Universitas Airlangga Official Website

Arsitektur Sarang Spesies Lebah Tanpa Sengat Endemik Wallacea

Foto by Kompas.com

Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena hidupnya berkelompok meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Semua lebah masuk dalam suku atau familia Apoidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika. Sebagai serangga, ia mempunyai pasangan kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari propolis (perekat dari getah pohon) dan malam yang diproduksi oleh kelenjar lebah betina yang masih muda terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari.

Pada dasarnya lebah dikenal sebagai serangga yang memiliki sengat, namun tidak semua jenis lebah memiliki sengat. Umumnya, lebah tanpa sengat memiliki distribusi geografis dan lokasi bersarang yang berbeda, lebih suka membangun sarang di rongga batang pohon yang hidup dan mati, di batu celah-celah, rongga bambu, dan di dalam tanah. Sarangnya terdiri dari campuran lilin lebah dan resin tanaman yang dikenal sebagai serumen atau propolis. Karakteristik termasuk tata letak dan ketebalan serbuk sari dan madu pot, bentuk dan jenis sel induk, dan model pintu masuk sarang ke kaleng mengkategorikan spesies lebah yang tidak bersengat. Atribut sarang bisa menjadi kunci identifikasi genus Hypotrigona (Apidae: Meliponini). Secara umum, dalam mengidentifikasi spesies propolis lebah, juga menggunakan morfologi dan elemen arsitektur sarang. Dalam hal ini arsitektur sarang lebah dapat dimanfaatkan sebagai alat identifikasi spesies potensial namun belum banyak penelitian yang dilakukan sejauh ini terkait hal ini.

Indonesia dikategorikan di bawah wilayah penyebaran tropis Indo-Melayu, terdiri dari 46 spesies lebah tanpa sengat dari 10 genera berbeda yang tersebar luas di seluruh pulau. Di antara 10 genus tersebut, genus Tetragonula tersebar di berbagai wilayah Indonesia yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, Mullocas, dan Irian Jaya. Hal itu tentunya membuka peluang eksplorasi lebih lanjut terkait keunikan arsitektur sarang lebah di Indonesia.

Sebagian besar jenis lebah hidup berkoloni atau berkelompok, sehingga dalam membangun sarang diperlukan disain sedemikian rupa yang menjadikan sarang tersebut menjadi tempat yang nyaman, efisien dan aman bagi perkembangan koloninya, mulai dari telur, larva, ratu lebah, hingga lebah pekerja. Bentuk arsitektur sarang ini sangat kompleks dan unik, sehingga perlu dikaji dari berbagai aspek mulai dari teknik, fisik, matematik, biologi maupun secara sosial yang terkait kehidupan lebah itu sendiri.

Salah satu spesies endemik dari genus Tetragonula yang mendiami wilayah Wallacea (Sulawesi dan sekitarnya), adalah Tetragonula biroi. Karakteristik beberapa spesies Tetragonula di Australia telah diteliti, tetapi spesies T. lih. biroi belum dijelaskan. Penelitian yang dilakukan oleh Suriawanto dkk. (2017) di Sulawesi juga tidak menjelaskan arsitektur sarang, sehingga struktur sarang T. cf. biroi sehingga membutuhkan studi lebih lanjut. Selain itu, spesies endemik lain bernama W. incisa mendiami wilayah Sulawesi pada ketinggian 800–2200 dpl. Tidak seperti T. lih. biroi, pintu masuk sarang ke sarang W. incisa yang mendiami wilayah Luwu Utara itu sempit celah memanjang dengan gugus resin tebal dan ker. Namun, sel punca bentuk W. incisa dan T. lih. biroi terlihat sangat mirip. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut adalah diperlukan untuk menganalisis perbedaan bentuk sarang W. incisa dan T. cf. biroi. Studi ini mengeksplorasi variasi bentuk dan ukuran sarang T. cf. biroi dan W. incisa di Sulawesi Selatan wilayah Indonesia.

Hasil penelitian Suhri et al. (2022) menunjukkan bahwa T.cf. biroi bersarang di batang pohon, atap, batu, dan tanah. Sedangkan pintu masuk sarang W. incisa bertekstur keras dan tebal serta didominasi warna hitam warna. Bentuk sel induk dari T.cf. biroi ditemukan bervariasi baik spiral, semispiral, dan bentuknya tidak beraturan, dikelilingi oleh involucrum yang lunak dan sedikit. Bentuk sel induk dari W. incisa hanya ditemukan dalam bentuk spiral, dengan involucrum yang tebal dan kaku. Di kedua spesies, pot madu terletak bersebelahan dengan pintu masuk sarang. Pot serbuk sari terletak di belakang atau di bawah madu pot. Pada kedua spesies, arsitektur sarang ditentukan oleh faktor iklim mikro, komposit damar, umur koloni, dan antagonis alami. Berdasarkan pada pengamatan, batang pohon yang dijadikan sarang oleh lebah yang tidak bersengat diambil oleh peternak lebah dandisimpan di rumah mereka.

Jenis pohon hidup yang dikenal sebagai tempat bersarang adalah Cassia fistula (Fabaceae), Lanneacoromandelica (Anacardiaceae), Syzigiumaquaeum (Myrtaceae), Theobroma cacao (Malvaceae), Ficussubulata (Moraceae), Aleuritesmoluccana (Euphorbiaceae), Shorealeprosula (Dipterocarpaceae), Canariumindicum (Burseraceae). Di lokasi sarang alami, pintu masuk sarang kecil (diameter <1 mm) dan redup, corong luar sama pendeknya (0-1mm). Jumlah sarang per pohon bervariasi (1-4 sarang). Susunan struktur sarang T. cf. biroi dan W. incisa umumnya identik dengan lainnya spesies lebah tak bersengat, yaitu pintu masuk sarang, pot makanan, dan sel induk. Pada sisi luar, susunan struktur sarang kedua spesies ini dimulai dari pintu masuk sarang corong dengan berbagai ukuran dan warna. Di dasar corong, ornamen resin dapat dilihat berserakan di dinding lima belas kotak kayu tempat sarang itu berada.

Variasi bentuk sel sarang diantaranya: spiral (bentuk sisir membulat dan tersusun dalam spiral ke atas), tidak beraturan, semispiral (terlihat bentuk sisir persegi dan heksagonal, tersusun rapi digulir ke samping), semispiral (sisir bentuknya tampak segitiga, dan ditempatkan dalam lingkaran dan ditumpuk), dan semispiral (bentuk sisir membulat, melengkung ke atas dan ke samping), dihubungkan dan ditopang oleh pilar pendek menempel pada kotak kayu. Sel induk muda berwarna coklat tua, sedangkan sel induk lainnya sudah tua dan akan menetas, dengan warna coklat muda.

Studi ini menyimpulkan terdapat beragam variasi dalam ukuran corong masuk sarang spesies T. lih. biroi dan W. incisa. Terdapat variasi tinggi di pintu masuk sarang sarang lebah tanpa sengat di wilayah Sulawesi Selatan dan Barat. Pintu masuk sarang diferensial berafiliasi dengan jenis predator alami yang ada di sekitar sarang.

Penulis: Hery Purnobasuki

Sumber referensi: https://ejournal.ukm.my/serangga/article/view/47795