Universitas Airlangga Official Website

Potensi Ekstrak Caulerpa racemosa pada Beberapa Pelarut sebagai Bahan Sediaan Krim Tabir Surya

Caulerpa racemosa. (Sumber: marine-world.co.uk)

Sediaan tabir surya merupakan sediaan kosmetik yang biasanya diaplikasikan pada permukaan kulit. Tabir surya mengandung bahan pelindung kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar ultraviolet (UV) tidak dapat memasuki kulit dan mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar. Sinar UV adalah sinar yang dipancarkan oleh matahari yang dapat mencapai permukaan bumi. Sinar UV berada pada kisaran panjang gelombang 200-400 nm.

Indonesia merupakan negara tropis sehingga intensitas sinar UV berpotensi menimbulkan gangguan pada manusia yang terpapar sinar UV secara berlebihan. Sedangkan kulit kita memiliki sistem perlindungan alami terhadap efek sinar matahari, tetapi tidak efektif untuk menahan paparan sinar matahari yang berlebih, oleh karena itu diperlukan pelindung tambahan menggunakan produk kosmetik. Berdasarkan permasalahan di atas, kami tertarik melakukan penelitian explorasi bahan alam yang dapat berfungsi sebagai proteksi terhadap sinar UV.

Anggur laut (Caulerpa racemosa) merupakan jenis alga hijau yang hidup menyebar di beberapa perairan Indonesia. Masyarakat pesisir di beberapa daerah seperti Bali, Madura dan Sulawesi banyak memanfaatkan Caulerpa racemosa sebagai sayuran segar yang dikonsumsi langsung. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa Caulerpa racemosa memiliki kemampuan dalam menangkal radikal bebas karena mengandung asam folat, tiamin, dan asam askorbat. Caulerpa racemosa mengandung senyawa fenol sebagai komponen non gizi yang telah diketahui diduga berfungsi sebagai antioksidan.

Senyawa bioaktif fenolik dapat berperan sebagai bahan aktif sediaan krim tabir surya dan dapat meningkatkan nilai SPF pada krim tabir surya. SPF merupakan nilai yang menjadi patokan sebagai nilai proteksi tabir surya terhadap serangan sinar UV. Semakin tinggi nili SPF, maka akan semakin tinggi proteksi tabir surya terhadap serangan sinar UV terhadap pengguna tabir surya. Selain itu pada senyawa fenol yang terkandung dalam Caulerpa racemosa dilaporkanmemiliki gugus kromofor yang memiliki kemampuan untuk menyerap gelombang sinar UV sehingga bermanfaat mengurangi efek buruk sinar UV terhadap kulit.

Berdasarkan hal tersebut, maka kami melakukan riset untuk mengetahui pemanfaatan ekstrak rumput laut Caulerpa racemosa dengan cara mengekstrak menggunakan beberapa pelarut berbeda. Hasil ekstaksi nantinya diaplikasikan sebagai bahan aktif pada sediaan krim tabir surya (sunscreen).

Riset kami ini dilaksanakan menggunakan metode experimental dimana terdapat tiga perlakuan yang merupakan formulasi krim dengan extrak Caulerpa racemose yang dihasilkan dari proses menggunakan pelarut yang berbeda seperti nheksana, etil asetat, dan ethanol 96%. Sebagai pembanding kami menggunakan krim seaweed komersial berlabel SPF 18.

Hasil riset kami menunjukkan nilai SPF tertinggi diperoleh pada krim tabir surya seaweed komersil berlabel SPF 18 dan krim tabir surya dengan konsentrasi 1% ekstrak Caulerpa racemosa pelarut etil asetat sebesar 8,44 dan 2,32. Berdasarkan beberapa literatur, kandungan SPF banyak ditemukan pada sampel yang bersifat semi polar dan polar yang umumnya terdapat pada sumber nabati seperti rumput laut.

Berdasarkan telaah yang kami lakukan, faktor yang mempengaruhi penentuan nilai SPF, yaitu penggunaan pelarut yang berbeda, kombinasi serta konsentrasi dari tabir surya, tipe emulsi yang digunakan pada formulasi, efek dan interaksi dari komponen pembawa. Contoh komponen pembawa yang terkandung dalam ektrak adalah ester, emollient.

SPF dan aktivitas antioksidan dapat meningkat dengan adanya kandungan senyawa fenol yang tinggi pada ekstrak sehingga kami beranggapan bahwa nilai SPF dengan aktivitas antioksidan berkorelasi positif. Apabila nilai SPF semakin besar, maka lebih kecil, maka aktivitas antioksidannya lebih besar. Hal tersebut diduga karena adanya senyawa aktif seperti fenol yang memiliki gugus kromofor, yaitu sistem aromatik terkonjugasi yang dapat menyerap cahaya matahari disekitar panjang gelombang sinar UV, baik dalam sinar UV A atau UV B. Nilai SPF ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh jumlah senyawa antioksidan yang terdapat didalam ekstrak.

Dari hasil penelitian di atas, kami menganggap perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama melakukan optimasi terhadap extraksi dengan pelarut etil acetat sehingga menghasilkan formulasi krim tabir surya dengan nilai SPF lebih tinggi.

Penulis: Annur Ahadi Abdillah

Informasi detai mengenai penelitian ini dapat diakses melalui tautan berikut ini:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012007