Untuk mengenang perjuangan para pejuang rakyat Jawa Barat, masyarakat dapat melihatnya di Monumen Perjuangan Rakyat (Monju) Jawa Barat yang terletak di Jl. Dipatiukur No. 48, Kota Bandung.
Monju Jawa Barat diresmikan pada 23 Agustus 1995 oleh Gubernur Jawa Barat, Raden Nana Nuriana. Monumen dirancang oleh arsitek, Slamet Wirosanjaya, dengan pemahat patungnya, Sunaryo. Proses pembangunan monumen dan sekitarnya memakan waktu 5-6 bulan.
(Fadil Muhammad/detikcom) |
Bambu Runcing yang berjumlah lima ini merupakan simbolis dari senjata tradisional. Monumen memiliki anak tangga sebanyak 17 anak tangga. Tepat di bawah monumen terdapat museum yang memiliki 8 anak tangga masuk museum. Jumlah anak tangga mengisikan maksud hari kemedekaan Indonesia.
Mochamad Rikrik, selaku pemandu Museum Monju, mengatakan museum ini dikelola oleh UPTD Pengelolaan Kebudayaan Jawa Barat yang dibawahi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Pardisbud) Jawa Barat.
"Rakyat Jawa Barat menginginkan wadah atau tempat yang akan menginformasikan mengenai perjuangan rakyat Jawa Barat, difasilitasi oleh tokoh dan pemerintah Jawa Barat," tuturnya ketika diemuinya di Monju Jawa Barat, Selasa (21/8/2019).
Rikrik menjelaskan museum memiliki sejumlah area. Ruang dalam Monumen terdiri dari Ruang auditorium, slide dan film. Ruangan ini mengajak pengunjung untuk menyaksikan pemutaran film sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat. Pengunjung dapat menyaksikan sejumlah film salah satunya yang berjudul Bandung Lautan Api, dan Penyerahan Belanda Kepada Jepang di Kalijati.
(Fadil Muhammad/detikcom) |
Lalu Ruang diorama yang berisikan peragaan peristiwa-peristiwa sejarah yg pernah terjadi di Jawa Barat, jumlahnya ada 9 ruang. Beberapa di antaranya menceritakan kisah perjuangan Sultan Agung Tirtayasa bersama rakyat menentang lolonial Belanda (1658), artisipasi Rakyat Dalam Pembangunan Jalan di Sumedang, Perundingan Linggarjati (1946), kisah Bandung Lautan Api 24 Maret (1946), Long March Siliwangi Januari (1949), Konfrensi Asia-Afrika di Bandung 1955 dan cerita Operasi Pagar Betis (Operasi Brata Yuda) (1962).
Di ruang pamer, menampilkan koleksi benda berkaitan dengan sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat. Terdapat pajangan pucuk pistol VOC abad 16, tombak hasil rampasan di zaman kolonial Jepang dan samurai milik para perwira Jepang. Selain itu ada juga senjata tradisional yang dipalai untuk menghadang pasukan Belanda ke Bandung di sekitar vila Isola
"Semuanya hasil rampasan dari musuh Inggris, Belanda, dan Jepang," tutur Rikrik.
Kemudian ruang informasi. Ruangan ini menginformasikan mengenai tokoh, tempat peristiwa, dan sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat. Selain itu, terdapat juga ruang perkantoran dan perpustakan. Pengunjung dapat membaca sejumlah buku sejarah.
Sebagai informasi, museum dibuka pada pukul 07.00-16.00, buka pada hari Senin-Jumat. Pengunjung tidak dikenakan tarif untuk memasuki museum ini.
Rikrik melakukan klasifikasi terhadap pengunjung yang hadir. Jumlah kunjungan diklasifikasi dari mulai anak TK, SD, SMP, SMA, Mahasiswa, Nusantara hingga Mancanegara.
"Terdapat juga kunjungan dari instansi mau sipil atau militer, atau organisasi yang berkaitan dengan sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat," ucap Rikrik.
Sejumlah wisatawan mancanegara bahkan turut meramaikan museum. Rikrik menjelaskan pihaknya melakukan kerja sama dengan sejumlah travel
"Salah satu travel ada yang membawa turis yang berkunjung, mereka diarahkan ke sini dari keduataan besar biasanya dari keduataan Jepang, Swiss, Inggris. Mereka ingin tahu sejauh mana kontribusi perjuangan atau pergerakan oleh para prajurit Inggris, Belanda, Jepang yang pernah duduk dan menjajah di Jawa Barat," ucapnya.
Simak Video "Tegur Warga, Petugas Dishub Bandung Dilempar Mangkuk Sampai Kepala Bocor"
[Gambas:Video 20detik]
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Pelaku Pemerkosaan Wisatawan Pantai Pulau Merah Minta Damai, Dinsos Geram
Babak Baru Wisatawan Diperkosa di Pantai Pulau Merah: Pelaku Minta Damai
Upaya Penyelamatan Korban Pemerkosaan Pantai Pulau Merah bak Drama Sinetron