TREN berlibur menggunakan phinisi sedang digandrungi oleh masyarakat. Kapal tersebut biasanya menyediakan sejumlah fasilitas, mulai dari tempat tidur, makan, dan masih banyak lagi. Bagi Anda yang ingin berlibur dengan kapal phinisi, lebih baik kenalan dulu yuk dengan sejarah kapal phinisi.
Dikutip dari lama Instagram @riara.botco, phinisi diambil dari kata pinisi, phinisi, pinisi' atau phinisi yang mengacu pada jenis sistem layar, tiang, layar, dan konfigurasi tali dari suatu jenis kapal layar di Indonesia.
Sebelumnya kapal phinisi digunakan untuk mengangkut barang kemudian beralih menjadi kapal ekspedisi maupun kapal komersial yang bisa dinikmati sambil berlayar mengelilingi keindahan Indonesia.
Sejarah kapal phinisi ini juga berkaitan dengan budaya, dimana kita dibentuk dari apa yang diajarkan oleh para leluhur. Sebagai bangsa besar kita tidak akan melupakan sejarah yang telah dilalui, seperti Kapal Pinisi ini.
BACA JUGA:5 Penjahat Paling Pintar Sepanjang Sejarah, Nomor 3 Pemimpin Negara
Spesifikasi bentuk kapal phinisi
Kapal phinisi merupakan perahu tradisional suku Bugis Makassar Sulawesi Selatan. Kapal ini pada umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar. Tiga di bagian ujung paling depan, dua di tengah, dan duanya lagi di belakang dengan ukuran yang lebih besar dari semua layarnya.
Kapal phinisi (Okezone.com/Dimas)
Sejarah kapal phinisi
Kapal phinisi ini disebut juga sebagai kapal legendaris yang berasal dari Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kapal ini diperkirakan sudah dibuat sejak abad ke-14.
Sebenarnya kapal ini sejenis kapal tradisional masyarakat Bugis yang sejak zaman dahulu dikenal sebagai pembuat perahu dan pelaut yang ulung.
Phinisi dibuat khusus oleh oleh masyarakat di Ara, Bira, Lemo-Lemo, dan Tanah Beru dari Suku Konjo, sebuah sub-etnis Makassar yang sebagian besar adalah penduduk Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Perahu tradisional Suku Bugis ini kerap digunakan oleh para leluhur untuk mencari nafkah dengan berlayar hingga Eropa dan Afrika. Itulah kenapa kapal phinisi pernah tercantum dalam mata uang Indonesia, salah satunya uang lembar Rp100 berwarna merah.
Sejak Desember 2017, kapal ini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Penetapan ini tercatat sebagai “Phinisi Art of Boatbuilding ini South Sulawesi” atau seni dalam pembuatan kapal phinisi di Sulawesi Selatan.
Jenis-jenis kapal phinisi
Kapal phinisi terbagi dalam dua jenis, yaitu phinisi Palari dan phinisi Lambda. Dari segi bentuk, phinisi Lambda cenderung lebih modern dibanding Palari. Hal itu karena phinisi Lambda sudah dilengkapi dengan mesin untuk menjalankannya. Sehingga bisa berjalan ke laut tanpa bergantung pada angin.
BACA JUGA:Sejarah Penghapusan Operasional Becak di Jakarta, dari 1936 hingga Kini
Dari segi ukuran, phinisi Lambda juga cenderung lebih besar dan dapat membawa muatan yang cukup banyak.
Sementara itu, phinisi Palari ini awalnya memiliki ukuran 10 hingga 15 meter dengan daya angkut maksimal 30 ton. Kapal ini juga masih sangat tradisional karena bergerak mengandalkan layar dan angin laut.
Zaman dahulu, kedua jenis kapal ini biasanya digunakan untuk mengangkut dagangan atau kapal nelayan untuk mencari ikan.
Ritual pembuatan kapal phinisi
Sebelum memulai pembuatan kapal phinisi, biasanya masyarakat melakukan ritual dengan menyediakan berbagai makanan, jajanan manis dan darah ayam jago putih sebagai persembahan.
Hal itu bertujuan untuk mendapatkan keberuntungan dan keselamatan dalam proses pengerjaan tersebut.
Jajanan manis disimbolkan sebagai bentuk keinginan dari pemilik agar kapalnya mendatangkan keuntungan yang banyak. Sementara itu darah ayam jago putih lunas kayu diharapkan agar tidak ada darah yang tertumpah saat proses pembuatan kapal. Yang dimaksudkan agar pekerja tidak ada yang celaka saat pengerjaan itu.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya