MALANG — Hajatan Malang Tempoe Doeloe (MTD) kembali digelar setelah vakum sejak 2012. MTD tahun ini dilaksanakan di Simpang Balapan sampai depan Gereja Katedral Ijen, Minggu, 12 November. Pelaksanaannya hanya sehari mulai pukul 7 pagi sampai 11 malam.
Penggagas MTD Dwi Cahyono mengatakan, MTD tetap menyajikan festival budaya Malang tempo dulu dan tahun ini mengusung misi konservasi pohon kelapa bertema “Kelapa Jadi Apa”. Tema ini diekspresikan dengan aksi pemarutan dan pemerasan kelapa sebagai bahan dasar kuliner.
“Kami ingin mengembalikan ruh dan spirit MTD seperti dulu di tahun-tahun awal pelaksanaanya sejak 2006 sampai lima-enam tahun berikutnya,” kata Dwi Cahyono, yang juga Ketua Yayasan Inggil, di sela-sela persiapan MTD, Sabtu malam, 11 November 2017.
Menurut pemilik Restoran Museum Inggil itu, sebenarnya jumlah partisipan dibatasi 150 peserta saja. Namun laporan terakhir banyak pihak yang ingin ikut serta baik sebagai pengisi acara maupun membuka lapak. Ada juga yang ingin buka stan jajanan tradisional dan barang antik. Calon peserta aksi memarut dan memeras kelapa saja sudah mencapai 3 ribu orang.
Peserta pemarut kelapa dibatasi lima orang dalam satu lapak. Aksi parut kelapa berlangsung mulai pukul 7 pagi sampai 10 siang. Panitia menentukan semua perlengkapan memarut kelapa harus peralatan tradisional yang berupa parutan kayu, tampah bambu, dan daun pisang. Kelapa diperas dengan tangan.
Baca Juga:
ABDI PURMONO (Malang)
Berita lain:
Kenapa Hati Raisa Andriana Tertambat pada Yogyakarta
7 Resto Menu Nusantara yang Layak Dicoba di Jakarta