choice Meaningfulness on Indicators of Social         Identity within a Decision-Making Context. Frontiers in Psychology, 1(8).

Zikuda, M, G. (2012). Self-Reflecting Methods of Learning Research. Institute for     Educational Science.

 

Penulis : Lidwina Anggita, Vania Susanto, Virenda Rut, Yohanes Victorio

Penyunting : Gihon Gracia W.U